GURU SEJATINYA TETAP KUNCI DALAM PROSES PEMBELAJARAN. NAMUN, SEBAGAI AGEN PERUBAHAN, GURU DITUNTUT HARUS MAMPU MELAKUKAN VALIDASI MEPERBAHARUI KEMAMPUANNYA, SESUAI DENGAN TUNTUTAN ZAMAN AGAR TIDAK TERTINGGAL

Loading...
 
Tampilkan postingan dengan label Tausiah dan Kajian Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tausiah dan Kajian Islam. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 31 Agustus 2019

Wanita, Tetaplah Engkau Berada Di Dalam Rumah !

“JADI saya pikir pada saat itu setiap wanita akan bereaksi dengan berbagai cara yang berbeda. Beberapa wanita pada saat itu tidak akan memasak, sedangkan yang lainnya akan terlibat dialog dengan suami mereka. Di Seluruh negeri beberapa wanita akan keluar untuk berunjuk rasa. Mereka akan menekan anggota Kongres Senator agar meluluskan undang-undang yang mempengaruhi peran wanita.“

Kalimat di atas diucapkan Betty Friedan untuk menyambut demo besar-besaran wanita pada tanggal 26 Agustus 1970 di Amerika Serikat. Friedan adalah seorang tokoh feminis liberal yang ikut mendirikan dan kemudian diangkat sebagai presiden pertama National Organization for Woman pada tahun 1966. Ia menjadi pemimpin aksi untuk mendobrak UU di Amerika yang melarang aborsi dan pengembangan sifat-sifat maskulin oleh wanita.
Betty Friedan sendiri terlahir dengan nama Betty Naomi Goldstein pada tanggal 4 Februari tahun 1921. Pada giliranya Friedan berkembang menjadi seorang aktivis feminis Yahudi Amerika kenamaan pada durasi medio 1960-an. Puncak momentumnya terjadi setelah ia berhasil mengarang “The Feminine Mystique“ (baca/download bukunya, klik disini) Buku yang menjadi rujukan kaum feminis ini menggambarkan peranan wanita dalam masyarakat industri. Di situ, Friedan mengkritik habis peran ibu rumah tangga penuh waktu yang baginya sangat mengekang dan jauh dari penghargaan terhadap hak wanita.
Buku Freidan pun terjual laris. The Feminine Mystique berubah menjadi “kitab suci” bagi kaum wanita dan ia digadang-gadang sebagai pencetus feminisme gelombang kedua setelah ombaknya pernah menyapu dunia abad 18.
Teori yang sangat ternama sekali darinya adalah apa yang disebut oleh Freidan dengan istilah Androgini. Androgini sendiri adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter maskulin dan feminin pada saat yang bersamaan. Istilah ini berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu ανήρ (anér, yang berarti laki-laki) dan γυνή (guné, yang berarti perempuan) yang dapat merujuk kepada salah satu dari dua konsep terkait tentang gender.
Namun sejatinya, kata Androgini muncul pertama kali sebagai sebuah kata majemuk dalam Yudaisme Rabinik sebagai alternatif untuk menghindari kata hemaprodit yang bermasalah dalam tradisi Yahudi.
Akan tetapi, sekalipun telah menapaki karir yang sangat memuncak dalam dunia feminisme, gagasan Freidan pun juga menjadi sasaran kritik. Menariknya orang yang mengkritik Friedan adalah seorang feminis lainnya bernama Zillah Eisenstein. Eisenstein sendiri adalah Profesor Politik dan aktivis feminis dari Ithaca New York. Ia menulis kritikan tajam terhadap gagasan konsep wanita bekerja milik Friedan. Dalam bukunya, Radical future of Liberal Feminism, Eisenstsein mengkritik,
“Tidak pernah jelas apakah pengaturan ini seharusnya meringan beban ganda perempuan (keluarga dan pekerjaan) atau secara signifikan menstruktur ulang siapa yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak. Bagaimana tanggung jawab ini dilaksanakan?”
Perdebatan antara Eisenstein dan Freidan yang sama-sama aktivis feminis hampir tidak pernah ditemukan dalam dunia Islam. Karena Islam bukanlah sebuah produk dari akal manusia, tidak juga lekang dimakan waktu, lebih-lebih relatif dalam standar manusia. NamunIslam adalah agama genuine yang langsung turun dari Allah SWT.

Minggu, 14 Agustus 2016

Agar Tidak Menjadi Orangtua Durhaka

KATA durhaka memang selalu disandingkan kepada anak. Ya, biasanya anaklah yang durhaka dengan menentang dan tidak menghormati orangtuanya. Padahal, Allah Ta’ala melarang keras hal itu. Dan anak tersebut telah tergolong pelaku dosa besar. Di mana adzabnya akan ia rasakan di dunia ini juga.


Meski begitu, tak dapat dipungkiri bahwa orangtua pun bisa saja durhaka pada anak. Seperti halnya tidak memperhatikan anak, tidak memberi nama yang baik pada anak, dan hal lain yang semisal dengan itu. Hal tersebut juga bisa mengundang murka Allah Ta’ala. Lantas, langkah apa yang harus dilakukan orangtua agar tidak tergolong sebagai orangtua yang durhaka?
Pertama, Pentingnya Pendidikan Agama
Sudah menjadi rahasia umum, pendidikan agama menjadi sarana penting guna membentuk insan yang mulia dan berakhlak baik. Walaupun begitu, masih sangat banyak orangtua yang mengabaikan permasalahan ini. Dalam pemilihan tempat pendidikan, banyak orangtua yang lebih memilih menyekolahkan anakanya di sekolah bergengsi, berbau kebarat-baratan, yang di dalamnya cenderung mengesampingkan pendidikan agama. Agaknya, alasan pekerjaan di masa mendatang masih menjadi alasan klasik bagi orangtua dengan tipe seperti ini.
Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata, “Siapa yang mengabaikan edukasi yang bermanfaat untuk anaknya dan membiarkannya begitu saja, maka ia telah melakukan tindakan terburuk terhadap anaknya itu. Kerusakan anak-anak itu kebanyakan bersumber dari orang tua yang membiarkan mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dan sunnah din ini kepada mereka. Mereka tidak memperhatikan masalah-masalah agama tersebut saat masih kecil. Sehingga saat sudah besar mereka sulit meraih manfaat dari pelajaran agama dan tidak bisa memberikan manfaat bagi orangtua mereka,” (Tuhfatul Maudud, I: 229).
Kedua, Perhatikan Lingkungan

Rabu, 13 Juli 2016

Renungan Pendidikan

Oleh : Harry Santosa


Tahun 1977, ternyata pernah ada konferensi pertama pendidikan Islam di Mekkah. Yang menarik, kesimpulan dari konferensi ini adalah bahwa masalah terbesar negeri negeri muslim bukan politik, ekonomi dsbnya tetapi adalah "the lost of adab", atau hilangnya adab.
Dalam konferensi itu juga disimpulkan bahwa penyebab terbesar hilangnya adab adalah para orangtua yang berhenti mendidik anak anaknya karena miskonsepsi tentang belajar dan bersekolah, miskonsepsi tentang pendidikan dan persekolahan termasuk miskonsepsi tentang ilmu dan adab.
Bagi kebanyakan orangtua, jika anak sudah bersekolah apalagi di sekolah full content agama, maka merasa tenang dan nyaman karena menganggap anaknya sudah menjalani pendidikan Islami dan dianggap sudah beradab dan berakhlak. Padahal menjalani persekolahan berbeda dengan menjalani pendidikan.
Para orangtua ini lupa bahwa bahwa tugas mendidik dan mengadabkan anaknya adalah di tangan orangtua. Dan mereka lupa bahwa mendidik adab dimulai dari menumbuhkan setiap potensi fitrah anak anak mereka. Dan semua itu dimulai di rumah.
Perlu diketahui bahwa, pendidikan memerlukan relasi dan kedekatan yang kuat, keteladanan dan atmosfir keshalihan yang berkesan, ketelatenan dan keikhlashan yang tulus, emphaty tinggi serta pemuliaan yang konsisten atas keunikan anak, semangat untuk terus memberikan idea menantang dan inspirasi yang hebat, dan itu semua hanya bisa diberikan oleh guru atau pendidik setingkat orangtua kandung.
Bagi orangtua yang menyerahkan sepenuh anaknya pada lembaga, barangkali di benak mereka, perintah wajib mencari ilmu (tholabul ilmu) pada tiap muslim seolah digantikan wajib mencari sekolah (tholabul madrosah). Mereka lebih pandai mencari sekolah daripada mendidik anak.

Selasa, 12 Juli 2016

Untukmu yang Mengharamkan Kata “Jangan”, Adakah Engkau Telah Melupakan Kitabmu?

“Al-Qur’an itu kuno,  Bu, konservatif, out of dated!. Kita telah lama hidup dalam nuansa humanis, tetapi Al-Qur’an masih menggunakan pemaksaan atas aturan tertentu yang diinginkan Tuhan dengan rupa perintah dan larangan di saat riset membuktikan kalau pemberian motivasi dan pilihan itu lebih baik. Al-Qur’an masih memakai ratusan kata ‘jangan’ di saat para psikolog dan pakar parenting telah lama meninggalkannya. Apakah Tuhan tidak paham kalau penggunaan negasi yang kasar itu dapat memicu agresifitas anak-anak, perasaan divonis, dan tertutupnya jalur dialog?“ Katanya sambil duduk di atas sofa dan kakinya diangkat ke atas meja.

Pernahkan Bapak dan Ibu sekalian membayangkan kalau pernyataan dan sikap itu terjadi pada anak kita, suatu saat nanti?

Itu mungkin saja terjadi jika kita terus menerus mendidiknya dengan pola didikan Barat yang tidak memberi batasan tegas soal aturan dan hukum. Mungkin saja anak kita menjadi demikian hanya gara-gara sejak dini ia tidak pernah dilarang atau mengenal negasi ‘jangan’.

Saat ini, sejak bergesernya teori psikoanalisa (Freud dan kawan-kawan) kemudian disusul behaviorisme (Pavlov dan kawan-kawan), isu humanism dalam mendidik anak terus disuarakan. Mereka membuang kata “Jangan” dalam proses mendidik anak-anak kita dengan alasan itu melukai rasa kemanusiaan, menjatuhkan harga diri anak pada posisi bersalah, dan menutup pintu dialog. Ini tidak menjadi masalah karena norma apapun menghargai nilai humanisme.

Jumat, 05 Februari 2016

Mengoreksi Output dan Konsep Pendidikan Indonesia

 
 
Beberapa hari yang lalu dilansir dari BBC.com (11/01/2016) menteri Agama RI, Lukman Hakim mengatakan akan memperbaiki konten materi pelajaran agama di sekolah. Menurutnya, materi pelajaran Agama khususnya terkait dengan sejarah Rasulullah SAW lebih menekankan pada sisi peperangan. Di mana Rasulullah lebih dikenal oleh anak-anak sebagai panglima perang. Beliau menekankan bahwasannya sisi yang saat ini diperlukan ialah lebih menekanankan kepada akhlakul karimah dan toleransi umat beragama yang di contohkan oleh Rasulullah SAW. Sehingga perlunya adanya perbaikan konten materi sejarah pada buku pelajaran PAI.

Tujuannya harus jelas

Memang tidak ada yang salah jika memang mata pelajaran PAI lantas ditambahkan muatan akhlakul karimah. Mengingat akhlakul karimah merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk kepribadian siswa. Hanya saja, jika alasan perbaikan dari materi PAI ini dikarenakan banyaknya materi peperangan dalam mata pelajaran Islam. Ini menunjukan seolah peperangan merupakan hal yang tidak baik dan berdampak negatif bagi anak. Padahal dalam kisah-kisah peperangan Islam terdapat muatan yang sangat dalam dan mencakup akhlakul karimah juga. Seperti ketaatan, pengorbanan, kebijkasanaan, kepemimpinan dan juga kesabaran. Bukan sekadar peperangan fisik melawan musuh.

Selasa, 05 Januari 2016

Merubah Hidup Baru

 

 

Oleh : Athor Subroto


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
(QS. Al Hasyr [59]: 18)

TAHUN baru, saatnyamerubahhaluan.Bisakekanan, ke kiri, ataubahkan mundursatulangkah.Tujuannya, memperbaharui strategi yang hendak dijalanilebih lanjut.Sasarannya jelas, menghin dari terulangnya berbagai kesalahan yang pernah terjadi.Gol-nya, meraih hasil yang lebih besar dari pada sebelumnya.
Namun demikian, tidaksemua orang memiliki kemampua nuntuk merubah gaya hidupnya. Kebanyakan dari mereka, statis.Tidak ada perubahan sama sekali. Untu kapan berubah, begini saja sudahl umayan, fikirnya.
Padahal, kalau mereka mau merubah strategi lama dengan yang baru, bisa jadi keberhasilan berlipat-ganda dibanding sebelumnya. Namun, mereka enggan dan malas untuk itu. Hasilnya, begitu-begitu saja. Ndak ada kemajuan.
Berbeda jauh dengan kelompok yang orientasinya jauh ke depan. Mereka melakukan perubahan dengan stile-nya sendiri yang diyakini. Menggunakan ilmu yang relevan dengan perkembangan zaman. Tidak ketinggalan, pengalaman masa lalu mereka jadikan modal yang sangat berarti. Mengapa bisa rugi. Mengapa bisa untung besar.
Pengalaman ini mereka jadikan guru yang terbaik dalam memacu kegiatannya. Sebagaimana pepatah, Experion is the best teacher, pengalaman adalah guru yang terbaik.  Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt di dalam Surah Al Hasyrayat 18 tersebut di atas.
 Menurut Al Qur’an dan Tafsir Kementerian Agama RI Jilid 10, kata Lighad dalam ayat tersebut, artinya hari esok. Maksudnya hari-hari yang akan datang. Lebih lanjut dikatakan, Allah memerintahkan agar setiap mukmin memperhatikan perbuatan-perbuatannya di masa lalu untuk perbaikan dan kepentingan masa depan di akhirat.
Ada mafhum  mukhalafah yang terkandung dalam tafsir itu, bahwa masa lalu memiliki arti sangat penting dalam menunjang keberhasilan hidup di masa depan.
Jika berfikir cara mengubah hidup seperti mengayunkan tongkat ajaibbim salabim, maka fikiran itu keliru. Jika ingin mengubah hidup, perlu bersedia untuk berproses. Orang-orang hebat itu adalah mereka yang sudah melalui proses. Tidak (ujug-ujug) terjadi begitu saja.
Seringkali orang tertipu oleh persepsi sendiri. Katanya, orang yang lebih baik itu sudah dari sononya. Padahal tidak, mereka sudah melalui proses dan memerlukan waktu serta pengorbanan untuk sampai dalam tahap tertentu. Dalam bahasa agamanya, melalui ikhtiar dan tawakkal.
Orang yang berhasil memiliki jabatan tinggi, karena dia sudah melalui proses yang mengubah dia menjadi pribadi yang pantas, dan sanggup mengemban jabatan tersebut.
Begitu juga, orang yang berpenghasilan tinggi-pun, sudah melalui proses untuk mengasah insting dan kemampuannya dalam mendapatkan penghasilan besar.
Orang ‘alim pun sama. Mereka telah melalui proses menimba ilmu agama dalam waktu yang tidak sedikit, dan bulghah yang cukup -sebagai bekal.

Sabtu, 12 September 2015

Peradaban Islam: Iqra bi Ism Rabbik

Oleh : Nasaruddin Umar

Prof LWH Hull dalam buku monumentalnya History and Philosophy of science mengungkapkan siklus pergumulan antara agama, filsafat, dan ilmu, yang kemudian melahirkan corak peradabannya masing-masing, terjadi setiap enam abad.

Ia memulai mengkaji enam abad Sebelum Masehi (SM) sampai abad pertama Masehi ditandai dengan lahir dan berkembangnya pemikiran tokoh-tokoh filsafat Yunani yang amat tersohor seperti Tales (ahli filsafat, astronomi, dan geometrika), Pytagoras (geometrika dan aritmatika), dan Aristoteles (ahli filsafat, ilmu empiris, yang juga dikenal sebagai pendiri Mazhab Alexandria, yang lebih menekankan pendekatan induktif).

Juga pemikir Plato (ahli filsafat, ilmu-ilmu rasional, yang lebih dikenal dengan pendiri Mazhab Atena, yang lebih menekankan pendekatan deduktif). Periode ini para filosof menenggelamkan peran dan popularitas pemimpin politik dan pemimpin agama.

Sabtu, 22 Agustus 2015

Perjalanan Hidup Rasulullah Sebagai Cermin Parenting Bagi Kita

Oleh : Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar
            Akhir-akhir ini saya amat tekun membaca artikel-artikel tentang parenting. Parenting adalah ilmu tentang bagaimana menjadi orang tua yang ideal. Kualitas parenting orang tua di rumah sangat menentukan kualitas anggota keluarga (anak-anak). Dari media internet kita bisa memperoleh informasi bahwa kualitas parenting orangtua Indonesia belum menggembirakan. Malah sebahagian bisa berkategori sebagai fail-parenting- atau orang tua yang gagal, karena cukup banyak mereka yang tidak tahu peran mereka sebagai orang tua. Pintar mereka sebagai orang tua hanya sebatas menyuruh, melarang dan mencukupi kebutuhan makan, minum, pakaian dan tempat tinggal. Selebihnya orang tua menyerahkan urusan mendidik kesekolah secara bulat- bulat. Ironisnya cukup banyak orang tua yang serba tidak mengerti tentang parenting ini.
            Kualitas SDM atau pendidikan bangsa Indonesia sangat tidak membahagiakan, masih menempati rangking diatas seratus. Ini berarti bahwa Indonesia,ibarat kapal besar, dengan penduduk lebih dari 250 juta, ternyata mereka adalah orang orang yang rendah kualitasnya. Ini juga dibuktikan bahwa setiap kali diadakan pesta olahraga untuk negara-negara Asia Tenggara (Asean Games) maka jarang sekali Indonesia menempati peringkat juara satu atau juara umum. Selalu bisa dikalahkan oleh negara tetangga yang lain.

Menjaga Hati

Oleh : Drs. H. Athor Subroto, M. Si*)

          Idul Fitri, dilihat dari segi  bahasa, berasal dari kata Arab. Iddan al-fitri.Id, berasal dari kata ‘aada-ya’uudu-iid = raja’a, berarti kembali.Al-Fitri berasal dari katafithriy, artinya asli, natural, alami.Sehingga Idul Fitrimengandung makna kembali menjadiasli-nya atausuci.Tegasnya, kembali menjadi suci(Kamus Kontemporer Arab Indonesia, attabik ali, a. zuhdi muhdlor).
       Kalimat Idul Fitri,memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Melebihi dahsyatnya musim semi yang mampu mentrubuskansemilyar daun-daun pohon sejagat raya. Dari dua patah kata itu, mampu melahirkan perubahan yang sangat dahsyat.Mampu merubah dunia dari merah -menjadi hijau.Darihitam -menjadi putih.Dari jauh -menjadi dekat.
         Dua kata itu pula -mampu merubah sifat-sifat manusia -dari arogansi-menjadi toleransi.Dari sombong -menjadi tawazzhu’.Dari bakhil - menjadi dermawan.Dari hati keras -menjadi pemaaf.Dari suka bertengkar -menjadi rukun dan damai.Daritidak kenal -menjadi saling kenal-mengenal.Dari egois-menjadi saling tolong-menolong.Mampu merubah suasana dari tidak bahagia –menjadi sejahtera dan bahagia.Begitu seterusnya.

Selasa, 18 Agustus 2015

Kebenaran Melenyapkan Kebatilan

Oleh : Drs. H. Athor Subroto, M. Si *)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bangkit bersama-sama Muhajirin dan Anshar hingga masuk Masjid al Haram. Beliau menghampiri Hajar Aswad, menciumnya, berthawaf di sekeliling Ka’bah, sambil memegang busur. Sementara di sekitar Ka’bah pada waktu itu ada tiga ratus enam puluh berhala. Beliau cukup menunjuk dengan busurnya ke arah berhala-berhala itu sambil mengucapkan ayat.

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
  Dan Katakanlah: "Yang benar Telah datang dan yang batil Telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (QS. Al Israa’ [17]: 81)

Seketika itu pula berhala-berhala tersebut roboh di hadapan beliau. Bahkan beliau memendekkan thawaf. Setelah sempurna, beliau memanggil Utsman bin Thalhah dan memerintahkannya untuk mengambil kunci Ka’bah. Setelah terbuka, beliau masuk ke dalam Ka’bah, yang di dalamnya beliau melihat berbagai gambar, seperti gambar Ibrahim dan Ismail yang sedang membagi anak panah untuk undian. Beliau bersabda, “Semoga Allah membinasakan mereka. Demi Allah, sekali pun beliau (Ibrahim)  tidak pernah mengundi dengan anak panah ini.” Beliau juga melihat beberapa gambar yang lain, lalu memerintahkan agar semua dienyahkan.

Senin, 13 Juli 2015

Mengapa Allah Memakai Emas dan Perak Sebagai Nishab Zakat?

100 Trilyun Dolar Zimbabwe = US$ 5 (Rp 45.000)!100 Trilyun Dolar Zimbabwe = US$ 5 (Rp 45.000)
Inilah mengapa Allah memakai Emas dan Perak sebagai patokan Nishab Zakat. Bukan uang kertas.

Uang Kertas 100 trilyun dolar Zimbabwe nilainya cuma US$ 5 (Rp 45.000)! Orang harus bawa setumpuk uang untuk belanja sehari2.  Ini pemiskinan massal. Kezaliman thd rakyat!

Tahun 90-an ongkos naik bis cuma Rp 100. Tahun 2000-an jadi Rp 2000. 10 tahun saja naik 20x lipat. Padahal gaji pada kurun itu belum tentu naiknya segitu. Jadi uang kertas itu pemiskinan massal. Padahal kalau digaji misalnya dgn 10 gram emas, niscaya dari 1400 tahun lalu hingga sekarang, meski jumlahnya tak berubah, nilainya juga tidak turun.

Allah dan RasulNya sudah memberi contoh pemakaian emas dan perak sebagai uang. Bukan uang kertas yang tiap tahun nilainya selalu turun dan sering terkena Krisis Keuangan.

Emas dan Perak karena punya nilai riel dibanding kertas, lebih stabil dan lebih tahan terhadap inflasi. Contohnya, 1 dinar (4,25 gram emas 22 karat) pada zaman Nabi bisa dipakai untuk membeli 1-2 ekor kambing. Ada satu hadits yang merupakan bukti sejarah stabilitas uang dinar di Hadits Riwayat Bukhari sebagai berikut:

”Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Saya mendengar penduduk bercerita tentang ’Urwah, bahwa Nabi saw. memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau, lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi saw. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli tanahpun, ia pasti beruntung.” (H.R.Bukhari)

Saat ini pun dengan kurs 1 dinar=Rp 2,2 juta, kita bisa mendapat 1 kambing besar atau 2 ekor kambing kecil. Stabil bukan?

Rabu, 17 Juli 2013

"Rahmatan li al-'Alamin ala Cendikiawan"

Oleh : Buya Gusrizal Gazahar
بسم الله الرحمن الرحيم
 
Aneh para pemikir yang mengaku cendikiawan muslim di negeri ini.
mereka bicara Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam (rahmatan li al-'alamin) dengan jargon:
"kenapa ahmadiyyah dinyatakan sesat ?".

"biarkan saja lah sekelompok orang yang mengaku muslim mencaci maki shahabat dan isteri Rasul saw"
"Bertoleransilah walaupun kristenisasi masuk kampung dan rumah tangga kaum muslimin".
"Diam saja lah walaupun Rasul saw dihina dan dimaki".
"Semua yang terjadi hanya perbedaan pandangan atau perbedaan penafsiran"

Masya Allah !!! Inikah pemahaman rahmatan li al-'alamin ???
Mereka yang masih berusaha menjelaskan Islam dengan menggunakan pendekatan haq dan bathil diberi julukan fondamentalis, mainstream, tradisional bahkan ada yang menganggapnya teroris. Masih menurut mereka, "cara-cara itu tidak menunjukkan Islam sebagai rahmatan lil 'alamin".

Bagi mereka, rahmatan lil 'alamin adalah tidak bicara benar salah atau haq dan bathil, sesat dan tidak sesat tapi bagaimaan memandang semua itu hanya perbedaan sudut pandang bahkan semua agama itu sama yaitu sama berasal dari tuhan karena itu mereka mengajak semua agar bersama. Sama-sama natal, sama-sama nyepi, sama-sama waisak kalau perlu dibuat ritual lintas agama.

Kadang kita tertawa mendengarkan komentar para penyandang sebutan intelektual itu namun sebenarnya ada rasa kesedihan yang mendalam ketika mendengarkan semua itu.

Tidakkah mereka tahu bahwa kalimat "rahmatan li al-'alamin" itu terdapat dalam surat al-anbiya' yang berbunyi:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
 
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam". (QS. al-Anbiya' 21 : 107)

Rabu, 10 Juli 2013

Bulan, Kaya Inspirasi

Oleh : Drs. H. Athor Subroto, M.Si 
Tenaga Pengajar Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri Jawa Timur

Tiada bulan -seindah Ramadhan. Tiada bulan -seasik Ramadhan. Tiada bulan -sesehat Ramadhan. Tiada bulan -segairah Ramadhan. Tiada bulan yang menggetarkan, mlebihi Ramadhan. Tiada  bulan yang merindukan, melebihi Ramadhan. Tiada bulan –yang penuh isnprasi, melebihi Ramadhan. Segala keindahan, kebahagiaan, kesalehan dan kreatifitas tumplek bleg di bulan mulia itu. Bahkan, Allah menyatakan sendiri, bulan itu, ada Lailah al Qadr, satu malam yang  lebih baik dari seribu bulan. Khairun min alfi syahr (QS. Al Qadr [97]: 3)

Imam Ahmad Al Maraghi dalam tafsirnya mengatakan, ayat yang berbunyi “lailah al qadr khairun min alfi syahr”, adalah, malam (yang) mulia itu lebih baik dari seribu bulan. Sebab, pada malam itu merupakan awal terbitnya nur hidayah, dan merupakan permulaan syariat baru -yang diturunkan demi kemaslahatan umat manusia. Malam itu, merupakan malam peletakan batu pertama bagi agama baru, yang merupakan pamungkas bagi seluruh agama samawi, serta sesuai di segala tempat dan zaman. 

Malam itu, lebih baik dari seribu bulan yang dialami oleh umat manusia dalam keadaan tertatih-tatih (di) kegelapan kemusyrikan dan kesesatan keberhalaan. Mereka berada dalam kebingungan, tidak tau arah dan tujuan. Tidak ada batasan-batasan (pedoman) yang bisa menjadi pegangan mereka.

Kemungkinan penentuan seribu bulan disini, untuk menunjukkan bilangan yang sangat banyak, sebagaimana menjadi kebiasaan orang-orang Arab dalam pembicaraan mereka. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Allah dalam ayat berikut ini “yawaddu ahaduhum au yu’ammaru alfa sanah”,masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun….” (QS Al Baqarah [2]: 96). Allah, mempunyai kehendak sendiri untuk menentukan berapa banyak nilai Lailah al Qadr. Itu terserah Allah swt. Apakah lebih baik dari seribu bulan, dua ribu bulan, atau tiga ribu bulan, dst.

ENERGY DOA

Oleh : Drs. H. Athor Subroto, M. Si
Staf Pengajar STAIN Kediri Jawa Timur

1. Dasar


1.1 Firman Allah Swt, QS. Al Baqarah [2] :186.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِ‌يبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْ‌شُدُونَ


Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al Baqarah [2]: 186) 

1.2 Hadis Nabi Saw :

عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ اَلدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَة  (المعجم الأ وسط, جزء 3, صفحة: 293)

Dari Anas bin Malik, sesunggunya Nabi Saw bersabda: do’a itu, inti ibadah. (Al Mu’jam Al Ausath, Juz 3, hal 293).

2. Bukti Do’a Memiliki Energy.

2.1 Doa Rasulullah Saw pada Perang Uhud.

Suatu peperangan dahsyat yang tidak imbang kekuatan pasukannya. Awalnya, hampir-hampir dimenangkan oleh pasukan Rasullah Saw.

Namun, pasukan panah yang ditugasi berjaga diatas bukit Uhud terlena, dan ambisi merebut  rampasan  perang. Maka mereka terjebak oleh tentara kafir dari arah belakang. Mereka ditikam, ditombak, dipenggal lehernya, dan terbunuh. Termasuk paman Rasulullah Saw sendiri Sayidina Hamzah sang pendekar tentara Islam, gugur dalam peperangan dahsyat itu.

Sisanya, kocar kacir, tunggang langang. Lari terbirit-birit.

Sementara, pasukan lawan di atas angin. Rasululah Saw hampir-hampir gugur diujung tombak pasukan kafir yang bringas itu.

Puncaknya, Rasulullah Saw memanjatkan doa kehadhirat Allah Swt. “Ya Allah, kalau pasukan kaum Muslimin ini Engkau biarkan ditumpas oleh kaum kafir (termasuk saya juga), siapa lagi yang akan sanggup membela dan menyebarkan agama-Mu di muka bumi ini ?” Allahu Akbar 3 X.

Doa Rasulullah Saw yang bersungguh-sungguh itu kontan mendapat respon dari Allah Swt.

Beribu-ribu malaikat diterjunkan dari langit oleh Allah, menyerbu pasukan kafir. Mampuslah mereka. Menanglah pasukan kaum Muslimin dalam peperangan dahsyat yang tidak imbang itu.

2.2. Doa Nabi Ayub saat diuji sakit.

Firman Allah Swt:

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَ‌بَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ‌ وَأَنتَ أَرْ‌حَمُ الرَّ‌احِمِينَ 

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". (QS. Al Anbiyaa’ [21]: 83)

Begitu indahnya doa yang dipan- jatkan oleh Nabi Ayub as, tidak tampak menggerutu dan kesedihan sedikitpun dengan ujian sakitnya yang bertahun-tahun itu. 

Allah-pun merespon doa nabi  yang sabar dan tabah itu. Sembuhlah Nabi Ayub dari penyakitnya yang menahun.  Kembalilah seluruh harta bendanya yang pernah ludes terbakar. Diberikan lagi keturunan yang shaleh dan shalihah, pengganti anak-anaknya yang meninggal dunia –sebagai ujian Nabi Ayub as.

2.3. Doa Rasulullah Saw, agar Islam menjadi kuat karena Umar bin Khatthab atau Abu Jahal bin Hisyam.

Rasulullah Saw bersbda:

عَنْ اَنَسٍ إِبْنِ مَالِكٍ قَالَ, قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَللّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ بِأَحَبِّ الرَّجَلَيْنِ بِعُمَرَإبْنِ الْخَطَّابِ أَوْبِأَبِ جَهْلٍ إِبْنِ هِشَامٍ.

Dari Anas bin Malik, dia berkata: Bersabda Rasulullah Saw: Ya Allah, perkuatlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang Engkau cintai, Umar bin Khatthab atau Abu Jahal bin Hisyam.

Atas hidayah Allah Swt, salah seorang dari tokoh besar kaum kafir itu menyatakan diri masuk Islam, memperkokoh barisan Rasulullah Saw. Dan, jayalah Islam. Dialah, sayyidina  Umar bin Khatthab. Yang akhirnya, terpilih menjadi khalifah kedua setelah Abu Bakar Shiddiq.

2.3. Doa tiga orang terjebak di dalam goa.

Suatu ketika, tiga orang berkelana menyusuri padang pasir. Tiba-tiba, hujan turun degan sangat lebatnya. Mereka berteduh di dalam goa. Dengan tidak diduga, pintu goa tertutup oleh batu raksasa yang longsor karena hujan.

Suasana semakin gelap. Membuat tiga orang itu penasaran, takut, dan tercekam perasaannya. Mereka mendorong batu yang menutup kuat pintu goa. Namun, tak bergeser sedikitpun -saking besarnya.

Mereka berunding untuk dapat menggeser batu raksasa itu melalui doa dengan wasilah amalan terbaik masing-masing.

Orang pertama berdoa dengan khusyuknya kepada Allah Swt melalui wasilah “amal baktinya kepada kedua orang tuanya yang tidak pernah dilakukan orang lain”. Dia tiap hari selalu memerah susu dombanya untuk kedua orang tuanya sebelum memberi makan kepada anak-anak dan isterinya.

Suatu hari, dia mencari makan dombanya. Namun, kemalaman pulangnya. Sampai rumah, ayah ibunya sudah tidur. Sedang dia belum memerah susu untuk ayah bundanya. Cepat-cepat dia memerah susu sebagaimana biasa untuk kedua orang tua. Tetapi, karena keduanya sudah tidur lelap (karena kelaparan), dia tidak berani membangunkannya, saking hormatnya.

Sementara, anak-anaknya menangis kelaparan, minta susu. Namun, mereka tidak diberi sebelum ayah budanya minum lebih dahulu.

Sepertiga malam, kedua orang tua baru bangun. Lalu susu diserahkan kepada mereka. Setelah itu baru anak-anaknya.

“Ya Allah, kalau perbuatan itu merupakan amal yang shaleh dan Engkau ridhai, aku mohon kepada-Mu, bukakan pintu goa ini dari batu raksasa itu.

Dengan izin Allah, batu bergeser setelah didorong orang ini. Namun, belum cukup untuk lewat tubuh manusia.

Orang yang kedua tampil dengan doanya yang didahului dengan wasilah amal shalehnya.  Di musim paceklik yang berkepanjangan, putri cantik anak pamanku datang kerumah. Dia mengadu dan mengeluh, sudah beberapa hari ini keluarganya tidak makan karena kehabisan bahan. Kalau dibiarkan, bisa meninggal kelaparan.

Putri pamanku meminta bantuan, agar diberi bahan makan untuk beberapa hari kedepan. Permintaan itu aku penuhi ya Allah. Tetapi, aku meminta kepada putri paman itu agar sanggup melayani dorongan nafsuku. Diapun meng “ia” kan. Namun, setelah aku  berada ditengah-tengah kedua kakinya, putri pamanku yang aku dan dia sama-sama cinta, berkata. Wahai abang, aku memohon kepadamu, janganlah engkau pecahkan cincinku ini sebelum dihalal kan oleh Allah Swt.

Mendengar kalimat seperti itu, aku langsung melompat cepat meninggalkan kekasihku tanpa aku nodai sedikitpun.

“Ya Allah, kalau perbuatan itu Engkau anggap amal yang shaleh, tolong Engkau bukakan pintu goa ini dari himpitan batu raksasa itu.” Atas  izin Allah, batu itupun bergeser setelah didorong oleh orang ini. Sa- yang, belum cukup untuk lewat tubuh manusia.

Kemudian, ganti orang ketiga. Dia berwasilah perlakuan positifnya terhadap mantan pegawainya yang telah pulang dan gajinya belum diambil sampai beberapa tahun.

Gaji itu dikembangkan oleh sang majikan dengan dibelikan ternak kambing dan unta. Setelah sekian tahun, ternak itu berkembang biak luar biasa. Sampai-sampai tidak terhitung jumlahnya.  Dalam  kitab  Riyadhusshalihin disebutkan, jumlahnya satu lembah yang luas.

Datanglah sang mantan pekerja itu berniat mengambil gajinya yang telah ditinggalkan bertahun-tahun lamanya. Sang majikan mengatakan kepada mantan pekerjanya. Itu gajimu yang belum kamu ambil. Lihatlah, sekarang menjadi unta dan kambing yang tak terhitung jumlahnya. Terkejut dan bersyukurlah sang mantan pekerja itu Dan semua diboyong, dibawa pulang dengan tanpa tersisa sedikitpun.

“Ya Allah, kalau perbuatanku itu termasuk amal shaleh, tolong Engkau geser batu penutup pintu gua ini, agar kami bisa keluar dan pulang kerumah masing-masing.

Subhanallah dengan izin Allah, batu itu bergeser. Dan terbuka lebar pitu goa. Keluarlah mereka dengan penuh kebahagiaan.

3. Etika Berdoa

3.1. Suci lahir dan batin.

Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَهُ إِلَى السَّمَاءِ يَارَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغَذَّي بِالْحَرَامِ فَأَنىَّ يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ. (سنن الترمذي, جزء 5, الصفحة 220)

Dari Abi Hurairah ra, ia berkata. Bersabda Rasulullah Saw: Berdoa seseorang yang sedang melakukan perjalanan panjang. Dia sangat kusut, penuh dengan debu. Dia menengadahkan tangannya ke kelangit (sambil berdoa), wahai Tuhan. Tetapi, makannya haram, minumannya haram, pakaiannya (berasal dari) yang haram, memberi makan (keluarganya) dengan yang haram. Maka, bagaimana dikabulkan doa yang demikian itu? (Sunan Tirmidzi, Juz 5, hal 220)

Dari Hadits Rasululah Saw ini dapat diambil benang merahnya, bahwa berdoa itu hendaknya suci lahir batinnya. Hindari makanan, minuman, dan pakaian yang tidak halal. Pilihlah yang halal-halal saja. Dan, yang halal itu jumlahnya lebih banyak daripada yang haram.

3.2. Merendahkan diri

Firman Allah Swt:

اُدْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ   (أَلْأَعْرَاف :55 


Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas[549]. (QS. Al A’raaf [7]: 55)
Maksudnya: melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.

Berdoa, hendaknya jangan sombong dan angkuh. Jangan seperti orang yang tidak butuh. Melainkan tunjukkan perasaan kemelaratannya, kelemahannya, kerendahanya. Dan, jangan melampau batas-batas kewajaran dan kepatutan permohonannya.

3.3     Di tempat Yang Mustajabah.

1). Tempat-tempat yang suci.
2). Masjid/Mushalla/langgar.
3). Tanah Suci Makkah dan Madi- nah.
4). Tempat berkumpulnya para Alim dan Uama’, ahli ibadah, shalihin dan shalihat.
5). Dan tempat-tempat lain yang baik menurut Allah Swt.

4. Tiga golongan, doanya mustajab.

4.1  Orang tua.
4.2  Musafir.
4.3  Mazhlum (orang yang dizhalimi).

Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ, قَالَ رَسُوْلُ للهِ صَلَّى اللهِ وَسَلَّمَ:  ثَلاثٌ يُسْتَجَابُ دَعْوَتُهُمْ اَلْوَالِدُ وَ الْمُسَافرُ وَ الْمَظْلُومُ. (المعجم الكبير, جزء 17, صفحة 340
 

Dari Abdullah bin Zaid, dia berkata: Bersabda Rasulullah Saw: tiga golongan yang doanya dikabulkan. 1) orang tua, 2) musyafir, dan 3) orang yang dizhalimi. (Al Mu’jam Al Kabir, Juz 17, hal 340)

5. PENUTUP

5.1  Doa mempunyai energy luar biasa dalam kehidupan sehari-hari.
5.2  Doa dikabulkan oleh Allah Swt apabila dilakukan sesuai keten- tuan yang ada.
5.3  Jangan berputus asa apabila doa-doa belum dikabulkan.
5.4  Dalam berdoa, lebih  mengedepan- kan husnuzzhan terhadap ketentuan Allah Swt.
5.5  Hendaknya tidak melupakan doa - setiap menghadapi berbagai per- soalan yang terjadi di sekitar kita.

Kamis, 25 Oktober 2012

Khutbah Idul Adha 1433 H: Harapan Nabi Ibrahim, Harapan Kita Semua

Oleh: Drs. Ahmad Yani
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.

Kembali kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah swt yang telah begitu banyak memberikan kenikmatan kepada kita sehingga kita tidak mampu menghitungnya, karena itu keharusan kita adalah memanfaatkan segala kenikmatan dari Allah swt untuk mengabdi kepada-Nya sebagai manifestasi dari rasa syukur itu, salah satunya adalah ibadah berkorban pada hari raya Idul Adha dan hari tasyrik. Allah swt berfirman:

 إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah (QS Al Kautsar [108]:1-2).

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para penerus risalahnya yang terus berjuang untuk tegaknya nilai-nilai Islam di muka bumi ini hingga hari kiamat nanti.

Takbir, tahlil dan tahmid kembali menggema di seluruh muka bumi ini sekaligus menyertai saudara-saudara kita yang datang menunaikan panggilan agung ke tanah suci guna menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima. Bersamaan dengan ibadah mereka di sana,  di sini kita pun melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah mereka, di sini kita melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah haji yaitu puasa hari Arafah, pemotongan hewan qurban setelah shalat Idul Adha ini dan menggemakan takbir, tahlil dan tahmid selama hari tasyrik. Apa yang dilakukan itu maksudnya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah swt.

Ibadah haji dan Qurban tidak bisa dilepaskan dari sejarah kehidupan Nabi Ibrahim as, karenanya sebagai teladan para Nabi, termasuk Nabi Muhammad saw, Nabi Ibrahim as harus kita pahami untuk selanjutnya kita teladani dalam kehidupan sekarang dan masa yang akan datang. Pada kesempatan khutbah yang singkat ini, kita bahas Empat Harapan Nabi Ibrahim yang termuat dalam doanya, harapannya menjadi harapan kita semua yang harus diperjuangkan. Pertama, Harapan Atas Dirinya. Nabi Ibrahim as amat berharap agar dirinya terhindar dari kemusyrikan, Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya: “Doa ini menampakkan adanya kenikmatan lain dari nikmat-nikmat Allah. Yakni nikmat dikeluarkannya hati dari berbagai kegelapan dan kejahiliyahan syirik kepada cahaya beriman, bertauhid kepada Allah swt.”  Karena itu, iman atau tauhid merupakan nikmat terbesar yang Allah swt berikan kepada kita semua sehingga iman merupakan sesuatu yang amat prinsip dalam Islam, Allah swt berfirman menceritakan doa Nabi Ibrahim as:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (QS Ibrahim [14]:35).

Jumat, 05 Oktober 2012

Tausiah : Tafsir Ayat Kemenangan

Oleh: Muhammad Anis Matta, Lc.

Interaksi dengan Al-Quran bukan hanya melalui membaca dan mengkhatamkannya saja. Interaksi sebenarnya baru akan terwujud ketika seorang muslim merasa dibimbing Al-Quran dalam setiap interaksinya, termasuk pengalaman dan perjalanan hidup. Pola interaksi dengan Al-Quran itulah yang harus ditingkatkan agar Al-Quran benar-benar memberikan bimbingan dan petunjuk.

 

 

Salah satu kandungan Al-Quran adalah sejarah yang berisi fakta-fakta, kemudian ditafsirkan. Tujuan utamanya bukan menguasai fakta-fakta itu, tetapi bagaimana mengambil pelajaran dari fakta-fakta sejarah tersebut.

Di antara kisah Al-Quran yang erat kaitannya dengan kehidupan bernegara adalah kisah Nabi Yusuf a.s, Nabi Sulaiman a.s, dan Nabi Musa a.s.

Nabi Musa memberikan pelajaran bagaimana memposisikan diri sebagai oposisi. Nabi Yusuf memberikan pelajaran bagaimana “musyarakah” sehingga kisahnya yang berawal di penjara dapat berujung di istana. Berbeda lagi kisah tentang Nabi Sulaiman a.s, yang bercerita tentang bagaimana jika agama telah mampu menguasai negara. Ketiga cerita tersebut meskipun berbeda, tetapi mempunyai beberapa persamaan. Persamaan tersebut adalah:

1. Konflik

Baik ketika beroposisi, bermusyarakah, maupun menguasai negara, konflik itu selalu ada. Bahkan cikal bakal konflik antara Nabi Musa a.s. dan Firaun telah ada jauh sebelum Nabi Musa lahir, yaitu keinginan Firaun melenyapkan setiap bayi laki-laki karena dikhawatirkan akan menyingkirkan kekuasaannya. Konflik adalah salah satu bentuk cobaan Allah kepada manusia. Manusia yang paling keras cobaannya adalah para nabi dan orang-orang yang paling “mirip” dengan para nabi itu, yaitu orang-orang shalih.

Konflik itu biasa, bahkan konflik antara Yusuf dan Benyamin (satu ibu-satu bapak) dengan saudara-saudaranya yang juga anak-anak keturunan Nabi (keluarga Yusuf, 4 generasi ke atas adalah Nabi semua) hingga berujung pada skenario pembunuhan. Apalagi hanya dalam sebuah organisasi atau negara. Sayyid Quthb berkata, “Kita tidak bisa memilih untuk tidak berkonflik, yang bisa kita pilih adalah di kubu mana kita berada.” Khusus cerita Yusuf kita dapati konflik terjadi karena kecemburuan aka kadar keikhlasan saudara-saudaranya. Maka, prinsip dakwah kita yang pertama dan utama adalah salamatush-shadr.

Selasa, 25 September 2012

Buku : Pendidikan Remaja dari Sudut Pandang Psikologi Islami


-->

Minggu, 23 September 2012

Be Yourself?

Oleh: Nur Afilin
 
“Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang yang berharap kepada Allah, hari akhir dan bagi orang yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Dunia muda amat akrab dengan slogan, moto, semboyan, dan sejenisnya. Salah satu slogan yang marak di masyarakat ialah “be yourself”. Terjemahan bebasnya dalam bahasa Indonesia: Jadilah dirimu sendiri! Sekilas tak ada yang salah dengan kalimat imperatif ini. Tapi, ketika ditelisik lebih lanjut, slogan tersebut bak mata uang logam dengan dua sisi yang berbeda. Bisa berdampak positif, namun bisa juga berakibat sangat negatif.

Be Yourself 

Setiap orang memiliki karakter masing-masing. Dengan karakter itulah seseorang akan berperilaku dalam kehidupan sehari-harinya. Termasuk dalam karakter di sini ialah sikap manusiawi yang sudah menjadi kebiasaan dan kecenderungan menggeluti bidang tertentu.

Tentu tak bijak jika kita memaksa teman kita, misalnya, yang memiliki sifat amat pemalu untuk maju ke depan kelas secara tiba-tiba untuk memimpin rapat kelas. Walhasil, si dia akhirnya menjadi bahan tertawaan lantaran diam mematung dan tidak bisa mengeluarkan kata-kata di depan kelas. Tentu itu bukan salah dia. Belum biasanya dia berbicara di depan forum dan sifat pemalunya perlu kita hargai saat itu. Cukup katakan padanya: be yourself.

Jumat, 14 September 2012

Hukuman Fisik dalam Islam dan Pendidikan Moderen

Oleh : Gene Netto


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Teman2, kemarin ada pernyataan dari Mendikbud (baca beritanya klik disini) yang mengatakan hukuman fisik terhadap siswa boleh, selama tidak berlebihan. ("Hukuman, misalnya fisik, itu kan pelajaran juga, selama tidak dalam bentuk berlebihan.") Dalam membahas pernyataan ini, saya dan banyak guru lain menjelaskan bahwa pendapat seperti ini sudah ketinggalan zaman dan tidak tepat di ranah pendidikan.

Dalam tanggapi diskusi ini, ada juga suara yang muncul dari beberapa guru dan orang tua yang setuju dengan kekerasan fisik terhadap anak. Kebanyakan mengatakan bahwa Islam “mengizinkan pemukulan” terhadap anak kalau dia tinggalkan shalat. Ini dianggap sebagai izin bebas untuk memukul anak, kapan saja, di mana saja, dengan cara apa saja, selama dianggap “mendidik” oleh orang dewasa yang sedang memukul. Juga dikutip hadiths yang berkaitan seperti ini:

Rasulullah SAW bersabda,

مروا أولادكم بالصلاة وهم أبناء سبع واضربوهم عليها وهم أبناء عشر، وفرقوا بينهم في المضاجع

“Perintahkan anak-anakmu shalat apabila telah berumur 7 tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat apabila telah berumur 10 tahun dan pisahkan tempat tidur mereka. (HR. Abu Daud)

Jadi hadiths seperti ini jelas ada, dan kalau dibaca secara tekstual saja, sepertinya memberikan “izin” memukul anak. Anak saya tidak shalat? Saya boleh ambil rotan dan hajar dia sampai pingsan agar takut dan tidak terulang lagi. Ada hadiths. Ada izin. Tidak perlu belajar lagi. Sudah paham dari teksnya. Betul?

Rabu, 13 Juni 2012

MEMBANGUN REALITAS TAKDIR

Oleh :ARIF

Paradigma Sukses

Kajian Samuel P Hungtinton, yang meramalkan bahwa suatu saat akan terjadi benturan peradaban antara timur dan barat. Nampaknya mulai terbukti. Dominasi barat atas negara-negara di belahan timur mengisyaratkan hal ini.  Bukan hanya pada ranah politik dan kekuasaan (power) saja. Benturan tanpa disadari telah memasuki wilayah kesadaran manusianya. Kesadaran barat secara meyakinkan mulai mengisolasi kesadaran timur. Bangsa timur yang terkenal dengan nilai spiritualnya lama kelamaan semakin sulit untuk mengeliminasi pengaruh peradaban barat. Terjadilah benturan kesadaran timur dan barat. Kesadaran materialisme dengan kesadaran spiritualisme. Bauran kesadaran timur dan barat ini telah melahirkan generasi baru yang gamang, sebab mereka lahir dikancah peperangan informasi, era digital yang sangat bebas, siapapun mampu  mengakses informasi yang diperlukannya.

Lihatlah, dunia timur terus di bombardir dengan barang dan jasa yang melenakan mata. Gemerlap kehidupan kota dan segala dinamikanya, benar-benar mempesona hati. Orang yang sukses akan di sanjung dan di puja. Dunia intertaimen telah menjadi agama baru yang semakin sulit di bendung penyebarannya. Hingga nilai-nilai spiritual secara perlahan meredup, jiwa manusia tak mampu mengenali lagi mana hakekatnya yang lebih real materi ataukah jiwa manusia (soul) itu sendiri. Kesadaran kolektif masyarakat timur secara perlahan mulai kehilangan jati dirinya. Nilai-nilai kearifan lokal mulai tercerabut dari akarnya. Kaum muda mulai menjauh dari kajian-kajian spiritual yang memiliki muatan hikmah. Karena dianggap membosankan dan ketinggalan jaman. Mereka menganalogikan kemajauan bangsa barat sebagai tolak ukur atas kesuksesan seseorang. Keadaan ini sungguh, menjadi pertarungan tersendiri dalam jiwa setiap anggota masyarakat, yang telah sadar dan menyiapkan dirinya menjadi benteng terakhir peradaban timur yang pernah kaya akan nilai spiritual.

e-Newsletter Pendididkan @ Facebook :

Belanja di Amazon.com :

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

PANDUAN VERIFIKASI AKUN PAYPAL ANDA KE REKENING BANK ANDA [KLIK DISINI]