1.2 Hadis Nabi Saw
:
عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ اَلدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَة (المعجم الأ وسط, جزء 3,
صفحة: 293)
Dari Anas bin Malik, sesunggunya Nabi Saw
bersabda: do’a itu, inti ibadah. (Al Mu’jam Al Ausath, Juz 3, hal
293).
2. Bukti Do’a Memiliki
Energy.
2.1 Doa Rasulullah Saw pada Perang Uhud.
Suatu
peperangan dahsyat yang tidak imbang kekuatan pasukannya. Awalnya, hampir-hampir
dimenangkan oleh pasukan Rasullah Saw.
Namun, pasukan panah yang ditugasi berjaga diatas bukit Uhud terlena,
dan ambisi merebut rampasan perang. Maka mereka terjebak oleh tentara kafir
dari arah belakang. Mereka ditikam, ditombak, dipenggal lehernya, dan terbunuh.
Termasuk paman Rasulullah Saw sendiri Sayidina Hamzah sang pendekar tentara
Islam, gugur dalam peperangan dahsyat itu.
Sisanya, kocar kacir, tunggang langang. Lari terbirit-birit.
Sementara, pasukan lawan di atas angin. Rasululah Saw hampir-hampir
gugur diujung tombak pasukan kafir yang bringas itu.
Puncaknya, Rasulullah Saw memanjatkan doa kehadhirat Allah Swt. “Ya
Allah, kalau pasukan kaum Muslimin ini Engkau biarkan ditumpas oleh kaum kafir
(termasuk saya juga), siapa lagi yang akan sanggup membela dan menyebarkan
agama-Mu di muka bumi ini ?” Allahu Akbar 3 X.
Doa Rasulullah Saw yang bersungguh-sungguh itu kontan mendapat respon
dari Allah Swt.
Beribu-ribu malaikat diterjunkan dari langit oleh Allah, menyerbu
pasukan kafir. Mampuslah mereka. Menanglah pasukan kaum Muslimin dalam
peperangan dahsyat yang tidak imbang itu.
2.2. Doa Nabi Ayub saat diuji
sakit.
Firman Allah Swt:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ
الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang". (QS. Al Anbiyaa’ [21]: 83)
Begitu indahnya doa yang dipan- jatkan oleh Nabi Ayub as, tidak tampak
menggerutu dan kesedihan sedikitpun dengan ujian sakitnya yang bertahun-tahun
itu.
Allah-pun merespon doa nabi yang sabar dan tabah itu. Sembuhlah Nabi
Ayub dari penyakitnya yang menahun. Kembalilah seluruh harta bendanya yang
pernah ludes terbakar. Diberikan lagi keturunan yang shaleh dan shalihah,
pengganti anak-anaknya yang meninggal dunia –sebagai ujian Nabi Ayub
as.
2.3. Doa Rasulullah Saw, agar Islam menjadi kuat karena Umar bin
Khatthab atau Abu Jahal bin Hisyam.
Rasulullah Saw
bersbda:
عَنْ اَنَسٍ إِبْنِ مَالِكٍ قَالَ, قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَللّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ بِأَحَبِّ
الرَّجَلَيْنِ بِعُمَرَإبْنِ الْخَطَّابِ أَوْبِأَبِ جَهْلٍ إِبْنِ
هِشَامٍ.
Dari Anas bin Malik, dia berkata: Bersabda Rasulullah
Saw: Ya Allah, perkuatlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang Engkau
cintai, Umar bin Khatthab atau Abu Jahal bin Hisyam.
Atas hidayah Allah
Swt, salah seorang dari tokoh besar kaum kafir itu menyatakan diri masuk Islam,
memperkokoh barisan Rasulullah Saw. Dan, jayalah Islam. Dialah, sayyidina
Umar bin Khatthab. Yang akhirnya, terpilih menjadi khalifah kedua setelah Abu
Bakar Shiddiq.
2.3. Doa tiga orang terjebak di dalam goa.
Suatu
ketika, tiga orang berkelana menyusuri padang pasir. Tiba-tiba, hujan turun
degan sangat lebatnya. Mereka berteduh di dalam goa. Dengan tidak diduga, pintu
goa tertutup oleh batu raksasa yang longsor karena hujan.
Suasana semakin gelap. Membuat tiga orang itu penasaran, takut, dan
tercekam perasaannya. Mereka mendorong batu yang menutup kuat pintu goa. Namun,
tak bergeser sedikitpun -saking besarnya.
Mereka berunding untuk dapat menggeser batu raksasa itu melalui doa
dengan wasilah amalan terbaik masing-masing.
Orang pertama berdoa dengan khusyuknya kepada Allah Swt melalui wasilah
“amal baktinya kepada kedua orang tuanya yang tidak pernah dilakukan orang
lain”. Dia tiap hari selalu memerah susu dombanya untuk kedua orang tuanya sebelum memberi makan kepada anak-anak dan isterinya.
Suatu hari, dia mencari makan dombanya. Namun, kemalaman pulangnya.
Sampai rumah, ayah ibunya sudah tidur. Sedang dia belum memerah susu untuk ayah
bundanya. Cepat-cepat dia memerah susu sebagaimana biasa untuk kedua orang tua.
Tetapi, karena keduanya sudah tidur lelap (karena kelaparan), dia tidak berani
membangunkannya, saking hormatnya.
Sementara, anak-anaknya menangis kelaparan, minta susu. Namun, mereka
tidak diberi sebelum ayah budanya minum lebih dahulu.
Sepertiga malam, kedua
orang tua baru bangun. Lalu susu diserahkan kepada mereka. Setelah itu baru
anak-anaknya.
“Ya Allah, kalau perbuatan itu merupakan amal yang shaleh dan Engkau
ridhai, aku mohon kepada-Mu, bukakan pintu goa ini dari batu raksasa
itu.
Dengan izin Allah, batu bergeser setelah didorong orang ini. Namun,
belum cukup untuk lewat tubuh manusia.
Orang yang kedua tampil dengan doanya yang didahului dengan wasilah
amal shalehnya. Di musim paceklik yang berkepanjangan, putri cantik anak
pamanku datang kerumah. Dia mengadu dan mengeluh, sudah beberapa hari ini
keluarganya tidak makan karena kehabisan bahan. Kalau dibiarkan, bisa meninggal
kelaparan.
Putri pamanku meminta bantuan, agar diberi bahan makan untuk beberapa
hari kedepan. Permintaan itu aku penuhi ya Allah. Tetapi, aku meminta kepada
putri paman itu agar sanggup melayani dorongan nafsuku. Diapun meng “ia” kan.
Namun, setelah aku berada ditengah-tengah kedua kakinya, putri pamanku yang aku
dan dia sama-sama cinta, berkata. Wahai abang, aku memohon kepadamu, janganlah
engkau pecahkan cincinku ini sebelum dihalal kan oleh Allah Swt.
Mendengar kalimat seperti itu, aku langsung melompat cepat meninggalkan
kekasihku tanpa aku nodai sedikitpun.
“Ya Allah, kalau perbuatan itu Engkau anggap amal yang shaleh, tolong
Engkau bukakan pintu goa ini dari himpitan batu raksasa itu.” Atas izin Allah,
batu itupun bergeser setelah didorong oleh orang ini. Sa- yang, belum cukup
untuk lewat tubuh manusia.
Kemudian, ganti orang ketiga. Dia berwasilah perlakuan positifnya
terhadap mantan pegawainya yang telah pulang dan gajinya belum diambil sampai
beberapa tahun.
Gaji itu dikembangkan oleh sang majikan dengan dibelikan ternak kambing
dan unta. Setelah sekian tahun, ternak itu berkembang biak luar biasa.
Sampai-sampai tidak terhitung jumlahnya. Dalam kitab Riyadhusshalihin
disebutkan, jumlahnya satu lembah yang luas.
Datanglah sang mantan pekerja itu berniat mengambil gajinya yang telah
ditinggalkan bertahun-tahun lamanya. Sang majikan mengatakan kepada mantan
pekerjanya. Itu gajimu yang belum kamu ambil. Lihatlah, sekarang menjadi unta
dan kambing yang tak terhitung jumlahnya. Terkejut dan bersyukurlah sang mantan
pekerja itu Dan semua diboyong, dibawa pulang dengan tanpa tersisa
sedikitpun.
“Ya Allah, kalau perbuatanku itu termasuk amal shaleh, tolong Engkau
geser batu penutup pintu gua ini, agar kami bisa keluar dan pulang kerumah
masing-masing.
Subhanallah dengan izin Allah, batu itu bergeser. Dan terbuka lebar
pitu goa. Keluarlah mereka dengan penuh kebahagiaan.
3. Etika
Berdoa
3.1. Suci lahir dan batin.
Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَذَكَرَ الرَّجُلَ
يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَهُ إِلَى السَّمَاءِ يَارَبِّ
وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغَذَّي
بِالْحَرَامِ فَأَنىَّ يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ. (سنن الترمذي, جزء 5, الصفحة
220)
Dari Abi Hurairah ra, ia berkata. Bersabda Rasulullah
Saw: Berdoa seseorang yang sedang melakukan perjalanan panjang. Dia sangat
kusut, penuh dengan debu. Dia menengadahkan tangannya ke kelangit (sambil
berdoa), wahai Tuhan. Tetapi, makannya haram, minumannya haram, pakaiannya
(berasal dari) yang haram, memberi makan (keluarganya) dengan yang haram. Maka,
bagaimana dikabulkan doa yang demikian itu? (Sunan Tirmidzi, Juz 5, hal
220)
Dari Hadits Rasululah Saw ini dapat diambil benang merahnya,
bahwa berdoa itu hendaknya suci lahir batinnya. Hindari makanan, minuman, dan
pakaian yang tidak halal. Pilihlah yang halal-halal saja. Dan, yang halal itu jumlahnya lebih banyak daripada yang haram.
3.2. Merendahkan
diri
Firman Allah Swt:
اُدْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (أَلْأَعْرَاف :55