GURU SEJATINYA TETAP KUNCI DALAM PROSES PEMBELAJARAN. NAMUN, SEBAGAI AGEN PERUBAHAN, GURU DITUNTUT HARUS MAMPU MELAKUKAN VALIDASI MEPERBAHARUI KEMAMPUANNYA, SESUAI DENGAN TUNTUTAN ZAMAN AGAR TIDAK TERTINGGAL

Loading...
 

Jumat, 05 Februari 2016

Mengoreksi Output dan Konsep Pendidikan Indonesia

 
 
Beberapa hari yang lalu dilansir dari BBC.com (11/01/2016) menteri Agama RI, Lukman Hakim mengatakan akan memperbaiki konten materi pelajaran agama di sekolah. Menurutnya, materi pelajaran Agama khususnya terkait dengan sejarah Rasulullah SAW lebih menekankan pada sisi peperangan. Di mana Rasulullah lebih dikenal oleh anak-anak sebagai panglima perang. Beliau menekankan bahwasannya sisi yang saat ini diperlukan ialah lebih menekanankan kepada akhlakul karimah dan toleransi umat beragama yang di contohkan oleh Rasulullah SAW. Sehingga perlunya adanya perbaikan konten materi sejarah pada buku pelajaran PAI.

Tujuannya harus jelas

Memang tidak ada yang salah jika memang mata pelajaran PAI lantas ditambahkan muatan akhlakul karimah. Mengingat akhlakul karimah merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk kepribadian siswa. Hanya saja, jika alasan perbaikan dari materi PAI ini dikarenakan banyaknya materi peperangan dalam mata pelajaran Islam. Ini menunjukan seolah peperangan merupakan hal yang tidak baik dan berdampak negatif bagi anak. Padahal dalam kisah-kisah peperangan Islam terdapat muatan yang sangat dalam dan mencakup akhlakul karimah juga. Seperti ketaatan, pengorbanan, kebijkasanaan, kepemimpinan dan juga kesabaran. Bukan sekadar peperangan fisik melawan musuh.

Adanya usulan ini harusnya diperjelas secara detail atar belakang serta maksud dibaliknya. Sebab adanya dominasi materi akhlakul karimah pun pasti kedepannya akan dipertimbangkan dan dikeluhkan. Misalnya , “ Mengapa sisi ibadah tidak ditonjolkan ?”. “ Mengapa tidak ada sisi heroiknya dan sebagainya “. Selain itu nantinya jika tidak dijelaskan kepada pendidik serta diperjelas maksud perbaikan dari sejarah ini maka akan terjadi miskonsepsi. Di mana akhlaqul karimah lebih baik dibandingkan jihad. Serta perang, jihad atau hal yang berbau kekerasan adalah hal yang selalu buruk. Padahal tidak demikian. Jihad merupakan hal yang sangat mulia dan merupakan media tersebarnya Islam ke seluruh dunia. Bayangkan jika Rasulullah, para Khulafaur Rasyidin serta khalifah setelahnya tidak melakukan aktivitas penaklukan melalui jihad ke negeri-negeri lain. Maka mungkin saja Islam tak akan sampai ke seluruh dunia seperti sekarang.
Dikhawatirkan dengan jauhnya anak-anak umat dengan cerita cerita jihad yang dicontohkan oleh Rasulullah akan menimbulkan dampak berkepanjangan. Pertama, miskonsepsi terkait dengan makna jihad. Dengan penjauhan sejarah Jihad serta makna jihad itu sendiri, akan terjadi pergeseran makna tentang jihad. Yang semula kaya akan kisah kepahlawanan menjadi sesuatu yang menyeramkan , kejam dan tidak pantas dilakukan pada zaman sekarang. Kedua, akan membuat siswa beralih mencari sosok pahlawan baru di luar Islam sebagaimana yang hari ini popular dan berasal dari barat. Padahal dalam sejarah Islam telah banyak sosok-sosok teladan yang luar biasa dan bisa menjadi contoh bagi kehidupan anak. Dan cerita ini pun bukanlah fantasi, melainkan cerita nyata.
Membentuk Siswa berkepriadian Islam

Kini yang menjadi perhatian kita bersama terkait dengan pelajaran agama Islam di sekolah adalah bukan sisi mana dari Rasulullah yang ditonjolkan. Melainkan bagaimana serta kepribadian seperti apa yang akan kita bentuk melalui cerita/sirah Rasullah. Permasalahan pendidikan Indonesia saat ini adalah belum menjadikan kepribadian Islam sebagai goal utama pendidikan Indonesia. Sehingga pemerintah bingung dengan apa hendak membentuk kepribadiannya. ‘Pendidikan Karakter’, ‘Individu Pancasilais’ dan istilah lainnya, nyatanya hingga hari ini masih belum jelas individu nyatanya. Hanya sekedar konsep belaka tanpa kita tahu siapakah orang paling pancasilais di negeri ini. Berkoar-koar tentang pendidikan karakter, namun hingga hari ini kita masih bingung siapakah orang berkarakter itu yang kita jadikan standar.

Salah satu alasan mengapa hari ini individu bangsa seolah semakin kehilangan jati dirinya. Ialah karena tidak punya acuan standar yang jelas serta pendidikan yang masih kabur. Oleh karena itu butuh sebuah konsep jelas akan pendidikan mulai dari output yang dihasilkan, konsep pendidikan hingga teknis yang mendukung. Islam yang merupakan sebuah ideologi sudah sepatutnya menjadi goal utama dalam segala aspek kehidupan bernegara. Termasuk juga dalam mencetak generasi bangsanya. Menjadikan kepribadian Islam sebagai output utama pendidikan negara akan menjadikan konsep pendidikan negeri ini lebih terarah baik dari segi konsep maupun teknis. Misal dari segi konsep, Islam telah menetapkan bahwa landasan pendidikan sebuah Negara adalah Aqidah Islam. Dimana semuanya aktivitas pendidikan diarahkan untuk memperkokoh keimanan generasi muda. Termasuk juga penelitian di bidang sains. Dalam islam, penelitian di bidang sains dikembangkan dalam rangka memudahkan kaum muslimin khususnya dalam ibadah. Jadi bukan sekadar penemuan biasa tanpa tujuan mulia. Kemudian pendidikan Islam menuntut sebuah Negara untuk memfasilitasi aktivitas dan kegiatan pendidikan secara gratis. Karena dalam Islam, pendidikan termasuk ke dalam kebutuhan primer.

Dengan diterapkannya konsep inilah yang menyebabkan lahirnya para ilmuwan muslim seperti Ibnu Alhaitsam, Al khawarizmi , Maryam Al Asturlabi dsb. Merekalah yang banyak berperan dalam penemuan sains di dunia barat. Tentu hal ini tidak terjadi tanpa juga adanya peran Negara yang memfasilitiasi diterapkannya konsep pendidikan mulia ini . Oleh karena itu hendaknya pemerintah dan seluruh stakeholder melihat hal ini. Tanpa harus melakukan penelitian bertahun-tahun tentang seperti apa kurikulum yang tepat serta konten apa yang cocok untuk bangsa ini. Penerapan Islam secara kaffah termasuk juga di bidang pendidikan akan mampu menjamin terwujudnya generasi maju yang berkarakter serta mampu memimpin dunia. Insya Allah. (dakwatuna.com/hdn)

[ Sumber: http://www.dakwatuna.com ]

Berita terkait :
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/01/160111_indonesia_wwc_menag

Tidak ada komentar:

e-Newsletter Pendididkan @ Facebook :

Belanja di Amazon.com :

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

PANDUAN VERIFIKASI AKUN PAYPAL ANDA KE REKENING BANK ANDA [KLIK DISINI]