Oleh: Doni Koesoema A
Pemerhati Pendidikan dan Pengajar di Universitas
Multimedia Nusantara,Serpong
APA
sikap yang mestinya dimiliki orangtua saat mengantarkan anak-anak mereka ke
sekolah di hari pertama?
Kolaborasi
sekolah, rumah, guru, dan orangtua hanya akan efektif bila ada sikap
percaya.
Orangtua
percaya pada guru, sekolah, dan putra-putri mereka.
Hilangnya rasa
kepercayaan dalam dunia pendidikan telah melahirkan berbagai persoalan yang
justru menjauhkan para pendidik dari tugas utama mereka.
Tidak
adanya kepercayaan antara orangtua dan guru telah memosisikan guru dan orangtua
dalam keadaan yang saling berlawanan.
Guru
memersepsikan orangtua tidak mau aktif terlibat dalam pendidikan.
Sebaliknya,
orangtua menganggap guru tidak bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak mereka
ketika nilai akademis anak mereka rendah.
Ketidakpercayaan
orangtua pada guru juga berimbas pada kepercayaan mereka pada lembaga
pendidikan.
Ketidakpercayaan orangtua pada lembaga pendidikan bisa kita lihat
dari maraknya fenomena les-les tambahan yang menjadi beban bagi anak-anak
setelah mereka menjalani proses pendidikan di sekolah.
Bahkan,
sampai pada tahap tertentu, putusnya rasa kepercayaan ditandai dengan maraknya
berbagai macam persoalan yang menghadapkan para pendidik sampai ke ranah hukum,
baik itu karena persoalan pendidikan biasa, kasus kekerasan, dan tindakan
kriminal.
Ketidakpercayaan
orangtua pada anak juga ditandai dengan maraknya sikap protektif yang berlebihan
terhadap anak.
Roh
keterlibatan
Anjuran Mendikbud Anies Baswedan agar orangtua menghantar putra
putri mereka di hari pertama mungkin bagi beberapa orangtua bukan hal yang baru.
Di desa-desa sudah ada kebiasaan ini.
Di
kota besar, malahan ada orangtua yang menghantar anak-anak mereka bukan saja
hari pertama, melainkan juga di hari-hari berikutnya.
Meskipun
anjuran ini sangat klise, ada satu spirit utama yang ingin diangkat kembali,
yaitu perbaikan kualitas relasi dan keterlibatan orangtua dalam pendidikan.
Menghantar
anak bukanlah persoalan utama pendidikan kita saat ini.
Absennya
kualitas kerja sama antara rumah dan sekolah sebagai roh utama pendidikan inilah
yang perlu dihadirkan kembali.
Menghadirkan orangtua dalam pendidikan
terangkum dalam satu konsep dasar, yaitu pelibatan publik.
Anies
Baswedan merupakan satu-satunya mendikbud yang menggemakan kata pelibatan publik
bagi seluruh pelaku dalam ekosistem pendidikan.
Ia
melihat bahwa orangtua ialah pelaku utama peningkatan kualitas pendidikan.
Merekalah
kunci utama perkembangan putra-putri mereka, baik secara mental, akademis,
maupun spiritual.
Karena
itu, simbolisme keterlibatan aktif ini ingin ia tampilkan secara nasional dengan
mengajak para orangtua untuk menghantar putra-putri mereka ke sekolah di hari
pertama.
Bukan
simbolisme
Kolaborasi orangtua sekolah tidak boleh berhenti sekadar sebagai
ritual dan simbolis.
Seolah-olah
hanya dengan menghantar anak ke sekolah, orangtua sudah puas dan merasa terlibat
dalam pendidikan putra-putri mereka.