GURU SEJATINYA TETAP KUNCI DALAM PROSES PEMBELAJARAN. NAMUN, SEBAGAI AGEN PERUBAHAN, GURU DITUNTUT HARUS MAMPU MELAKUKAN VALIDASI MEPERBAHARUI KEMAMPUANNYA, SESUAI DENGAN TUNTUTAN ZAMAN AGAR TIDAK TERTINGGAL

Loading...
 
Tampilkan postingan dengan label Riset - Penelitian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Riset - Penelitian. Tampilkan semua postingan

Minggu, 09 Juni 2019

Orang Cerdas Belum Tentu Bersikap Bijak

Ada alasan mengapa orang cerdas bisa melakukan hal-hal bodoh.


Sekelompok anak laki-laki dan perempuan berkostum hitam putih tengah mengobrol di angkringan, membicarakan proses Computer Assisted Test atau tes CAT yang baru saja mereka rampungkan beberapa menit yang lalu. “Tes seleksi kompetensi dasar atau SKD menggunakan sistem CAT. Pada tahap SKD, kita akan diminta menyelesaikan tiga kelompok soal yaitu Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Tes Intelegensia Umum (TIU) dan Tes Karakteristik Pribadi (TKP),” cerita Kiki, salah satu pendaftar CPNS. Proses CPNS, seperti juga proses seleksi di perusahaan-perusahaan swasta, melibatkan beberapa ragam tes untuk menguji calon pekerjanya. Satu hal yang pasti tidak terlewat adalah tes-tes yang terkait dengan tingkat kecerdasan seseorang, atau yang disebut sebagai Tes Inteligensia Umum (TIU) dalam seleksi CPNS, atau juga akrab dengan sebutan tes IQ dalam kehidupan kita sehari-hari.

Tes-tes sejenis sebenarnya pernah kita lakukan semenjak kita di bangku sekolah. Bahkan, pada beberapa media sosial, misalnya Facebook, ada pengembang aplikasi yang dapat digunakan untuk menguji tingkat kecerdasan. Banyak pengguna yang menjajal ragam aplikasi penguji kecerdasan dan tentu saja mengunggahnya di laman media sosial masing-masing, juga jamaknya penggunaan tes itu untuk menguji calon pegawai, memperlihatkan kuatnya pandangan bahwa kecerdasan adalah (salah satu) hal paling berharga bagi manusia. Sementara itu, belum lama ini, dunia pendidikan kita diriuhkan oleh berita mahasiswa doktoral yang melakukan kebohongan terkait kiprah akademiknya. Sebagai penerima beasiswa di salah satu kampus bagus di Belanda, Dwi Hartanto pasti tak kurang cerdas. Namun, mengapa ia melakukan hal yang ia lakukan? (baca klik disini) Di luar urusan kasus itu, kita juga sering mendapati "orang-orang berpengaruh" di sekitar kita tak selalu orang ber-IQ tinggi. 

Senin, 15 Juli 2013

DOWNLOAD SITUS MANDEH SITI MANGGOPOH

Oleh : Gusphur  *) 

Mandeh Siti Manggopoh tertulis oleh sejarah sebagai “Singa Betina”  dari Sumatera Barat. Kelahirannya 15 Juni 1881. Wafatnya pada 20 Agustus 1965. Akankah umurnya di dunia hanya 84 tahun. Tidak! Menteri Sosial menerbitkan  surat keputusan tanggal 17 Januari 1964, nomor Pol: 1379/64/P.K. (Lembaran Negara nomor 19/1964). Isinya mencatat Mandeh Siti sebagai Perintis Kemerdekaan bagi Indonesia. Selama NKRI ini ada, selama itu pula surat keputusan tersebut boleh diketahui, dibaca, dan dikenang oleh segenap anak bangsa Indonesia.

Tertulis indah nama beliau di salah satu pusara TMP Kusuma Negara, Lolong, Padang. Guratan tulisan tersebut untuk mengenang tokoh perempuan yang merepotkan kaum kolonialis Belanda ini. Bersama suaminya (Rasyid) pernah membantai 55 serdadu Belanda di markasnya sendiri. Posisinya sebagai ibu bagi anak-anaknya tidak mengurangi kebenciannya pada kelaliman penjajah. Amarahnya membara demi membela bumi Tuhan ini dari ketamakan Belanda yang berniat mengembangan sayap jajahan.

Alasan apa yang mendorongnya ikut berperang. Bukankah wanita lebih pantas ada di garis belakang? Wanita sering dinggap makhluk lemah dan perlu dilindungi. Justru, sang Mandeh Siti membalik anggapan tersebut. Hal luarbiasa ini patut dikaji dan disemangati oleh generasi Mandeh Siti era sekarang ini. Tidak saja oleh generasi kaum perempuan. Kaum lelaki pun pasti malu atas kobaran semangat jihad pejuang wanita ini.

Dulu Mandeh Siti bergelut melawan penjajah. Generasi Mandeh Siti sekarang penting juga bergelut. Apa yang harus digeluti? Pertama kebodohan, selanjutnya kemerosotan akhlak, ketiga keterbelakangan. Zaman Mandeh Siti berhadapan dengan senapan belanda. Generasi Mandeh Siti sekarang berhadapan dengan teknologi dan informasi. Umpama ada situs www.mandehsitimanggopoh.com (ingat! Ini umpama).  Maka, link pada ‘Home’ sudah dibuka sebagaimana di atas. Berikutnya masih banyak link yang perlu di-klik. Untuk apa? Setelah link terbuka? Simak, pedomani, dan selanjunya lanjutkan perjuangan Mandeh Siti. 


Senin, 16 Juli 2012

Studi ADB soroti sisi gelap “pendidikan bayangan”


 

Booming industri les privat, yang dikenal sebagai "pendidikan bayangan", menurut sebuah laporan terbaru Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Pusat Penelitian Pendidikan Komparatif (CERC) di Universitas Hong Kong, lebih merupakan kompetisi dan penciptaan perbedaan ketimbang bantuan bagi para siswa.

Di Asia, hal tersebut mendominasi kehidupan anak muda dan keluarga mereka, meneruskan dan menimbulkan ketidakadilan sosial, mengalihkan pendapatan yang diperlukan bagi rumah tangga ke sebuah industri yang tidak diatur, serta menciptakan inefisiensi dalam sistem pendidikan.

"Pendidikan bayangan terus bertambah pada tingkat yang menghawatirkan. Hal tersebut amat luas terjadi di kawasan Asia, dan menambah porsi pendapatan rumah tangga yang dihabiskan untuk les privat," kata Jouko Sarvi, Pemimpin Praktik Pendidikan di Departemen Pembangunan Regional dan Berkelanjutan ADB.

"Para pembuat kebijakan akan lebih bijaksana jika melihat mengapa para orang tua merasa mereka perlu melibatkan guru privat, dan berpikir tentang cara untuk memastikan pendidikan bayangan berpadu dengan --bukan melawan-- sistem yang baku," kata Direktur CERD, Profesor Mark Bray, yang turut menulis laporan bersama Chad Lykins.

Sabtu, 14 April 2012

Video Hari Ini : Guru Ciptakan Alat Pengubah Air Jadi Bahan Bakar Kendaraan

Seorang guru besar fakultas teknik Institut Teknologi Surabaya (ITS) menciptakan bahan bakar kendaraan dengan air. Adalah Profesor Sungkono yang berhasil menciptakan alat yang merubah air menjadi bahan bakar kendaraan bermotor.Lantas bagaimana cara kerja alat tersebut? Berikut liputannya.


Video Lainnya, klik :

Senin, 02 April 2012

Riset Kontroversial : Apakah Internet Membuatmu Bodoh?






Pada tahun 2008, Nicholas Carr mempublikasikan opininya tentang internet yang memicu perdebatan sengit para ilmuwan. Dalam majalah Atlantic, ia menyatakan bahwa situs pencari terpopuler di dunia, Google, membuat generasi ini menjadi lebih bodoh.

Menurut Nicholas, kebiasaan mengklik setiap link dan melompat-lompat dalam “lubang kelinci” informasi online dapat menurunkan kecerdasan kita. Betapa tidak?. Manusia modern lebih senang berselancar di dunia maya mencari pengetahuan instan dari pada menenggelamkan diri dalam buku-buku bermutu ketika melakukan riset. Nicholas memang memiliki pendapatnya sendiri, tetapi ia juga tidak berani mengatakan internet akan membuat seseorang menjadi bodoh.

Bukan hanya riset Nicholas yang menyedot perhatian kaum intelektual, tetapi sebuah lembaga penelitian dari Elon University juga menyerukan isu kontroversial ini dalam studi mereka yang diberi nama Pew Internet Project. Para ilmuwan dalam proyek ini telah mensurvei 317 ahli telekomunikasi untuk membantu menentukan skornya. Menjawab pertanyaan “Apakah google membuat orang-orang bodoh?”, mayoritas peserta sebesar 81% membantahnya.

Janna Anderson dari Elon University berkata,”Tak dapat kita pungkiri bahwa internet menyediakan banyak informasi lebih cepat, dengan format yang lebih bervariasi dan ditujukan pada lebih banyak orang. Alat komunikasi ini kelihatannya dapat meningkatkan kecerdasan para pengguna yang berselancar di dalamnya”

Senin, 12 Maret 2012

Perilaku Kita Ditentukan Oleh Penggunaan Tangan

Oleh : Oleh Lylah M. Alphonse




Kita sering berpikir bahwa kita membuat keputusan berdasarkan mana yang baik dan mana yang buruk — dan itu memang benar. Namun menurut penelitian terbaru, pilihan kita mungkin juga dipengaruhi penggunaan tangan yang dominan, entah kita kidal atau tidak.

Hal itu karena orang-orang yang menggunakan tangan kanan lebih sering memerhatikan sisi kanan halaman atau layar, sementara orang kidal memerhatikan sisi kiri. Peneliti kognitif Daniel Casasanto dari The New School for Social Research mengatakan bahwa ini dinamakan "hipotesis kekhususan tubuh", alias sebuah pendapat bahwa tubuh fisik kita memengaruhi keputusan yang kita buat dancara kita berkomunikasi satu sama lain.

Salah satu cara yang paling mudah untuk menerapkan hipotesis ini adalah dengan melihat apakah seseorang itu kidal atau tidak.

"Melihat tangan mana yang dominan sangat mudah dijadikan parameter karena mudah dilakukan. Tangan kita sangat penting dalam menentukan bagaimana kita berinteraksi dengan dunia," ujar Casasanto pada MSNBC.

Dalam penelitiannya, yang dipublikasikan dalam edisi terbaru Current Direction in Psychlogical Science, sebuah jurnal dari Association for Psychological Science, Casasanto menemukan bahwa orang-orang cenderung memilih hal yang mereka lihat dan rasakan dengan sisi yang sama dengan tangan mereka yang dominan.

Selasa, 21 Februari 2012

Hakikat Seberkas Makalah Ilmiah

Oleh : Terry Mart
Pengajar Fisika FMIPA UI




Tajuk rencana Kompas, 8 Februari lalu, jernih dan obyektif membeberkan
masalah sebenarnya di balik ”Polemik Sekitar Jurnal Ilmiah”.

Kita tentu berharap langkah berani Dirjen Dikti dapat memperbaiki kesalahan masyarakat ilmu kita yang sangat mungkin telah menjadi penyebab ketertinggalan prestasi kita dibandingkan dengan negara tetangga. Namun, tulisan Franz Magnis-Suseno yang berdampingan dengan tajuk rencana tersebut dengan kesimpulan yang sangat berseberangan menggelitik hati saya untuk mempertanyakan hakikat
seberkas makalah ilmiah yang jadi pokok soal. Saya khawatir hakikat ini telah dilupakan.

Hakikat makalah ilmiah

Pada hakikatnya, seberkas makalah ilmiah tak lebih dari sebuah laporan hasil salah satu kegiatan tridarma perguruan tinggi: penelitian dalam bentuk ringkas, tetapi padat dan mengikuti kaidah yang telah disepakati komunitas penelitian itu. Tentu jika ada pelaporan harus ada penerima dan pemeriksa laporan. Siapa lagi yang kompeten memeriksa laporan itu jika bukan kolega sejawat dan sebidang yang sangat paham makna hasil penelitian itu.

Jumat, 27 Januari 2012

Research Channel

 

Research Channel TV and Video :

Peneliti Indonesia Diingatkan Belajar Menulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Lesunya iklim penelitian di Indonesia tidak hanya dipicu oleh kurangnya dukungan dana dari pemerintah. Faktor lain yang turut melesukan dunia penelitian di Indonesia karena banyak peneliti yang lemah dalam kemampuan menulis, khususnya menulis dalam bahasa Inggris. 

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran Eky S Soeria Soemantri mengatakan, hal itu dapat dilihat dari sepinya hasil penelitian para peneliti Indonesia yang dipublikasikan dalam jurnal penelitian internasional.

"Itu makanya para peneliti harus diberikan pelatihan agar memiliki kemahiran dalam menulis," kata Eky kepada Kompas.com, Kamis (19/1/2012), di Hotel Mulia, Jakarta.

Kamis, 12 Januari 2012

Bersekolah Lebih Lama Bisa Pertinggi Tingkat Kecerdasan

Sebuah penelitian di Norwegia menunjukkan orang yang bersekolah lebih lama dari rekan seusianya punya skor tes kecerdasan atau IQ lebih tinggi.  

Menurut Tarryn Ann Galloway, peneliti Norwegia, anak yang bersekolah dua tahun lebih lama punya tingkat kecerdasan lebih tinggi hingga 7 poin. Mereka yang menjalani wajib sekolah setahun lebih lama mendapat kenaikan poin IQ sekitar 3.7.

Pada pertengahan dasawarsa 1950-an Pemerintah Norwegia mewajibkan setiap anak bersekolah hingga berusia 16 tahun. Sampai tahun 1972 masyarakat harus ikut dalam reformasi pendidikan wajib, yang berarti selama hampir 20 tahun anak-anak di beberapa kota bersekolah sampai tujuh tahun dan lainnya bersekolah hingga sedikitnya sembilan tahun.

Perbedaan lamanya waktu bersekolah itu diteliti oleh Taryn Ann Galloway dari Universitas Oslo. Ia meneliti dampak bersekolah dua tahun lebih lama terhadap perkembangan kecerdasan siswa. Ia mengatakan semua orang muda di Norwegia diwajibkan mengikuti tes kecerdasan atau IQ untuk mengikuti wajib militer pada usia 19 tahun.

Galloway dan koleganya meneliti data 107.000 pemuda yang ikut wajib militer untuk mencari hubungan antara lamanya mereka bersekolah dengan skor tes IQ yang diperoleh dari data militer.

Skor IQ rata-rata adalah 100, dan kebanyakan penduduk  mendapat skor antara 85 hingga 115.
Galloway mengatakan siswa yang bersekolah dua tahun lebih lama mendapat IQ yang lebih tinggi hingga 7 poin. Mereka yang menjalani wajib sekolah setahun lebih lama mendapat kenaikan poin IQ sekitar 3.7

Ia mengatakan bersekolah dua tahun lebih lama pada masa remaja bisa membantu menaikkan skor IQ.

[Sumber : http://www.voanews.com]

Minggu, 08 Januari 2012

Anak-anak yang Aktif Secara Fisik Lebih Berprestasi

Di banyak negara, sekolah-sekolah kini lebih fokus pada mata pelajaran akademis seperti matematika dan membaca. Aktivitas-aktivitas lainnya, termasuk pendidikan olahraga, seringkali dikesampingkan. Sekarang, riset terbaru menunjukkan anak-anak yang secara fisik aktif juga lebih berhasil secara akademis.

Anak-anak yang lebih aktif secara fisik, lebih berprestasi secara akademis (foto:dok).
Dalam studi terbaru ini, para periset dari Pusat Kesehatan Universitas VU di Amsterdam menggabungkan hasil-hasil berbagai studi sebelumnya dari Amerika Utara dan Afrika Selatan, termasuk kurang lebih 55.000 anak berumur 6 hingga 18 tahun.

Dalam apa yang disebut ‘tinjauan sistematis’ atas ke-14 studi tersebut, para periset menemukan keterkaitan antara aktivitas fisik dan perkembangan kinerja akademis.

“Berdasarkan hasil-hasil studi kami, kami bisa simpulkan bahwa aktif secara fisik bermanfaat bagi kinerja akademis,” ujar Amrika Singh, ketua tim periset itu.

Amika Singh, mengatakan mungkin ada penjelasan biologis untuk mengaitkan aktivitas fisik dengan prestasi di sekolah.

e-Newsletter Pendididkan @ Facebook :

Belanja di Amazon.com :

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

PANDUAN VERIFIKASI AKUN PAYPAL ANDA KE REKENING BANK ANDA [KLIK DISINI]