Pada tahun 2008, Nicholas Carr mempublikasikan opininya tentang internet yang memicu perdebatan sengit para ilmuwan. Dalam majalah Atlantic, ia menyatakan bahwa situs pencari terpopuler di dunia, Google, membuat generasi ini menjadi lebih bodoh.
Menurut Nicholas, kebiasaan mengklik setiap link dan melompat-lompat dalam “lubang kelinci” informasi online dapat menurunkan kecerdasan kita. Betapa tidak?. Manusia modern lebih senang berselancar di dunia maya mencari pengetahuan instan dari pada menenggelamkan diri dalam buku-buku bermutu ketika melakukan riset. Nicholas memang memiliki pendapatnya sendiri, tetapi ia juga tidak berani mengatakan internet akan membuat seseorang menjadi bodoh.
Bukan hanya riset Nicholas yang menyedot perhatian kaum intelektual, tetapi sebuah lembaga penelitian dari Elon University juga menyerukan isu kontroversial ini dalam studi mereka yang diberi nama Pew Internet Project. Para ilmuwan dalam proyek ini telah mensurvei 317 ahli telekomunikasi untuk membantu menentukan skornya. Menjawab pertanyaan “Apakah google membuat orang-orang bodoh?”, mayoritas peserta sebesar 81% membantahnya.
Janna Anderson dari Elon University berkata,”Tak dapat kita pungkiri bahwa internet menyediakan banyak informasi lebih cepat, dengan format yang lebih bervariasi dan ditujukan pada lebih banyak orang. Alat komunikasi ini kelihatannya dapat meningkatkan kecerdasan para pengguna yang berselancar di dalamnya”
Menurut Anderson, dengan internet, kita dapat membagikan kecerdasan kolektif kepada publik. Memodifikasi semua tingkat arsitektur dan aplikasi yang kita gunakan secara online memang selalu menghasilkan teknologi baru yang tak ada habisnya. Semuanya selalu bertambah baik dan sempurna.
Pendapat tersebut kedengarannya benar. Bagi para teknokrat yang berurusan langsung dengan teknologi online, internet memang sangat bermanfaat. Akan tetapi, bagaimana dengan pengguna harian, orang-orang awam yang menghabiskan waktu mereka untuk memperbaharui status facebook dan menonton video youtube dari pada menggali manfaat edukasi dari internet?
Metode Belajar Kelas Online
Salah satu contohnya yaitu belajar jarak jauh secara online. Penelitian terbaru menunjukkan perbandingan antara para siswa yang belajar mata kuliah mikro ekonomi di dalam kelas dan yang belajar lewat website. Hasilnya, bagi para siswi, kedua metode ini sama baiknya, sementara bagi para siswa yang bermasalah dengan studi mereka kebanyakan kesulitan dengan intruksi online yang ada.
“Kami menemukan perbedaan yang sangat jelas antara sistem belajar online dengan sistem belajar kelas yang konvensional”, ujar David Figlio dari Northwestern University.
Pada saat yang bersamaan, Figlio tak bermaksud menjadikan penelitiannya tentang internet sebagai alasan untuk melawan sistem pendidikan online. Ia hanya ingin menegaskan bahwa kursus online jangan dijadikan satu-satunya sarana belajar.
“Saya benar-benar mempercayai bahwa internet dapat bermanfaat bagi pendidikan dan saya telah menyaksikan beberapa kelas berbasis internet, saya pikir itu fenomenal”, ujar Figlio,” Studi saya menunjukkan bahwa ketika pihak kampus menerapkan metode pelajaran kelas yang konvensional pada internet, akibatnya tidak baik”
Dengan jalan demikian, internet tidaklah berbeda dari pada instruksi tradisonal dan sarana belajar seperti buku-buku. Para pengguna dari berbagai latar belakanglah yang akan menggunakan informasi, menggali dan menyimpannya dengan cara yang berbeda.
Mungkin kemudian, pertanyaannya bukanlah apakah internet memuat anda bertambah pintar atau bodoh, tetapi apakah internet telah mengubah konsep kita mengenai kecerdasan terutama bagi generasi muda yang dibesarkan dengan website.
“Saya pikir kita benar-benar berada dalam titik pembahasan yang menarik, dalam aspek sosial dan pendidikan terutama, dimana banyak yang menyetujui bahwa definisi pintar itu lebih dari sekedar hasil tes IQ atau nilai-nilai ujian mata kuliah tertentu”, ujar Christine Greenhow dari University of Maryland yang menspesialisasikan dirinya dalam penelitian pengaruh internet pada kebiasaan remaja.
Pada zaman digital, kecerdasan telah berkembang pesat, lebih dari sekedar pengetahuan yang berhasil dicapai. Internet terbukti telah mengaktifkan kecerdasan kolektif. Sama seperti orang-orang dapat dengan bebas membeli buku fiksi dari pada buku teks klasik di toko buku, mereka dapat mengkonsumsi infotainment dari pada menganalisa berita online.
Namun, sebelum data empiris diperoleh untuk memetakan bagaimana internet membentuk kita, beberapa celah masih terlihat dalam perdebatan yang dibangun oleh Nicholas Spurr.
“Entah pola belajar dan metode mengolah informasi seorang anak berubah kearah yang lebih baik atau lebih buruk, saya pikir keduannya tetap berpengaruh pada masyarakat luas”, ujar Greenhow .
Penelitian ini perlu menjadi perhatian utama dari para pendidik, mengingat generasi muda zaman sekarang sudah tidak dapat dilepaskan dari internet. Nicholas Carr hanya ingin memberikan alarm, jangan sampai teknologi yang begitu bermanfaat ini justru mendatangkan kemunduran bagi anak-anak kita.
http://news.discovery.com/tech/does-the-internet-make-you-smart-or-dumb.html
[Sumber : http://www.yohanessurya.com/]
Menurut Nicholas, kebiasaan mengklik setiap link dan melompat-lompat dalam “lubang kelinci” informasi online dapat menurunkan kecerdasan kita. Betapa tidak?. Manusia modern lebih senang berselancar di dunia maya mencari pengetahuan instan dari pada menenggelamkan diri dalam buku-buku bermutu ketika melakukan riset. Nicholas memang memiliki pendapatnya sendiri, tetapi ia juga tidak berani mengatakan internet akan membuat seseorang menjadi bodoh.
Bukan hanya riset Nicholas yang menyedot perhatian kaum intelektual, tetapi sebuah lembaga penelitian dari Elon University juga menyerukan isu kontroversial ini dalam studi mereka yang diberi nama Pew Internet Project. Para ilmuwan dalam proyek ini telah mensurvei 317 ahli telekomunikasi untuk membantu menentukan skornya. Menjawab pertanyaan “Apakah google membuat orang-orang bodoh?”, mayoritas peserta sebesar 81% membantahnya.
Janna Anderson dari Elon University berkata,”Tak dapat kita pungkiri bahwa internet menyediakan banyak informasi lebih cepat, dengan format yang lebih bervariasi dan ditujukan pada lebih banyak orang. Alat komunikasi ini kelihatannya dapat meningkatkan kecerdasan para pengguna yang berselancar di dalamnya”
Menurut Anderson, dengan internet, kita dapat membagikan kecerdasan kolektif kepada publik. Memodifikasi semua tingkat arsitektur dan aplikasi yang kita gunakan secara online memang selalu menghasilkan teknologi baru yang tak ada habisnya. Semuanya selalu bertambah baik dan sempurna.
Pendapat tersebut kedengarannya benar. Bagi para teknokrat yang berurusan langsung dengan teknologi online, internet memang sangat bermanfaat. Akan tetapi, bagaimana dengan pengguna harian, orang-orang awam yang menghabiskan waktu mereka untuk memperbaharui status facebook dan menonton video youtube dari pada menggali manfaat edukasi dari internet?
Metode Belajar Kelas Online
Salah satu contohnya yaitu belajar jarak jauh secara online. Penelitian terbaru menunjukkan perbandingan antara para siswa yang belajar mata kuliah mikro ekonomi di dalam kelas dan yang belajar lewat website. Hasilnya, bagi para siswi, kedua metode ini sama baiknya, sementara bagi para siswa yang bermasalah dengan studi mereka kebanyakan kesulitan dengan intruksi online yang ada.
“Kami menemukan perbedaan yang sangat jelas antara sistem belajar online dengan sistem belajar kelas yang konvensional”, ujar David Figlio dari Northwestern University.
Pada saat yang bersamaan, Figlio tak bermaksud menjadikan penelitiannya tentang internet sebagai alasan untuk melawan sistem pendidikan online. Ia hanya ingin menegaskan bahwa kursus online jangan dijadikan satu-satunya sarana belajar.
“Saya benar-benar mempercayai bahwa internet dapat bermanfaat bagi pendidikan dan saya telah menyaksikan beberapa kelas berbasis internet, saya pikir itu fenomenal”, ujar Figlio,” Studi saya menunjukkan bahwa ketika pihak kampus menerapkan metode pelajaran kelas yang konvensional pada internet, akibatnya tidak baik”
Dengan jalan demikian, internet tidaklah berbeda dari pada instruksi tradisonal dan sarana belajar seperti buku-buku. Para pengguna dari berbagai latar belakanglah yang akan menggunakan informasi, menggali dan menyimpannya dengan cara yang berbeda.
Mungkin kemudian, pertanyaannya bukanlah apakah internet memuat anda bertambah pintar atau bodoh, tetapi apakah internet telah mengubah konsep kita mengenai kecerdasan terutama bagi generasi muda yang dibesarkan dengan website.
“Saya pikir kita benar-benar berada dalam titik pembahasan yang menarik, dalam aspek sosial dan pendidikan terutama, dimana banyak yang menyetujui bahwa definisi pintar itu lebih dari sekedar hasil tes IQ atau nilai-nilai ujian mata kuliah tertentu”, ujar Christine Greenhow dari University of Maryland yang menspesialisasikan dirinya dalam penelitian pengaruh internet pada kebiasaan remaja.
Pada zaman digital, kecerdasan telah berkembang pesat, lebih dari sekedar pengetahuan yang berhasil dicapai. Internet terbukti telah mengaktifkan kecerdasan kolektif. Sama seperti orang-orang dapat dengan bebas membeli buku fiksi dari pada buku teks klasik di toko buku, mereka dapat mengkonsumsi infotainment dari pada menganalisa berita online.
Namun, sebelum data empiris diperoleh untuk memetakan bagaimana internet membentuk kita, beberapa celah masih terlihat dalam perdebatan yang dibangun oleh Nicholas Spurr.
“Entah pola belajar dan metode mengolah informasi seorang anak berubah kearah yang lebih baik atau lebih buruk, saya pikir keduannya tetap berpengaruh pada masyarakat luas”, ujar Greenhow .
Penelitian ini perlu menjadi perhatian utama dari para pendidik, mengingat generasi muda zaman sekarang sudah tidak dapat dilepaskan dari internet. Nicholas Carr hanya ingin memberikan alarm, jangan sampai teknologi yang begitu bermanfaat ini justru mendatangkan kemunduran bagi anak-anak kita.
http://news.discovery.com/tech/does-the-internet-make-you-smart-or-dumb.html
[Sumber : http://www.yohanessurya.com/]
Artikel/Informasi Terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar