GURU SEJATINYA TETAP KUNCI DALAM PROSES PEMBELAJARAN. NAMUN, SEBAGAI AGEN PERUBAHAN, GURU DITUNTUT HARUS MAMPU MELAKUKAN VALIDASI MEPERBAHARUI KEMAMPUANNYA, SESUAI DENGAN TUNTUTAN ZAMAN AGAR TIDAK TERTINGGAL

Loading...
 

Senin, 16 Juli 2012

Studi ADB soroti sisi gelap “pendidikan bayangan”


 

Booming industri les privat, yang dikenal sebagai "pendidikan bayangan", menurut sebuah laporan terbaru Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Pusat Penelitian Pendidikan Komparatif (CERC) di Universitas Hong Kong, lebih merupakan kompetisi dan penciptaan perbedaan ketimbang bantuan bagi para siswa.

Di Asia, hal tersebut mendominasi kehidupan anak muda dan keluarga mereka, meneruskan dan menimbulkan ketidakadilan sosial, mengalihkan pendapatan yang diperlukan bagi rumah tangga ke sebuah industri yang tidak diatur, serta menciptakan inefisiensi dalam sistem pendidikan.

"Pendidikan bayangan terus bertambah pada tingkat yang menghawatirkan. Hal tersebut amat luas terjadi di kawasan Asia, dan menambah porsi pendapatan rumah tangga yang dihabiskan untuk les privat," kata Jouko Sarvi, Pemimpin Praktik Pendidikan di Departemen Pembangunan Regional dan Berkelanjutan ADB.

"Para pembuat kebijakan akan lebih bijaksana jika melihat mengapa para orang tua merasa mereka perlu melibatkan guru privat, dan berpikir tentang cara untuk memastikan pendidikan bayangan berpadu dengan --bukan melawan-- sistem yang baku," kata Direktur CERD, Profesor Mark Bray, yang turut menulis laporan bersama Chad Lykins.
Segala biaya yang terkait dengan "pendidikan bayangan" amat mencengangkan. Di Pakistan, pengeluaran les per anak rata-rata setara USD 3,40 per bulan pada 2011, sebuah angka yang besar mengingat 60% penduduk Pakistan dilaporkan hidup dengan kurang dari USD 2 per hari. Di Hong Kong, China, dana bisnis penyediaan les privat untuk sekolah menengah mencapai USD 255 juta pada 2011. Di Jepang, keluarga-keluarga menghabiskan USD 12 miliar pada 2010 untuk les privat.

Permintaan akan les privat ini sebagian didorong oleh persepsi negatif atas sekolah tradisional dan keyakinan bahwa pelajaran tambahan merupakan hal penting bagi keberhasilan akademis. Namun, les privat tidak selalu efektif dalam meningkatkan prestasi akademik, dan di beberapa sekolah sejumlah siswa sering bolos atau tidur sepanjang pelajaran karena mereka lelah setelah dijejali pelajaran tambahan yang berlebihan. Ini berarti bahwa sistem pendidikan bayangan dapat membuat pendidikan reguler kurang efisien.

Beberapa guru juga lebih fokus pada pelajaran privat daripada kelas reguler, menjadi penyebab lain atas inefisiensi. Situasi menjadi problematis ketika para guru memberikan les privat tambahan untuk sejumlah murid, padahal mereka sebenarnya bertanggung jawab kepada murid-murid itu dalam sistem publik. Hal ini dapat menyebabkan korupsi ketika guru sengaja mengajar kurang di kelas reguler mereka supaya bisa mempromosikan pasar les privat.

Laporan itu mengatakan para pembuat kebijakan di seluruh Asia perlu mengamati lebih dekat bagaimana pendidikan bayangan mempengaruhi anggaran keluarga, waktu anak-anak, dan sistem pendidikan nasional. Para pembuat kebijakan kemudian harus merancang peraturan untuk melindungi konsumen sambil menekankan perbaikan sekolah umum guna mengurangi kebutuhan akan les privat.

Sumber : Website ADB

Berikut Laporan ADB :

Tidak ada komentar:

e-Newsletter Pendididkan @ Facebook :

Belanja di Amazon.com :

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

PANDUAN VERIFIKASI AKUN PAYPAL ANDA KE REKENING BANK ANDA [KLIK DISINI]