PADANG, HALUAN — Anggota DPRD Kota Padang Jamasri melihat ada persepsi keliru, tentang pemberian dana sertifikasi guru.
Menurutnya, pemberian tersebut bukan semata penambahan penghasilan, namun lebih dari itu. Yakni, terjadi peningkatan kualitas guru, dalam proses belajar mengajar. Dimana hasil dari proses itu, melahirkan generasi yang berkualitas pula.
"Selama ini, perpepsi atau pandangan terhadap dana sertifikasi memang untuk penambahan penghasilan. Padahal itu pada dasarnya untuk peeningkatan kualitas. Bukan mendorong perilaku konsumtif yang cenderung terjadi seperti saat ini," katanya kemarin.
Ia berpendapat, mestinya dana itu dibelikan untuk sesuatu yang bermanfaat. Seperti membeli buku, laptop atau ikut kursus-kursus, dalam rangka meningkatkan kualitas diri guru bersangkutan, Jika itu dilakukan, maka baru akan berkolerasi positif dengan peningkatan mutu pendidikan.
"Artinya, dana sertifikasi itu merupakan reward atau penghargaan atas usaha mereka, dalam mengembangkan kapasitas diri guru dan demi peningkatan kulaitas pendidikan," katanya.
Ia juga menyorot penilaian dalam sertifikasi seperti mengajar 24 jam. Itu mungkin bisa saja dipenuhi. Namun jika tidak diikuti dengan peningkatan mutu pendidikan, artinya uang yang diberikan pemerintah sia-sia.
"Sama saja bohong, kalau hanya mengejar jam mengajar 24 jam, tapi kualitas guru itu sendiri tidak bertambah. Belum lagi dampak pada siswa, yang tidak mendapat kesempatan menikmati masa bermainnya," lanjutnya.
Ia berharap, ke depan, pemahaman itu dapat diluruskan kembali. Bahwa dana sertifikasi yang didapatkan guru, jangan hanya dihabiskan untuk kebutuhan konsumtif semata. Tapi juga diiringi dengan peningkatan kualitas guru itu sendiri.
Hal yang tidak jauh berbeda disampaikan Wakil Ketua Komisi II DPRD Kota Padang Raflis Agus. Selama ini, katanya, dana sertifikasi cenderung membuat para guru lebih materialistis. Karena, mereka lebih memikirkan mendapatkan dana sertifikasi, daripada bagaimana anak-anak menjadi pintar.
"Saya mengharapkan, dengan adanya dana sertifikasi ini, para guru jangan lagi bersikap konsumtif dan materialis. Tapi, harus kembalikan guru seperti dulu lagi, yang disebut pahlawan tanpa tanda jasa. Tentunya guru yang lebih sejahtera," tegasnya
Menurutnya, pemberian tersebut bukan semata penambahan penghasilan, namun lebih dari itu. Yakni, terjadi peningkatan kualitas guru, dalam proses belajar mengajar. Dimana hasil dari proses itu, melahirkan generasi yang berkualitas pula.
"Selama ini, perpepsi atau pandangan terhadap dana sertifikasi memang untuk penambahan penghasilan. Padahal itu pada dasarnya untuk peeningkatan kualitas. Bukan mendorong perilaku konsumtif yang cenderung terjadi seperti saat ini," katanya kemarin.
Ia berpendapat, mestinya dana itu dibelikan untuk sesuatu yang bermanfaat. Seperti membeli buku, laptop atau ikut kursus-kursus, dalam rangka meningkatkan kualitas diri guru bersangkutan, Jika itu dilakukan, maka baru akan berkolerasi positif dengan peningkatan mutu pendidikan.
"Artinya, dana sertifikasi itu merupakan reward atau penghargaan atas usaha mereka, dalam mengembangkan kapasitas diri guru dan demi peningkatan kulaitas pendidikan," katanya.
Ia juga menyorot penilaian dalam sertifikasi seperti mengajar 24 jam. Itu mungkin bisa saja dipenuhi. Namun jika tidak diikuti dengan peningkatan mutu pendidikan, artinya uang yang diberikan pemerintah sia-sia.
"Sama saja bohong, kalau hanya mengejar jam mengajar 24 jam, tapi kualitas guru itu sendiri tidak bertambah. Belum lagi dampak pada siswa, yang tidak mendapat kesempatan menikmati masa bermainnya," lanjutnya.
Ia berharap, ke depan, pemahaman itu dapat diluruskan kembali. Bahwa dana sertifikasi yang didapatkan guru, jangan hanya dihabiskan untuk kebutuhan konsumtif semata. Tapi juga diiringi dengan peningkatan kualitas guru itu sendiri.
Hal yang tidak jauh berbeda disampaikan Wakil Ketua Komisi II DPRD Kota Padang Raflis Agus. Selama ini, katanya, dana sertifikasi cenderung membuat para guru lebih materialistis. Karena, mereka lebih memikirkan mendapatkan dana sertifikasi, daripada bagaimana anak-anak menjadi pintar.
"Saya mengharapkan, dengan adanya dana sertifikasi ini, para guru jangan lagi bersikap konsumtif dan materialis. Tapi, harus kembalikan guru seperti dulu lagi, yang disebut pahlawan tanpa tanda jasa. Tentunya guru yang lebih sejahtera," tegasnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar