GURU SEJATINYA TETAP KUNCI DALAM PROSES PEMBELAJARAN. NAMUN, SEBAGAI AGEN PERUBAHAN, GURU DITUNTUT HARUS MAMPU MELAKUKAN VALIDASI MEPERBAHARUI KEMAMPUANNYA, SESUAI DENGAN TUNTUTAN ZAMAN AGAR TIDAK TERTINGGAL

Loading...
 

Senin, 06 Juli 2015

Kebijakan Pendidikan Negara Maju Sebagai Cermin Untuk Mendongkrak Kualitas Pendidikan Indonesia

 
 
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMA 3 Batusangkar- Peraih Predikat I Guru Berprestasi Nasional. 
            Setiap tahun lembaga independen dunia tentang pendidikan selalu memonitor tentang kualitas SDM bangsa-bangsa di dunia. Selalu ada versi negara terbaiknya, seperti tahun lalu ada versi “The best top ten nations in education quality”. Sepuluh negara terbaik dalam kualitas pendidikannya yaitu: Amerika Serikat, Polandia, Jerman, Perancis, Israel, Swedia, England, Korea Selatan, Jepang dan Kanada.
            Negera-negara tersebut bisa meraih predikat sebagai negara terbaik untuk kategori pendidikan karena kemajuan kualitas SDM masyarakatnya, mereka punya wawasan dan pengetahuan yang luas. Kondisi ini terbentuk karena faktor budaya membaca mereka yang sangat kuat. Juga karena kualitas Pendidikan Dasar dan Pendidikan Lanjutan mereka yang sangat bagus. Kemudian, kaum perempuan mereka, sebagai pembentuk kualitas keluarga, juga sangat menentukan. Inilah komponen dasar untuk menilai kualitas pendidikan  bangsa-bangsa di dunia.
            Selanjutnya bagaimana keunggulan pendidikan pada masing-masing negara tersebut, kita akan sorot secara singkat satu per-satu:
1) Kanada, negara ini memiliki mutu pendidikan yang sangat bagus sejak jenjang Pra-Sekolah, SD, SLTP, SLTA hingga Perguruan Tinggi. Kualitas masyarakat dan kaum perempuan juga sangat bagus, mereka punya wawasan dan pengetahuan yang luas. Sistem pendidikan dikontrol oleh setiap propinsi. Ekonominya sangat kuat dan semua industri sangat bersaing.
2) Jepang, memiliki mutu pendidikan yang sangat bagus sejak pendidikan Pra-Sekolah, SD, SLTP, SLTA hingga Perguruan Tinggi. Kualitas masyarakat dan kaum perempuannya sangat bagus, mereka punya wawasan dan pengetahuan yang luas. Yang juga menonjol adalah adanya pusat pengembangan profesi guru. Kualitas sistem pendidikan disana sudah merata dan terkontrol sangat baik pada setiap propinsi.  
3) Korea Selatan, negara memiliki mutu pendidikan yang sangat bagus sejak pendidikan Pra-Sekolah, SD, SLTP, SLTA hingga Perguruan Tinggi. Kualitas masyarakat dan kaum perempuannya  sangat bagus, punya wawasan dan pengetahuan yang luas. Lembaga pendidikan memiliki ekskul yang bagus sehingga melahirkan banyak atlit (untuk bidang olah raga) dan aktor/ aktris (dari ekskul seni/ musik). Ingat dengan prestasi gemilang Boy Band, Girl Band dan K-Pop adalah berawal dari ekskul pada bidang seni. Orang tua disana juga memberikan partisipasi yang bagus.
Bandingan dengan partisipasi orang tua di negara kita yang terkesan berlepas tangan, terkesan serba menyerahkan kualitas pendidikan anak pada sekolah semata. Mungkin karena orang tua di negara kita miskin dengan ilmu parenting.
Kegiatan self-study atau otodidak sudah sangat lazim di Korea Selatan. Bandingkan dengan negara kita untuk memacu seseorang prestasi hanya tergantung sebatas belajar pada “bimbel- bimbingan belajar buat akademik”, pada sanggar seni. Di rumah motivasi belajar mampir mencapai titik nol.
Untuk contoh bahwa peningkatan kualitas Olah Raga tergantung hanya selama Diklat saja, tidak ada Diklat ya tidak ada latihan. Panteslah kualitas olah raga kita selalu dilihat orang sebelah mata di dunia. Budaya kompetitif (bersaing untuk maju) juga tumbuh di Korea Selatan untuk memacu prestasi, terutama buat bidang akademik, olah raga dan seni.
4) England, negara ini memiliki mutu pendidikan yang sangat bagus sejak pendidikan Pra-Sekolah, SD, SLTP, SLTA hingga Perguruan Tinggi. Kualitas masyarakat dan kaum perempuan mereka sangat bagus, punya wawasan dan pengetahuan yang luas. Yang sangat menonjol adalah kemampuan membaca warganya yang kuat. Wajib belajar disana sampai usia 16 tahun dan banyak sekolah menerapkan full time study. 
5) Swedia, mengapa kualitas pendidikan negara ini terbaik di dunia ? Karena masyarakatnya punya program membaca. Teman saya dari Swedia (Ulla mo, Eva dan Gunni) mengatakan bahwa di kampung mereka ada “reading time” yang dilakukan oleh semua warga. Juga ada pusat belajar bagi orang dewasa, pendidikan bagi orang berkebutuhan khusus, dan masyarakat dengan semua tingkat status sosial ekonomi punya hak yang sama buat bersekolah dan wajib belajarnya selama 12 tahun- dengan praktek/ mutu  yang bagus.     
6) Israel merupakan negara baru dan selalu konflik dengan negara tetangganya namun kualitas pendidikannya sangat bagus di-dunia. Faktor penentu adalah kualitas lembaga pendidikan, kualitas masyarakat dan kaum perempuan yang sangat tinggi. Mereka memiliki tingkat akses ilmu pengetahuan yang bagus. Kemampuan membaca anak didik di tingkat SD, SLTP dan SLTA sangat tinggi. Kemudian adanya keunggulan dalam pendidikan seni dan sains.
7) Perancis, terkenal dengan pendidikan inklusifnya ke seluruh dunia. Lycee atau sekolah SMA-nya sudah berkualitas internasional. Maaf, tidak ibarat sekolah SMA RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Nasional) yang menjamur di seantaro tanah air sebelumnya. Namanya SMA RSBI tetapi pelaksanaanya, manajemen- kualitas guru- kualitas anak didik- dan perhatian orang- semua bertaraf lokal.
Tingkat mengakses ilmu pengetahuan seluruh masyarakat Perancis sangat bagus. Tingginya skor SDM pendidikan Perancis karena desain Sekolah Dasar hingga Sekolah Lanjutan yang berkualitas, juga mutu kaum perempuan dan masyarakat Perancis yang bagus. Mereka memiliki wawasan dan pengetahuan yang tinggi.        
8) Jerman, kualitas lembaga pendidikan di tingkat rendah hingga pendidikan tinggi sangat bagus. Kaum perempuan dan masyarakatnya memiliki pengetahuan dan wawasan yang cukup luas. Kekuatan Jerman dalam mendorong kualitas SDM adalah dalam mendesain Pendidikan Usia Dini. Aktifitas dan desain lembaga pendidikan ini sangat berkualitas. Yang menonjol buat pendidikan Pre-School ini adalah: kurikulum, aktifitas dan visinya jelas serta cukup akuntabel, kemudian pemerintah selalu mendorong dan memonitor kualitas minat baca masyarakat di seluruh Jerman.
Bandingkan dengan pendidikan Pre-School di negara kita yang hanya di daerah perkotaan saja yang mendapat perhatian. Dan nun jauh di berbagai pelosok anak anak pra sekolah memperoleh perlakuan dan perhatian yang rendah, intelektual mereka miskin rangsangan. Malah mereka kerap memperoleh bullying, diskriminasi, eksplotasi dan kekerasan dari lingkungan.   
9) Polandia, sempat ambruk mutu SDMnya saat di bawah rezim komunis, dan sekarang negara ini sudah bercorak negara Barat. Negara ini memperoleh capaian skor indeks SDM masyarakat yang bagus. Kaum perempuan dan lembaga pendidikannya berkualitas, juga karena adanya beberapa kebijakan positif pemerintah. Pemerintah mendesain “Pusat Belajar Buat Orang Dewasa” dan “High School Online”. Pemerintah selalu mengkampanyekan- mendorong dan memonitor- minat baca masyarakat.
Sekarang mari kita lihat keadaan di negara kita. Apakah ada fasilitas perpustakaan di setiap kota ? Kalaupun ada, apa cukup ramai dikunjungi masyarakat- wah tentu tidak. Kemudian perpustakaanya berkualitas ? Bagaimana dengan perpustakaan kampus, hingga perpustakaan sekolah di seantaro nusantara ini ? Nah inilah penyebab selalu terpuruk kualitas SDM kita, yakni minat baca masyarakat yang rendah.
10) Amerika Serikat, akses pendidikan di negara ini sudah merata. Ada 50 negara bagian di negara ini dan semua negara bagian ini telah memiliki kualitas pendidikan yang sangat bagus, tidak ada kesenjangan kualitas lagi. Komposisi ini membuat Amerika Serikat menjadi negara yang sangat hebat pendidikannya dan terbaik se-dunia.
Sangat berbeda dengan tanah air kita, bahwa dari 34 propinsi pada 5 pulau besar, maka yang bagus kualitas pendidikannya adalah pada daerah DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta dan Propinsi Bali. Sehingga Perguruan Tinggi di daerah ini diserbu oleh alumni SLTA se-Indonesia.      
Dari 10 negara terbaik pendidikannya, saya terkesan dengan kemajuan pendidikan Amerika Serikat, Jepang dan Perancis. Saya tertarik karena untuk Amerika Serikat adalah sebuah “Melting Pot” atau wadah besar sebagai tempat meleburnya berbagai ras, agama dan kebudayaan berbagai bangsa. Jepang, saya suka,karena orang-orangnya yang berkarakter serius dan bersungguh-sungguh. Saya suka dengan Perancis karena ia sebagai negara pelopor untuk “egalite, fraternite et liberte” atau persamaan, persaudaraan dan kebebasan hidup.
Pastilah kemajuan negara- negara tersebut tergantung pada kebijakan pendidikan warga negara mereka. Negara kita juga memiliki kebijakan pendidikan, dalam teori atau di atas kertas memang bagus, namun dalam applikasi memang kualitas pendidikan bangsa kita selalu rendah. Lebih detail tentang Amerika, Jepang dan Perancis sebagai paparan di bawah.
a) Amerika Serikat terkenal sebagai negara super power yang memang superior pada segala bidang. Yang mencolok adalah pada bidang pertahanan, tekhnologi dan ekonomi.
Indonesia dan Amerika Serikat adalah sama-sama negara berukuran besar dan penduduk yang padat. Di kedua negara ini sama-sama ada sekolah swasta dan sekolah publik. Bedanya adalah kalau di Indonesia sekolah swasta dianggap lebih rendah dibanding sekolah publik. Sementara kalau di Amerika sekolah swasta dianggap lebih tinggi dan lebih elit. Karena fasilitas dan proses pembelajaran di sekolah swastanya lebih bagus, ya ibarat belajar di Sekolah: Bali International School.    
Pendidikan kita hanya mengutamakan teori, guru sekedar mengejar target kurikulum dan sebagian guru kita kurang memahami gejolak-problem-yang ada dalam jiwa anak. Supervisi sekolah hanya sebatas mengotak-atik dokumen dan minus memahami kualitas performance seorang guru dalam keseharian. Meskipun sekolah Indonesia juga punya laboratorium, tetapi laboratorium hanya digunakan seperlunya saja, malah ada yang tidak menggunakannya sama sekali. Labor belum lagi menjadi tempat untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
Di sekolah Amerika Serikat rasa ingin tahun dan sikap ilmiah siswa dirangsang melalui gaya belajar “learning by doing- belajar dengan cara berbuat”. Pada pelajaran sains, lab-nya pasti ramai. Kalau di Indonesia hanya pada kelas dan sekolah unggul saja yang berfungsi lab tersebut.
Negara Amerika adalah negara sekuler, pendidikan agama diserahkan ke orang tua. Namun bukan berarti mereka tidak belajar tentang akhlak atau etiket. Kita di Indonesia memang belajar tentang etiket melalui Pendidikan Agama, namun hanya sebatas teori. Guru agama hanya berceramah dan berkhotbah dari depan kelas. Dan akhirnya siswa kita cenderung tidak kenal etiket bergaul yang ideal- coba lihat prilaku tawuran missal, bullying, kekerasan sesama remaja.
Di sekolah sana pendidikan budi pekerti dan etiket diberikan dalam bentuk kegiatan amal atau charity. Mereka beraktifitas untuk masyarakat yang dikelola oleh Osis dan guru/sekolah. Jadi mereka mengerti tentang etiket, bagaimana menghargai orang, menolong dan berbahasa yang sopan melalui praktek nyata. Sejak kecil secara langsung mereka telah tahu tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh dalam masyarakat.
Sekolah dan rumah (karena orang tua mereka mengerti tentang parenting), mereka selalu memperkenalkan pada anak tentang: how to dine, telephone manner, on correspondence, be gracious pada orang lain.
Setiap anak harus diberi tahu bahwa shoes are important. Mereka tidak membiasakan anak untuk bertelanjang kaki, be open to the new food, tahu tentang bertanya yang baik, santun saat berada di meja makan, mereka musti bisa bersikap ramah dan mereka musti terbiasa mengucapkan thanks.
Cukup kontra dengan lingkungan kita. Masyarakat kita senang trendy, suka ikut-ikutan dan berkarakter konsumerisme. Mereka suka gonta ganti hp meski hanya sebatas bergaya dan itu adalah perilaku konsumtif. Memakai behel malah juga jadi trendy dan saya malah susah menemukan bule yang memakai behel di Indonesia.
Penyebab konsumerisme adalah dampak dari iklan. Ya pengaruh iklan…yang dengan parahnya sudah menyusup ke dalam rumah melalui media elektronik. Konsumerisme juga oleh dorongan peer- teman sebaya:
“Wah kamu kuno karena HP-nya tuh udah jadul banget”. Ya diledekin oleh teman sehingga telinga jadi merah rasa terbakar emosi.
Orang di sana juga suka konsumerisme, tetapi mereka bisa menahan diri karena mereka tahu dengan konsep yang jelas tentang keuangan. Kemudian tentang remaja, bahwa remaja kita yang lagi sekolah dan kuliah banyak yang bergantung pada kucuran uang orang tua. Dan tidak memuji berlebihan pada anak Amerika, bahwa mereka terbiasa berlatih mencari uang sendiri dengan bekerja pada restoran, jadi cashier, cuci piring, bus-boy, ya mereka nggak gengsi-gengsian yang berlebihan dan merasa sok elite.
b) Jepang, konsep pendidikannya adalah berdasarkan moral atau akhlak. Ternyata konsep akhlaknya juga sesuai dengan ajaran Islam, karena akhlak yang baik sifatnya sangat universal. Di awal tahun pembelajaran, orang tua diundang ke sekolah. Mereka diajak ke dalam kelas buat melihat langsung praktek pendidikan anak mereka.
Semua mata pelajaran di sekolah Jepang juga berdasarkan moral. Sejak dari usia dini dan di SD mereka sudah diajar untuk punya rasa malu, dan punya harga diri. Mereka bukan diajar bersekolah untuk bisa berlomba menjadi kaya.
Ada 4 bentuk dari harga diri yaitu: regarding self, menghargai orang lain- relation to other, menghargai lingkungan dan keindahan- relation to nature and sublime, dan menghargai komunikasi dan kelompok- relation to group and society. Setiap anak sekolah harus memahami dan mempraktekan konsep ini dan sehingga orang Jepang jadi suka saling menghagai.
Guru/ sekolah juga menugaskan agar anak di rumah diberi tugas untuk menyikat WC, menyapu, mengepel lantai, jadi bukan harus dibebaskan- tidak terlibat- untuk ikut merapikan rumah. Mereka diajakan untuk tahu arti bertanggung jawab, bukan diajar buat bersenang- senang atau menjadi tuan besar. Ya akibatnya anak jadi menghargai orang lain dan hidup bersahaja, bukan hidup dengan tinggi hati.
Anak-anak Jepang tidak ada yang membawa HP ke sekolah. Mereka tidak terbiasa berbicara tentang materi, karena itu adalah memalukan dan dianggap rendah di sana.
Di sekolah anak Jepang juga punya jadwal piket. Juga membersihkan kelas, lantai menyikat WC dan memilih sampah- kalau ada. Mereka makan siang di sekolah dan saling melayani teman- teman mereka. Setelah makan langsung ruangan dirapikan kembali. Praktek pendidikan seperti ini berlaku untuk semua sekolah, bukan hanya berlaku di sekolah unggul saja.
Anak Jepang tidak boleh memakai kendaraan. Itu untuk alasan keselamatan juga untuk kebersihan udara dan lingkungan. Dan Jepang sebagai negara modern tetap memberikan pelajaran Home Economy, dimana anak-anak diajar melakukan simple cooking dan sewing. Bagaimana dengan sekolah negara kita, ya buru-buru menghapus pelajaran life skill ini, hingga anak-anak kita tidak tahu cara memasak dan menjahit, paling kurang membetulkan kancing baju yang sudah terlepas. Seharusnya ahli pendidik kita kembali membetulkan praktek pengajaran yang salah itu lagi.
Dalam PBM- dalam kelas- anak tidak duduk berderet. Mereka duduk dalam grup kecil. Dalam kegiatan tahunan, sekolah melakukan acara jalan-jalan ke object bersejarah, ke festival dan bereksplorasi. Melakukan kegiatan ini untuk beberapa hari dan setelah itu membuat project- laporan perjalanna.
Kegiatan ekskul juga harus diikuti oleh semua siswa. Dan ada beberapa klub ekskul pilihan seperti sport team, music, art group, dan science club. Club sport yang mereka ikuti, mereka ikuti dengan serius sehingga melalui ekskul ini bermunculan para atlit kelas nasional dan kelas internasional.
c) Perancis, bumi diberi Perancis juga bisa disebut dengan bumi Air-Bus, karena pesawat udara Air Bus dibuat di negara ini. Orang Perancis sangat patriotik dengan negara dan bangsa mereka. Mereka hanya menggunakan bahasa Perancis dan suka menggunakan produk Perancis. Film Hollywood dan lagu dari Korea Pop tidak begitu terkenal di sana.
Beda dengan orang di Malaysia yang senang dan bangga memakai bahasa bangsa penjajah, sehingga kemampuan bahasa Malaysia mereka terabaikan. Demikian juga dengan sikap orang kita yang gemar mengkonsumsi produk asing dan label asing ketimbang produk dan label dari dalam negeri sendiri.      
Umumnya orang tua Perancis lebih tertarik menyekolahkan anak mereka pada Grade Ecole, dari pada ke Universitas yang mana mahasiswanya kurang mantap penguasaan life skill mereka. Grande Ecole adalah semacam Sekolah Tinggi yang jelas arahnya setelah menamatkan pendidikan.
Ada beberapa Grande Ecole, seperti Ecole Polythechnique, Ecole National d’administration, dan Ecole Normal Superirur. Orang Perancis sadar betul bahwa pendidikan itu adalah investasi. Maka setiap orang punya semangat yang kuat dalam belajar di sekolah.
Kalau lagi dalam belajar, orang Perancis menganggap bahwa merekalagi sedang bekerja. Pas deranger moi, Je suis en travailler- mohon saya nggak diganggu soalnya neh lagi bekerja (lagi belajar).
Sekali lagi bahwa di sana, pendidikan dianggap sebagai investasi. Jadi semakin tinggi pendidikan seseorang semakin luas kemungkinan ia bisa bikin peluang kerja. Sebaliknya pendidikan kita cenderung berorientasi buat cari uang:

“Saya ingin kuliah dokter, saya ingin kuliah di perminyakan karena masa depannya cerah dan lebih mudah buat mendapatkan uang”. Apakah fenomena betul atau salah, maka tentu andalah yang lebih tahu. 

Tidak ada komentar:

e-Newsletter Pendididkan @ Facebook :

Belanja di Amazon.com :

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

PANDUAN VERIFIKASI AKUN PAYPAL ANDA KE REKENING BANK ANDA [KLIK DISINI]