Oleh: Marjohan, M.Pd
(Guru Berprestasi asal SMAN 3 Batusangkar)
Tiba-tiba Bapak Rosfairil- Kepala Sekolah/ Kepala SMA Negeri 3 Batusangkar- mengusulkan dan menganjurkan agar saya ikut seleksi Guru Berprestasi. Namun saya tidak langsung menerima dan saya berargumen:
“Bapak.....,tidak usah saya ikut lagi, karena dulu tahun 1998 saya sudah pernah mengikuti pemilihan Guru Teladan dan malah saya bisa meraih peringkat dua Guru Teladan Tingkat Propinsi Sumatera Barat. Alasan lain bahwa umur saya sudah cukup senior/ tua dan lebih baik peluang lomba ini diberikan kepada guru-guru yang masih berusia muda, agar mereka bisa mempersiapkan diri dan berkiprah dalam mengembangkan profesi mereka sebagai pendidik.
Namun Kepala Sekolah tetap menganjurkan untuk kali ini, mana tahu saya bisa menang dan diberi reawrd oleh Pemeerintah Sumatera Barat untuk bisa menunaikan ibadah Haji ke tanah suci, Makkah.
"Baiklah" saya menjawab dan saya mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi pada tingkat Kecamatan Limo Kaum- dan saya bisa meraih skor yang tinggi. Selanjutnya saya memperbaiki persiapan diri untuk lomba di tingkat Kabupaten Tanah Datar.
Lomba guru berprestasi untuk tingkat Kabupaten terasamulai ada tantangan dari utusan sekolah atau kecamatan lain. Setelah penilaian dari dewan juri atas ujian tulis, oresentasi dan portofolioku..maka saya dinyakan meraih skor tertringgi dan selanjutnya saya bakal bersaing dengan para utusan dari kabupaten lain dalam Propinsi Sumatera Barat.
Seleksi guru berprestasi untuk tingkat Sumatera Barat diselenggaran di kota Bukittinggi. Selain membawa dokumen atau portofolio, peserta juga harus menulis best practice (pengalaman sukses) yang judulnya “Mengapa Saya layak Sebagai Guru Berprestasi”. Seleksi guru berprestasi dilaksanakan selama hampir satu minggu, materinya seperti ujian tulis, peer teaching, presentasi, wawancara berdasakan dokumen/ portofolio.
Tiba- tiba saya memperoleh pesan singkat (SMS) bahwa juri pemilihan guru berprestasi Propinsi Sumatera Barat (Bapak Hasponizar dari LPMP Padang dan Bapak Jufri dari UNP) akan mengunjungi para nominasi guru berprestasi ke tempat tinggal mereka. Masing masing adalah Nurlaila (SMAN 1 Suliki- Kab. Lima Puluh Kota), Musniar dari SMAN 1 Bukittinggi dan Marjohan- saya sendiri (dari SMAN 3 Batusangkar).
“Dewan juri datang ke sekolahku. Mengapa mereka datang dan buat apa harus berkunjung ke sekolah dan ke rumahku?”
Kedatangan tim juri adalah untuk klarifikasi dan pembuktian prestasi seperti yang terdapat dalam portofolio. Seperti halnya pada saya, dewan juri ingin mengumpulkan informasi tentang seberapa jauh prestasi dan kontribusiku buat anak-didik, sekolah, buat keluarga dan tetangga saya.
Sebagai guru Bahasa Inggris, saya dan teman membimbing siswa dalam kegiatan ekskul debat bahasa Inggris. Sebagai hasil siswa-siswa kami mampu meraih prestasi/ juara sampai ke tingkat Kabupaten dan juga tingkat Propinsi.
“Apakah itu saja ?”
Tidak....dan saya sendiri juga membimbing siswa/ grup LPIR dan siswa yang saya bimbing sering meraih juara hingga tingkat Propinsi dan Tingkat Indonesia. Juri juga mencari tahu tentang prestasi saya yang lain dari teman-teman guru atau kolega saya dan juga dari siswa serta dari informan lain. Al-hasil saya dinyatakan sbagai pemenang 1 (satu) guru berprestasi tingkat Sumatera Barat. Penyerahan sertifikat dan hadiah dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 2012 (Hari Kemerdekaan Republik Indonesia). Untuk selanjutnya saya dan juga ada beberapa orang lagi sebagai utusan Sumatera Barat untuk mengikuti seleksi pada level nasional. Saya akan menulis semua pengalaman tersebut pada paragraf- paragraf berikutnya serba sedikit dari awal hingga akhir.
1. Memilih Masa Depan
Seperti yang dialami oleh kebanyakan siswa SLTA, maka saya juga mencari info sana-sini tentang mau kuliah ke mana saya kuliah setelah tamat SMA Negeri 1 Payakumbuh. Meskipun saya dibesarkan oleh ayah seorang prajurit polisi dan ibu seorang petani kecil, namun saya merasa mantap untuk menjadi seorang guru.
Akhirnya saya mendaftar dan lulus sebagai mahasiswa pendidikan Bahasa Inggris pada IKIP Padang. Sejak mahasiswa saya sudah mencari tahu bahwa seorang mahasiswa harus kreatif dan inovatif. Saya memperkaya pengalaman dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti aktif di Mesjid kampus (Mesjid Al-Azhar UNP) dan juga menjadi Pemandu Wisata Sumatra Barat serta saya juga menerima pesanan terjemah dari mahasiswa untuk tugas kuliah mereka. Ini sangat melatih kemampuan akademik dan sekaligus bisa memperoleh sedikit uang untuk pembeli jajan.
Sejak kuliah saya sudah punya target dalam membaca dan melatih menulis. Saya membuat target untuk membaca sekitar satu atau dua judul buku per-minggu, sementara untuk memperdalam kemampuan bahasa Inggris, saya membaca satu majalah bahasa Inggris per minggu. Kemudian untuk mengasah kemampuan sosialku adalah dengan cara membaca buku biografi tentang penulis terkenal dan kemudian membiasakan menuliskan pengalaman paling kurang 2 halaman folio per hari.
Akhirnya saya mampu merampungkan pendidikan sarjananya sesuai dengan target. Saya selanjutnya menjadi guru pada SMA Negeri 1 Lintau- Kab. Tanah Datar, Sumbar. Maka saya kembali menulis/membuat refleksi diri yaitu “Bahwa saya harus menjadi guru yang berbeda- yaitu guru yang menguasai berbagai kemampuan”.
2. Ingin menjadi guru dengan keterampilan berganda
Menjadi guru yang punya tekad untuk memiliki berbagai kemampuan, bukan berarti menjadi guru yang anti sosial. Saya cukup aktif melibatkan diri dalam pergaulan sosial- mengunjungi rumah/ orang tua siswa, ikut kegiatan mesjid, aktif dengan kegiatan sekolah dan mempersiapkan kegiatan mengajar serta melaksanakan tugas sebagai guru.
Pada waktu luang apakah siang ataupun malam, saya selalu meluangkan waktu buat membaca berbagai buku. Target bacaan tentu yang menjurus pada peningkatan kompetensi sebagai guru, misal buku-buku tentang sosial, pedagogi, psikologi, buku-buku filsafat dan agama. Saya terinspirasi oleh biografi penulis besar dunia untuk juga bisa menjadi penulis. Maka saya juga rajin berlatih atau membuat target dalam menulis, hingga akhirnya saya bisa menulis artikel dan tulisan tersebut bisa dipublikasi pada koran-koran di Sumatera Barat.
Tulisan-tulisanku yang terbit pada koran tentu harus dibuat klipingnya dan dijadikan sebagai dokumen atau portofolio. Pada lain kesempatan saya juga sempat berkenalan dan berteman baik dengan sarjana Perancis (Dr. Louis deharveng, Dr. Anne Bedos dan Dr. Francois Brouquisse) dimana mereka adalah ahli bilogi dan tertarik melakukan riset di seputar Kabupaten Agam, Kab. Tanah Datar, Kab. Sawahlunto Sijunjung dan Kab. Lima Puluh Kota.
Mereka adalah ahli Biologi yang juga bekerjasama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Riset mereka adalah tentang serangga dan fenomena alam. Lewat mereka saya juga tertarik untuk menguasai dan mendalami Bahasa Perancis. Juga lewat pengalaman bersama mereka antara tahun 1995- 2005 terasa bahwa kemampuan menulis, membaca dan kemampuan Bahasa Perancisku semakin meningkat.
Dalam tahun 1998 saya mengikuti seleksi guru teladan utusan sekolah. Saya mengumpulkan berbagai dokumen hingga menjadi porto folio dan saya dikirim sebagai utusan kecamatan Lintau Buo untuk seleksi guru teladan tingkat Kab. Tanah Datar. Pada tahun tersebut saya menang dan mewakili Kab. Tanah Datar untuk tingkat Propinsi Sumatera Barat. Saya masuk ke dalam nominasi dan setelah tim juri turun ke lokasi akhirnya saya berpuas hati sebagai peraih guru teladan nomor 2 untuk tingkat Sumatera Barat.
3. Hijrah Ke SMA Unggulan Kab. Tanah Datar
Tidak terasa bahwa saya telah mengabdi cukup lama (14 tahun) di sekolah lama (SMAN 1 Lintau) yang berlokasi di daerah pedesaan. Untuk maksud penyegaran saya ingin hijrah ke sekolah alumni di Payakumbuh, namun akhirnya saya diizinkan/ direkomendasikan untuk mengabdi di sekolah baru SMA Negeri 3 Batusangkar, sebuah sekolah unggulan di Kab. Tanah Datar.
Bakat menulis dan bakat untuk menguasai bahasa asing yang lain saya semakin bertambah. Saya juga tertarik dalam mendalami bahasa Arab, karena bahasa ini akan memudahkan ku dalam memahami bacaan sholat dan memahami kitab suci al-Qur’an.
Mengabdi di sekolah unggulan dengan rekruitmen guru berdasarkan skor TOEFL dan TPA (Test Potensi Akademik) tertinggi serta rekruitmen siswa yang cukup selektif- hingga terjaring para siswa yang berbakat bagus memberi peluang yang besar bagi penulis untuk mengembangkan profesionalisme sebagai seorang guru. Tantangan dari lingkungan membuatku mampu membaca banyak buku, dan juga mampu menulis lebih banyak artikel. Anak didik juga lebih gampang untuk dibimbing hingga mereka mampu meraih juara sampai ke tingkat propinsi dan bahkan ke tingkat nasional.
Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pascarjana lebih terbuka lebar bagi guru-guru sekolah unggulan (juga bagi sekolah non unggulan, dan saya juga pada tahun 2008 tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana UNP. Kebiasaan membaca dan menulis sangat membantuku dalam menyelesaikan kuliah dan dalam merampungkan penulisan tesis. Akhirnya saya mampu menyelesaikan perkuliahan pada pascasarjana sesuai dengan target waktu dengan IPK cum-laude. Setelah meraih pendidikan master, kemampuanku terasa lebih meningkat hingga saya mampu menerbitkan 4 buku pada penerbit Yogyakarta dan buku- buku tersebut beredar pada toko-toko buku di Indonesia.
4. Seleksi Guru Berprestasi
Suatu hari Kepala Sekolahku menyuruh ku untuk ikut seleksi guru berprestasi. Pada mulanya saya separoh ragu, karena dahulu sempat juara guru teladan peringkat 2 Sumatera Barat. Namun label itu dianggap sudah kadaluarsa apalagi waktunya sudah terpisah selama 14 tahun. Akhirnya saya setuju untuk mengikuti seleksi, dahulu bernama “seleksi guru teladan” dan sekarang berubah nama menjadi “seleksi guru berprestasi”, ya mulai dari jenjang sekolah dan kecamatan.
Karena saya sebelumnya pernah meraih juara 2 Sumatera Barat, maka saya merasa cukup percaya diri, apalagi dukungan portofolio sangat memadai- seperti jumlah sertifikat, penghargaan, karya tulis dan dokumen- dokumen yang lain. Agaknya saya merasa cukup merasa mudah untuk menjadi guru berprestasi tingkat Kab. Tanah Datar.
Kebijakan juri penseleksi guru berprestasi Kab. Tanah Datar untuk memberi pelatihan dan persiapan bagi peserta seleksi yang akan mewakili Kab. Tanah Datar ke tingkat propinsi cukup signifikan, agar pserta ada punya persiapan. Penulis pada tahun berikutnya (2012) mewakili Kab. Tanah Datar ke tingkat Propinsi. Untuk tingkat propinsi sudah terasa persaingan yang ketat dengan utusan dari 19 Kabupaten/ Kotamadya di Sumarera Barat.
Lawan- lawan yang berat terasa bagi ku adalah yang datang dari daerah Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Payakumbuh dan Solok. Apalagi di daerah-daerah ini terdapat sekolah unggulan yang hebat di Sumatera Barat- tentu guru-guru mereka juga hebat. Para juri cukup profesional dan bersikap netral dalam menilai. Penulis kemudian juga terjaring sebagai nominasi guru berprestasi Sumatera Barat dan dua nominasi lain berasal dari Bukittinggi dan Kab. 50 Kota.
Para nominasi tingkat Sumatra mendapat penilaian atau kunjungan lapangan lapangan-untuk mencari informasi tentang kontribusi calon juara terhadap kondisi di sekolah dan di seputar rumah. Fokus yang menjadi penilaian tim juri adalah seputar keberadaan dan sumbangsih nominator terhadap sekolah dan terhadap anak didik.
“Apakah penulis hanya pintar untuk diri sendiri saja”, demikian juga petranyaan dann investigasi tim juri terhadap nominator dengan lingkungan rumah “Apakah penulis tidak berperan terhadap lingkungan ?.
Dari bukti portofolio- sertifikat dan surat keterangan- bahwa saya cukup memberi kontribusi yang signifikan terhadap sekolah, seperti rata-rata nilai UN Bahasa Inggris yang cukup bagus, kemudian dalam pembimbingan pada siswa hingga bisa menang dalam perlombaan sampai ke level Propinsi malah hingga tingkat nasional. Kemudian peranku terhadap masyarakat seperti membina mesjid dan menjadi narasumber dalam lokakarya.
Hal yang sangat signifikan sebagai pendukung bahwa kita bisa dipilih sebagai peringkat 1 (satu) Sumatera Barat bila kita memiliki kenampuan yang cukup banyak. Alhamdulillah, saya sendiri telah menulis artikel lebih dari 120 judul. Artikel- artikel tersebut terbit pada koran- koran di Sumbar (termasuk koran Singgalang) dan Sumsel. Kemudian , kemudian 5 judul tulisan saya yang terbit untuk tingkat internasional (perancis), empat buku dengan ISBN dan beredar secara nasional, beberapa penghargaan tingkat nasional dan dokumen kerjasama penerbitan atau surat kontrak dengan beberapa penerbit nasional, serta kemampuan menguasai bahasa asing ( Bahasa Inggris dan Perancis).
Meraih guru berprestasi tingkat 1 (satu) Sumatera Barat agaknya telah terasa sebagai prestasi sangat tinggi bagi saya dan saya tidak tahu apa kekuatan diri untuk melaju untuk persaingan di tingkat nasional di Jakarta, yang jelas saya akan mewakili Propinsi Sumatera Barat untuk seleksi guru berprestasi tingkat nasional.
5. Persiapan diri menuju lomba tingkat nasional
Pada pertengahan bulan puasa (Ramadhan/ Agustus 2012) seluruh guru dan tenaga kependidikan yang meraih peringkat 1 Sumatera Barat diundang untuk berkumpul di Padang. Semuanya ada 13 orang, masing-masing mewakili guru- guru pertingkat, kepala sekolah per tingkat dan juga pengawas sekolah. Agar utusan Sumatera Barat bisa berkiprah di tingkat nasional maka panitia Propinsi mengundang seorang ahli yang punya pengalaman dalam urusan seleksi guru berprestasi tingkat nasional.
Dalam acara pembekalan yang dilaksanakan di Hotel Mariani Padang, Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Barat- Bapak Syamsurizal- memberi pencerahan kepada semua peserta. Beberapa uraian pencerahan yang masih teringat oleh penulis adalah sebagai berikut:
“Pendidikan sangat penting, maka pelajaran pertama yang ditekankan dan harus dibiasakan adalah membaca. Perintah membaca adalah perintah pertama yang disampaikan oleh Sang Khalik kepada kita, melalui Nabi Muhammad SAW. Ayat yang pertama turun adalah : iqra’ bismirabbillazi khalak- bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.
Membaca adalah salah satu strategi dalam belajar dan belajar itu sendiri diwajibkan bagi laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut dikatakan bahwa musuh utama kita adalah kebodohan dan untuk melawan kebodohan tentu saja melalui pendidikan. Pendidikan punya induk yaitu “membaca”. Selain membiasakan diri dalam membaca dan belajar, maka kita juga perlu bearktifitas atau bekerja. Dalam ajaran agama Islam dikatakan bahwa:
“Jika kamu bekerja, maka cukupkanlah, bila selesai dalam satu pekerjaan maka pindah pada pekerjaan yang lain”.
Selanjutnya dikatakan bahwa kita perlu untuk memiliki percaya diri yang baik. Seseorang yang memiliki percaya diri yang mantap maka ia boleh punya filsafat atau moto hidup yaitu “saya bisa”.
Saya juga tahu bahwa seorang guru mutlak untuk memiliki karakter. Guru yang berkarakter harus memiliki “kemandirian, profesional dan percaya diri’. Atau dalam program sertifikasi sekarang dikatakan bahwa setiapguru mutlak untuk memiliki 4 kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.
Pakar/ ahli yang diundang oleh Dinas Pendidikan Sumbar adalah ibu Dra. Farida Ariani, M.Pd, yang sering berpengalaman sebagai juri (juri yang adil/ juri yang netral). Beliau juga bertugas pada P4TK Bahasa Jakarta. Sekali lagi bahwa beliau tentu saja tetap non blok, ia hanya memberikan wawasan secara umum- yaitu bagaimana agar setiap peserta (utusan Sumatera Barat) bisa mempersiapkan diri.
Dia mengatakan dari pengalaman setiap tahun bahwa peserta yang hebat banyak datang dari “Jawa Timur, Jawa Tengan dan DKI Jakarta”.
(Guru Berprestasi asal SMAN 3 Batusangkar)
Tiba-tiba Bapak Rosfairil- Kepala Sekolah/ Kepala SMA Negeri 3 Batusangkar- mengusulkan dan menganjurkan agar saya ikut seleksi Guru Berprestasi. Namun saya tidak langsung menerima dan saya berargumen:
“Bapak.....,tidak usah saya ikut lagi, karena dulu tahun 1998 saya sudah pernah mengikuti pemilihan Guru Teladan dan malah saya bisa meraih peringkat dua Guru Teladan Tingkat Propinsi Sumatera Barat. Alasan lain bahwa umur saya sudah cukup senior/ tua dan lebih baik peluang lomba ini diberikan kepada guru-guru yang masih berusia muda, agar mereka bisa mempersiapkan diri dan berkiprah dalam mengembangkan profesi mereka sebagai pendidik.
Namun Kepala Sekolah tetap menganjurkan untuk kali ini, mana tahu saya bisa menang dan diberi reawrd oleh Pemeerintah Sumatera Barat untuk bisa menunaikan ibadah Haji ke tanah suci, Makkah.
"Baiklah" saya menjawab dan saya mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi pada tingkat Kecamatan Limo Kaum- dan saya bisa meraih skor yang tinggi. Selanjutnya saya memperbaiki persiapan diri untuk lomba di tingkat Kabupaten Tanah Datar.
Lomba guru berprestasi untuk tingkat Kabupaten terasamulai ada tantangan dari utusan sekolah atau kecamatan lain. Setelah penilaian dari dewan juri atas ujian tulis, oresentasi dan portofolioku..maka saya dinyakan meraih skor tertringgi dan selanjutnya saya bakal bersaing dengan para utusan dari kabupaten lain dalam Propinsi Sumatera Barat.
Seleksi guru berprestasi untuk tingkat Sumatera Barat diselenggaran di kota Bukittinggi. Selain membawa dokumen atau portofolio, peserta juga harus menulis best practice (pengalaman sukses) yang judulnya “Mengapa Saya layak Sebagai Guru Berprestasi”. Seleksi guru berprestasi dilaksanakan selama hampir satu minggu, materinya seperti ujian tulis, peer teaching, presentasi, wawancara berdasakan dokumen/ portofolio.
Tiba- tiba saya memperoleh pesan singkat (SMS) bahwa juri pemilihan guru berprestasi Propinsi Sumatera Barat (Bapak Hasponizar dari LPMP Padang dan Bapak Jufri dari UNP) akan mengunjungi para nominasi guru berprestasi ke tempat tinggal mereka. Masing masing adalah Nurlaila (SMAN 1 Suliki- Kab. Lima Puluh Kota), Musniar dari SMAN 1 Bukittinggi dan Marjohan- saya sendiri (dari SMAN 3 Batusangkar).
“Dewan juri datang ke sekolahku. Mengapa mereka datang dan buat apa harus berkunjung ke sekolah dan ke rumahku?”
Kedatangan tim juri adalah untuk klarifikasi dan pembuktian prestasi seperti yang terdapat dalam portofolio. Seperti halnya pada saya, dewan juri ingin mengumpulkan informasi tentang seberapa jauh prestasi dan kontribusiku buat anak-didik, sekolah, buat keluarga dan tetangga saya.
Sebagai guru Bahasa Inggris, saya dan teman membimbing siswa dalam kegiatan ekskul debat bahasa Inggris. Sebagai hasil siswa-siswa kami mampu meraih prestasi/ juara sampai ke tingkat Kabupaten dan juga tingkat Propinsi.
“Apakah itu saja ?”
Tidak....dan saya sendiri juga membimbing siswa/ grup LPIR dan siswa yang saya bimbing sering meraih juara hingga tingkat Propinsi dan Tingkat Indonesia. Juri juga mencari tahu tentang prestasi saya yang lain dari teman-teman guru atau kolega saya dan juga dari siswa serta dari informan lain. Al-hasil saya dinyatakan sbagai pemenang 1 (satu) guru berprestasi tingkat Sumatera Barat. Penyerahan sertifikat dan hadiah dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 2012 (Hari Kemerdekaan Republik Indonesia). Untuk selanjutnya saya dan juga ada beberapa orang lagi sebagai utusan Sumatera Barat untuk mengikuti seleksi pada level nasional. Saya akan menulis semua pengalaman tersebut pada paragraf- paragraf berikutnya serba sedikit dari awal hingga akhir.
1. Memilih Masa Depan
Seperti yang dialami oleh kebanyakan siswa SLTA, maka saya juga mencari info sana-sini tentang mau kuliah ke mana saya kuliah setelah tamat SMA Negeri 1 Payakumbuh. Meskipun saya dibesarkan oleh ayah seorang prajurit polisi dan ibu seorang petani kecil, namun saya merasa mantap untuk menjadi seorang guru.
Akhirnya saya mendaftar dan lulus sebagai mahasiswa pendidikan Bahasa Inggris pada IKIP Padang. Sejak mahasiswa saya sudah mencari tahu bahwa seorang mahasiswa harus kreatif dan inovatif. Saya memperkaya pengalaman dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti aktif di Mesjid kampus (Mesjid Al-Azhar UNP) dan juga menjadi Pemandu Wisata Sumatra Barat serta saya juga menerima pesanan terjemah dari mahasiswa untuk tugas kuliah mereka. Ini sangat melatih kemampuan akademik dan sekaligus bisa memperoleh sedikit uang untuk pembeli jajan.
Sejak kuliah saya sudah punya target dalam membaca dan melatih menulis. Saya membuat target untuk membaca sekitar satu atau dua judul buku per-minggu, sementara untuk memperdalam kemampuan bahasa Inggris, saya membaca satu majalah bahasa Inggris per minggu. Kemudian untuk mengasah kemampuan sosialku adalah dengan cara membaca buku biografi tentang penulis terkenal dan kemudian membiasakan menuliskan pengalaman paling kurang 2 halaman folio per hari.
Akhirnya saya mampu merampungkan pendidikan sarjananya sesuai dengan target. Saya selanjutnya menjadi guru pada SMA Negeri 1 Lintau- Kab. Tanah Datar, Sumbar. Maka saya kembali menulis/membuat refleksi diri yaitu “Bahwa saya harus menjadi guru yang berbeda- yaitu guru yang menguasai berbagai kemampuan”.
2. Ingin menjadi guru dengan keterampilan berganda
Menjadi guru yang punya tekad untuk memiliki berbagai kemampuan, bukan berarti menjadi guru yang anti sosial. Saya cukup aktif melibatkan diri dalam pergaulan sosial- mengunjungi rumah/ orang tua siswa, ikut kegiatan mesjid, aktif dengan kegiatan sekolah dan mempersiapkan kegiatan mengajar serta melaksanakan tugas sebagai guru.
Pada waktu luang apakah siang ataupun malam, saya selalu meluangkan waktu buat membaca berbagai buku. Target bacaan tentu yang menjurus pada peningkatan kompetensi sebagai guru, misal buku-buku tentang sosial, pedagogi, psikologi, buku-buku filsafat dan agama. Saya terinspirasi oleh biografi penulis besar dunia untuk juga bisa menjadi penulis. Maka saya juga rajin berlatih atau membuat target dalam menulis, hingga akhirnya saya bisa menulis artikel dan tulisan tersebut bisa dipublikasi pada koran-koran di Sumatera Barat.
Tulisan-tulisanku yang terbit pada koran tentu harus dibuat klipingnya dan dijadikan sebagai dokumen atau portofolio. Pada lain kesempatan saya juga sempat berkenalan dan berteman baik dengan sarjana Perancis (Dr. Louis deharveng, Dr. Anne Bedos dan Dr. Francois Brouquisse) dimana mereka adalah ahli bilogi dan tertarik melakukan riset di seputar Kabupaten Agam, Kab. Tanah Datar, Kab. Sawahlunto Sijunjung dan Kab. Lima Puluh Kota.
Mereka adalah ahli Biologi yang juga bekerjasama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Riset mereka adalah tentang serangga dan fenomena alam. Lewat mereka saya juga tertarik untuk menguasai dan mendalami Bahasa Perancis. Juga lewat pengalaman bersama mereka antara tahun 1995- 2005 terasa bahwa kemampuan menulis, membaca dan kemampuan Bahasa Perancisku semakin meningkat.
Dalam tahun 1998 saya mengikuti seleksi guru teladan utusan sekolah. Saya mengumpulkan berbagai dokumen hingga menjadi porto folio dan saya dikirim sebagai utusan kecamatan Lintau Buo untuk seleksi guru teladan tingkat Kab. Tanah Datar. Pada tahun tersebut saya menang dan mewakili Kab. Tanah Datar untuk tingkat Propinsi Sumatera Barat. Saya masuk ke dalam nominasi dan setelah tim juri turun ke lokasi akhirnya saya berpuas hati sebagai peraih guru teladan nomor 2 untuk tingkat Sumatera Barat.
3. Hijrah Ke SMA Unggulan Kab. Tanah Datar
Tidak terasa bahwa saya telah mengabdi cukup lama (14 tahun) di sekolah lama (SMAN 1 Lintau) yang berlokasi di daerah pedesaan. Untuk maksud penyegaran saya ingin hijrah ke sekolah alumni di Payakumbuh, namun akhirnya saya diizinkan/ direkomendasikan untuk mengabdi di sekolah baru SMA Negeri 3 Batusangkar, sebuah sekolah unggulan di Kab. Tanah Datar.
Bakat menulis dan bakat untuk menguasai bahasa asing yang lain saya semakin bertambah. Saya juga tertarik dalam mendalami bahasa Arab, karena bahasa ini akan memudahkan ku dalam memahami bacaan sholat dan memahami kitab suci al-Qur’an.
Mengabdi di sekolah unggulan dengan rekruitmen guru berdasarkan skor TOEFL dan TPA (Test Potensi Akademik) tertinggi serta rekruitmen siswa yang cukup selektif- hingga terjaring para siswa yang berbakat bagus memberi peluang yang besar bagi penulis untuk mengembangkan profesionalisme sebagai seorang guru. Tantangan dari lingkungan membuatku mampu membaca banyak buku, dan juga mampu menulis lebih banyak artikel. Anak didik juga lebih gampang untuk dibimbing hingga mereka mampu meraih juara sampai ke tingkat propinsi dan bahkan ke tingkat nasional.
Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pascarjana lebih terbuka lebar bagi guru-guru sekolah unggulan (juga bagi sekolah non unggulan, dan saya juga pada tahun 2008 tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana UNP. Kebiasaan membaca dan menulis sangat membantuku dalam menyelesaikan kuliah dan dalam merampungkan penulisan tesis. Akhirnya saya mampu menyelesaikan perkuliahan pada pascasarjana sesuai dengan target waktu dengan IPK cum-laude. Setelah meraih pendidikan master, kemampuanku terasa lebih meningkat hingga saya mampu menerbitkan 4 buku pada penerbit Yogyakarta dan buku- buku tersebut beredar pada toko-toko buku di Indonesia.
4. Seleksi Guru Berprestasi
Suatu hari Kepala Sekolahku menyuruh ku untuk ikut seleksi guru berprestasi. Pada mulanya saya separoh ragu, karena dahulu sempat juara guru teladan peringkat 2 Sumatera Barat. Namun label itu dianggap sudah kadaluarsa apalagi waktunya sudah terpisah selama 14 tahun. Akhirnya saya setuju untuk mengikuti seleksi, dahulu bernama “seleksi guru teladan” dan sekarang berubah nama menjadi “seleksi guru berprestasi”, ya mulai dari jenjang sekolah dan kecamatan.
Karena saya sebelumnya pernah meraih juara 2 Sumatera Barat, maka saya merasa cukup percaya diri, apalagi dukungan portofolio sangat memadai- seperti jumlah sertifikat, penghargaan, karya tulis dan dokumen- dokumen yang lain. Agaknya saya merasa cukup merasa mudah untuk menjadi guru berprestasi tingkat Kab. Tanah Datar.
Kebijakan juri penseleksi guru berprestasi Kab. Tanah Datar untuk memberi pelatihan dan persiapan bagi peserta seleksi yang akan mewakili Kab. Tanah Datar ke tingkat propinsi cukup signifikan, agar pserta ada punya persiapan. Penulis pada tahun berikutnya (2012) mewakili Kab. Tanah Datar ke tingkat Propinsi. Untuk tingkat propinsi sudah terasa persaingan yang ketat dengan utusan dari 19 Kabupaten/ Kotamadya di Sumarera Barat.
Lawan- lawan yang berat terasa bagi ku adalah yang datang dari daerah Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Payakumbuh dan Solok. Apalagi di daerah-daerah ini terdapat sekolah unggulan yang hebat di Sumatera Barat- tentu guru-guru mereka juga hebat. Para juri cukup profesional dan bersikap netral dalam menilai. Penulis kemudian juga terjaring sebagai nominasi guru berprestasi Sumatera Barat dan dua nominasi lain berasal dari Bukittinggi dan Kab. 50 Kota.
Para nominasi tingkat Sumatra mendapat penilaian atau kunjungan lapangan lapangan-untuk mencari informasi tentang kontribusi calon juara terhadap kondisi di sekolah dan di seputar rumah. Fokus yang menjadi penilaian tim juri adalah seputar keberadaan dan sumbangsih nominator terhadap sekolah dan terhadap anak didik.
“Apakah penulis hanya pintar untuk diri sendiri saja”, demikian juga petranyaan dann investigasi tim juri terhadap nominator dengan lingkungan rumah “Apakah penulis tidak berperan terhadap lingkungan ?.
Dari bukti portofolio- sertifikat dan surat keterangan- bahwa saya cukup memberi kontribusi yang signifikan terhadap sekolah, seperti rata-rata nilai UN Bahasa Inggris yang cukup bagus, kemudian dalam pembimbingan pada siswa hingga bisa menang dalam perlombaan sampai ke level Propinsi malah hingga tingkat nasional. Kemudian peranku terhadap masyarakat seperti membina mesjid dan menjadi narasumber dalam lokakarya.
Hal yang sangat signifikan sebagai pendukung bahwa kita bisa dipilih sebagai peringkat 1 (satu) Sumatera Barat bila kita memiliki kenampuan yang cukup banyak. Alhamdulillah, saya sendiri telah menulis artikel lebih dari 120 judul. Artikel- artikel tersebut terbit pada koran- koran di Sumbar (termasuk koran Singgalang) dan Sumsel. Kemudian , kemudian 5 judul tulisan saya yang terbit untuk tingkat internasional (perancis), empat buku dengan ISBN dan beredar secara nasional, beberapa penghargaan tingkat nasional dan dokumen kerjasama penerbitan atau surat kontrak dengan beberapa penerbit nasional, serta kemampuan menguasai bahasa asing ( Bahasa Inggris dan Perancis).
Meraih guru berprestasi tingkat 1 (satu) Sumatera Barat agaknya telah terasa sebagai prestasi sangat tinggi bagi saya dan saya tidak tahu apa kekuatan diri untuk melaju untuk persaingan di tingkat nasional di Jakarta, yang jelas saya akan mewakili Propinsi Sumatera Barat untuk seleksi guru berprestasi tingkat nasional.
5. Persiapan diri menuju lomba tingkat nasional
Pada pertengahan bulan puasa (Ramadhan/ Agustus 2012) seluruh guru dan tenaga kependidikan yang meraih peringkat 1 Sumatera Barat diundang untuk berkumpul di Padang. Semuanya ada 13 orang, masing-masing mewakili guru- guru pertingkat, kepala sekolah per tingkat dan juga pengawas sekolah. Agar utusan Sumatera Barat bisa berkiprah di tingkat nasional maka panitia Propinsi mengundang seorang ahli yang punya pengalaman dalam urusan seleksi guru berprestasi tingkat nasional.
Dalam acara pembekalan yang dilaksanakan di Hotel Mariani Padang, Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Barat- Bapak Syamsurizal- memberi pencerahan kepada semua peserta. Beberapa uraian pencerahan yang masih teringat oleh penulis adalah sebagai berikut:
“Pendidikan sangat penting, maka pelajaran pertama yang ditekankan dan harus dibiasakan adalah membaca. Perintah membaca adalah perintah pertama yang disampaikan oleh Sang Khalik kepada kita, melalui Nabi Muhammad SAW. Ayat yang pertama turun adalah : iqra’ bismirabbillazi khalak- bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.
Membaca adalah salah satu strategi dalam belajar dan belajar itu sendiri diwajibkan bagi laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut dikatakan bahwa musuh utama kita adalah kebodohan dan untuk melawan kebodohan tentu saja melalui pendidikan. Pendidikan punya induk yaitu “membaca”. Selain membiasakan diri dalam membaca dan belajar, maka kita juga perlu bearktifitas atau bekerja. Dalam ajaran agama Islam dikatakan bahwa:
“Jika kamu bekerja, maka cukupkanlah, bila selesai dalam satu pekerjaan maka pindah pada pekerjaan yang lain”.
Selanjutnya dikatakan bahwa kita perlu untuk memiliki percaya diri yang baik. Seseorang yang memiliki percaya diri yang mantap maka ia boleh punya filsafat atau moto hidup yaitu “saya bisa”.
Saya juga tahu bahwa seorang guru mutlak untuk memiliki karakter. Guru yang berkarakter harus memiliki “kemandirian, profesional dan percaya diri’. Atau dalam program sertifikasi sekarang dikatakan bahwa setiapguru mutlak untuk memiliki 4 kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.
Pakar/ ahli yang diundang oleh Dinas Pendidikan Sumbar adalah ibu Dra. Farida Ariani, M.Pd, yang sering berpengalaman sebagai juri (juri yang adil/ juri yang netral). Beliau juga bertugas pada P4TK Bahasa Jakarta. Sekali lagi bahwa beliau tentu saja tetap non blok, ia hanya memberikan wawasan secara umum- yaitu bagaimana agar setiap peserta (utusan Sumatera Barat) bisa mempersiapkan diri.
Dia mengatakan dari pengalaman setiap tahun bahwa peserta yang hebat banyak datang dari “Jawa Timur, Jawa Tengan dan DKI Jakarta”.
Namun utusan Sumatra Barat harus tetap optimis bahwa yang menentukan nasib kita- menang atau kalah- adalah kita sendiri, nasib kita kitalah yang menentukannya. Guru yang bakal mewakili Sumatra Barat untuk seleksi tingkat nasional harus memiliki motivasi yang tinggi. Biasanya orang yang memilki motivasi terlihat sehat- sehat dan yang kurang memiliki motivasa biasanya terlihat banyak penyakit.
“Dipesankan bahwa yang penting kita harus mampu menjadi diri sendiri- be ourself- kita harus menjadi yang terbaik- ya menjadi yang terbaik dalam hidup kita. Maka untuk itu selalulah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman”
Agar utusan Sumatra Barat bisa meraih prestasi di Jakarta, maka semua peserta diberi pengetahuan dan pembekalan yang meliputi pengetahuan dan penyempurnaan portofolio. Bagian- bagian portofolio meliputi:
- Kelengkapan bio data (seperti Nama, Surat keterangan dokter, dll)
- Sertifikat –sertifikat dari suatu kegiatan,
- Foto- foto kegiatan guru dan siswa yang dibimbing bisa sebagai dokumen.
- Piagam penghargaan
- Bukti fisik semua prestasi murid dan guru, misal dalam bentuk surat keterangan dari
pihak yang berwenang.
- Bukti fisik dalam bentuk buku, artikel, karya tulis dan juga karya inovatif.
- Penulisan buku bisa dalam bentuk buku fiksi dan non fiksi dalam bidang pendidikan.
- Juga bisa penulisan dalam bidang inovasi (pembaharuan) untuk tujuan peningkatan
mutu pembelajaran. Juga bisa dalam bentuk penemuan tekhnologi tepat guna dalam
bidang pendidikan.
Tema seleksi guru berprestasi dan berdedikasi adalah “ menjadi guru profesional, bermatabat dan sejahtera”. Secara sekilas susunan portofolio adalah sebagai berikut:
- Kualifikasi akademik
- Pendidikan dan pelatihan
- Pengalaman mengajar
- Perencanaan pembelajaran
- Prestasi akademik yang meliputi lomba dan karya akademik
- Sertifikat keahlian dan keterampilan
- Pembinaan siswa
- Karya tulis
- Penelitian
- Sertifikat forum ilmiah
- Pengalaman pengurus organisasi dan sosial
- Penghargaan
Pada prinsipsipnya bahwa bentuk kegiatan pembekalan bagi guru- guru berprestasi untuk menuju tingkat nasional ada 2 macam yaitu, penyusunan kembali portofolio dan latihan presentasi karya ilmiah- langsung dibedah dimana kelebihan dan kekuranganya.
Setiap peserta juga harus menyiapkan tulisan untuk presentasi di Jakarta. Tulisan tersebut adalah tentang “best practice” yang judulnya:
“ Mengapa saya layak sebagai guru berprestasi”
Saya juga menyiapkan tulisan ilmiah yang lain yaitu tentang PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Saya dan peserta lain menunggu tanggal pelaksanaan seleksi yaitu antara 4- 10 September 2012. Keberangkatan kami pada tanggal 3 September 2012 dengan pesawat Garuda Indonesia Airways. .
6. Siapa Yang Bakalan Menjadi Guru Terbaik di Indonesia ?
Akhirnya tanggal 3 September 2012 yang kami tunggu pun tiba. 13 orang peserta utusan Sumbar untuk seleksi PTK (Pendidik dan Tenaga Pendidik) yang berprestasi berkumpul di Bandara Minangkabau, Padang. Ternyata keberangkatan dalam dua grup- grup pagi dan grup siang. Saya masuk kedalam grup siang. Namun utusan Sumatera Barat yang akan ikut seleksi guru berprestasi di tingkat nasional adalah:
- Yeni Fitri Yenti (Guru TK)
- Deswita (Guru SD)
- Suyetmi (Guru SMP)
- Marjohan (Guru SMA)
- Netrowintis (Guru SMK)
- Afrida Kasmawati (Guru SLB)
- Lasmayeni (Kepala TK)
- Artispen (Kepala SD)
- Edison (Kepala SMP)
- Dian Mulyati Syarfi (Kepala SMA)
- Endryaty (Pengawas TK/SD)
- Sudirman (Pengawas SMP)
- Azwirman (Pengawas SMA/ SMK)
Semua utusan ini terbang dengan pesawat Garuda dan di Jakarta mereka akan ditempatkan pada 3 hotel yaitu di Hotel Sahid, Hotel Century dan Hotel Milenium. Selama dalam penerbangan saya menghitung-hitung kekuatan dan potensi diri, tentu saja teman-teman yang juga demikian.
Popularitas kota kota dan orang orang di Pulau Jawa, kadang-kadang membuat rasa percaya diri tidak menentu, pendek kata saya terbang menuju Jakarta tanpa beban dan saya sering berucap:
“Menjadi juara 1 di Propinsi Sumbar itu sudah bagus, saya terbang tanpa beban- andai peringkat 1 itu adalah miliku maka datanglah, bila tidak maka pergilah”.
Setelah berada di Hotel Millenium maka kegiatan seleksi guru berprestasi adalah seperti penerimaan peserta, penyerahan berkas- berkas dan check in kamar, kemudian dilanjutkan dengan persiapan peserta untuk menuju Puri Agung Hotel Sahid Jakarta untuk acara pembukaan. Kami semua memakai batik atau seragam propinsi masing- masing. Pembukaan PTK Berprestasi dilaksanakan oleh Bapak Menteri Muhammad Nuh dan juga perkenalan panitia dengan peserta.
Seleksi guru berprestasi yang dilaksanakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional diikuti oleh 642 guru berprestasi, yaitu utusan dari 33 propinsi. Lomba guru berprestasi mempunyai tujuan untuk memberi nilai appresiatif dan konstruktif bagi guru.
“Guru yang diberi appresiasi adalah atas prestasinya dan diharapkan mereka juga bisa memberi penghargaan pada prestasi seseorang- misal pada anak didik”.
7. Pembukaan Oleh Menteri Pendidikan
Pidato pembukaan disampaikan oleh Menteri Pendidikan- Prof. Dr. Mohammad Nuh. Banyak sekali ide ide cemerlang yang dapat saya pungut. Misalnya Menteri mengatakan bahwa:
“Orang yang bisa memberi penghargaan biasanya adalah orang-orang yang juga berprestasi. Orang yang berprestasi akan mampu memberi appresiasi pada orang-orang yang berprestasi. Akibatnya orang lain juga gemar untuk mengejar prestasi. Prestasi juga perlu diraih oleh para pelajar. Agar berprestasi maka orang tua dan guru harus memasukan anak-anak ke dalam saluran besar yaitu saluran pendidikan”.
Menteri juga menekankan agar di sekolah bisa dibentuk kultur atau iklim sosial yang positif- yaitu iklim yang memperlihatkan kepedulian pada yang lain. Dalam kultur sekolah yang positif musti ada guru-guru dan staf sekolah yang memberikan perhatian dan rasa cinta pada sesama. Kultur yang begini akan penuh inspirasi. Dengan kultur begini musti berlaku pendidikan inklusif. Dan sekolah yang beriklim penuh kepedulian ini musti bebas dari budaya “bullying- menggertak dan mengancam sesama”
“What is bullying ?”.
Orang tua dan guru adalah arsitek bagi otak dan pribadi anak. Semakin cepat anak berfikir ya semakin ktreatif dia. Selanjutnya dikatakan bahwa jangan biasakan membuat anak stress sebab kalau anak sering stress maka kreatifitasnya akan mengecil. Mungkin anak butuh musik, sebab dengan musik ia bisa bergembira.
Kalau anak (siswa) stress gara-gara guru, PR yang banyak dan karakter
teman-teman yang kurang bersahabat maka mental anak bisa tumbuh tidak sehat
(terganggu mentalnya- seperti penggugup, mudah stress, mudah menarik diri dari
pergaulan). Akibatnya detak jantung anakpun juga kurang teratur. Untuk itu
kita perlu ingat:
“Jangan pernah membuat anak-anak stress dan menangis”.
Bila kita melihat ada anak menangis karena stress maka bantulah dia (mengapa itu bisa terjadi). Dianjurkan bahwa guru musti membiasakan banyak memberi reward- pujian (mengatakan very good, you are great” karena ini bisa membesarkan hatinya dan membuat hidup anak lebih bergairah, sebaliknya jauhkan mereka dari punisment/ hukuman karena budaya punisment bisa memutuskan ikatan batin.
Pak Menteri juga mengatakan bahwa orang tua dan guru perlu memilki bonding
emotion (ikatan emosi) dengan anak, ini berguna agar anak merasa bahwa guru dan
orang tua adalah milik mereka. High spirit of learning (belajar dengan
semangat tinggi) perlu dibentuk di rumah dan di sekolah. Ini dapat dibentuk
melalui prinsip “loving, inspiring and encouraging”.
Fenomena dalam masyarakat bahwa high spirit of learning berbeda kualitasnya
diantara keluarga kaya, keluarga kelas pekerja dan keluarga miskin. Dalam
keluarga miskin mungkin bisa terjadi miskinnya pemberian inspirasi dan dorongan
semangat juang/ semangat kerja/ belajar mereka.
Di daerah yang banyak terdapat penduduk miskin, di sana mungkin banyak
terjadi kekerasan, kebiasaan mematahkan semangat, juga miskin pujian, miskin
sarana, miskin informasi, miskin aktivitas dan miskin pemberian pesan- pesan
positif pada anggota keluarga. Pak Menteri menyarankan agar orang tua dan guru
bisa memberikanlah hormon cinta buat anak dan siswa.
“Ternyata banyak orang mengidolakan guru-guru, saya berbahagia karena idola saya adalah guru-guru saya sejak di SD, SMP dan SMA. Maka guru adalah orang yang selalu bermartabat di mata anak- anak bangsa ini” Demikian kata Pak Menteri mengakhiri pidatonya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar