Oleh : Indah Khoirunn Nisa
SMA Negeri 1 Padang
“Sebab kehidupan tidak akan berjalan mundur, pun tidak akan tenggelam di masa lampau.” –Khalil Gibran
Bencana tsunami yang
meluluhlantakkan ranah serambi Mekkah sekitar 8 tahun lalu
menyisakan ketakutan yang mendalam bagi masyarakat Kota Padang
dan sekitarnya. Bagaimana tidak, bencana yang telah merenggut
170.000 jiwa tanpa memandang gender, usia, pekerjaan,
serta kedudukan sosial masyarakat di sana ternyata juga
berpeluang untuk menimpa Kota Padang dan sekitarnya mengingat
letak geografis Kota Bengkoang ini. Menurut http://id.wikipedia.org,
Kota Padang terletak di pantai barat Sumatera yang berbatasan
langsung dengan laut terbuka (Samudera Hindia) dan zona tumbukan
aktif dua lempeng. Keadaan tersebut menjadikan kota ini
sebagai salah satu kota yang paling rawan tsunami.
Seperti salah satu kutipan dari
Khalil Gibran yang saya tulis di atas, kehidupan harusnya
berjalan maju dan menjadi lebih baik dari masa lalu. Baik
masa lalu itu cerah ataupun kelam, sudah sepatutnya kita
menjadikan masa lalu sebagai pelajaran untuk menghadapi masa
yang akan datang. Dengan begitu, masa depan takkan menjadi hal
yang menakutkan karena kita sudah siap dengan bekal pengalaman dan ilmu
pengetahuan. Banyaknya korban jiwa pada tsunami Aceh 2006 lalu
dipicu oleh ketidaktahuan masyarakat di sana akan apa itu tsunami.
Hal ini menyebabkan tidak siaganya masyarakat dalam mengahadapi
bencana tersebut. Sehingga yang terjadi saat tsunami menerjang
tempat tinggal mereka hanyalah kepanikan dan ketakutan yang tidak
terarah.
|
|
Apakah pelajaran yang dapat kita
ambil dari kejadian tersebut? Apakah masyarakat dan pemerintah Kota
Padang telah menyadarinya? Adakah tindakan persiapan yang
dilakukan masyarakat dan pemerintah Kota Padang dalam menghadapi
tsunami? Apa saja tindakan yang telah dilakukan? Apakah
masyarakat Kota Padang telah siap dan siaga terhadap bencana
ini? Apakah poin penting yang harus diperhatikan oleh
masyarakat serta pemerintah Kota Padang dalam mewujudkan ranah
minang yang kita cintai ini sebagai kota siaga tsunami?
Pelajaran yang dapat kita ambil
dari peristiwa naas tsunami Aceh adalah kesiagaan masyarakat
terhadap bencana khususnya tsunami yang harus mulai kita bangun
sedikit demi sedikit. Apabila kita amati lingkungan sekitar
kita pasca tragedi tersebut,mungkin akan sangat jelas
terlihat usaha pemerintah dan masyarakat Kota Padang dan
sekitarnya dalam mempersiapkan diri menghadapi tsunami. Usaha-usaha
tersebut antara lain seperti simulasi gempa dan tsunami yang
diadakan di beberapa sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan
sekolah menengah atas, pembangunan gedung-gedung tahan gempa dan
ber-shelter, serta sosialisasi-sosialisasi yang diadakan oleh Pemko
Padang dan beberapa LSM yang ada. Setiap usaha di atas tentunya
memiliki tujuan yaitu terciptanya kesiagaan di dalam lingkungan
masyarakat Kota Padang.
Sayangnya, sebagai masyarakat kita
masih merasakan ketakutan di tengah-tengah lingkungan pergaulan
kita. Kepanikan dan ketakutan yang tak terarah masih sering terjadi di
saat ranah minang ini diguncang gempa-gempa kecil akibat aktifitas
pergerakan lempeng di sepanjang pantai barat Sumatera. Apabila situasi
seperti ini tidak dirubah, efek yang terjadi apabila benar-benar
terjadi tsunami akan menjadi sangat fatal. Sesempurna apapun persiapan
yang telah dilakukan oleh pemerintah dan LSM di Kota Padang ini apabila
masyarakat masih belum mampu mengendalikan kepanikan dan ketakutan
di dalam diri mereka sendiri kita masih belum bisa mewujudkan Kota
Padang sebagai Kota Siaga Tsunami. Inilah saatnya bagi kita untuk
bersama-sama mulai mengintrospeksi diri dan menyiapkan diri
dari hal yang paling kecil.
Kondisi mental masyarakat menjadi poin
penting yang harus kita garis bawahi dalam mewujudkan Kota Padang
sebagai Kota Siaga Tsunami. Apabila kita mempersiapkan mental
masyarakat menjadi siap dan siaga maka bukan menjadi hal yang
sulit lagi bagi kita untuk menghadapi ancaman Tsunami. Bagaimanakah
caranya? Langkah pertama adalah peningkatan kesiagaan Pemerintah
Kota Padang dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada dalam menghadapi
bencana ini. Mereka sebagai pemimpin masyarakat bertanggung jawab
untuk mengimbau dan mengarahkan masyarakat secara luas. Edukasi
mengenai tsunami kepada masyarakat secara luas sangat perlu untuk
dilakukan. Memang hal ini telah diterapkan sebelumnya, akan tetapi
pelaksanaan yang kurang menjangkau seluruh lapisan masyarakat
menyebabkan masih kurangnya pengetahuan mengenai tsunami di
tengah-tengah masyarakat khususnya masyarakat kalangan bawah. Apabila
seluruh lapisan masyarakat telah memahami dan mengerti tentang seluk
beluk bencana tsunami maka upaya kita dalam meminimalisir kerugian
harta maupun nyawa saat terjadi tsunami dapat berhasil kita lakukan.
Langkah kedua adalah peningkatan
kesiagaan masyarakat Kota Padang dalam menghadapi ancaman tsunami.
Dengan adanya langkah yang dilakukan oleh pemerintah dan LSM,
masyarakat juga harus mengikutinya. Kepanikan serta ketakutan
massal akan jauh lebih mudah diminimalisir apabila antar masyarakat
dapat menenangkan satu sama lainnya di saat terjadi bencana.
Sehingga kerusuhan-kerusuhan yang sering terjadi selama ini
seperti kemacetan, kebakaran ataupun penjarahan yang terjadi saat
gempa-gempa sebelum ini tidak akan terulangi lagi di masa yang
akan datang. Hal yang paling penting saat terjadinya bencana
adalah kerja sama antar masyarakat dalam menghadapinya. Ini akan jauh
membantu dibandingkan hanya mengutamakan keselamatan diri
sendiri saja. Oleh karena itu peran masyarakat tidak boleh kita
lewatkan dalam usaha mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Siaga
Tsunami.
Apabila kita telah menyempurnakan
pelaksanaan kedua langkah yang saya sebutkan di atas, maka tidak
ada lagi rintangan bagi ranah minang ini untuk bersiaga
menghadapi ancaman bencana tsunami. Dapat kita simpulkan bahwa adanya
kooperasi antara Pemerintah, LSM, dan masyarakat Kota Padang merupakan
hal yang sangat penting dalam mewujudkan Kota Padang sebagai Kota
Siaga Tsunami. Apakah anda telah melakukannya? Jika belum,
marilah kita berjabat tangan membangun kekuatan dalam menghadapi
ancaman bencana tsunami. Jika sudah, lanjutkan dan jangan
pernah bosan untuk melakukannya. Jika bukan kita, siapa lagi yang
mampu melindungi ranah minang ini dan masa depannya?
[Sumber : Padang Ekspres • Rabu, 30/01/2013]
1 komentar:
Menurut Indah Khoirunn Nisa (Guru SMA Negeri 1 Padang) "Kesiagaan Padang Sebagai Daerah rawan Tsunami" dalam artikel diatas adalah sbb:
Langkah pertama :
Menghimbau dan mengarahkan masyarakat secara luas untuk mensosialisaikan atau melakukan edukasi mengenai tsunami kepada masyarakat luas untuk memahami dan mengerti tentang seluk beluk bencana tsunami dalam upaya kita dalam meminimalisir kerugian harta maupun nyawa saat terjadi tsunami dapat berhasil kita lakukan.
Langkah kedua :
Peningkatan kesiagaan masyarakat Kota Padang menghadapi ancaman tsunami yang harus diikuti oleh masyarakat dan LSM, sehingga kepanikan serta ketakutan massal akan jauh lebih mudah diminimalisir apabila antar masyarakat dapat menenangkan satu sama lainnya di saat terjadi bencana. Sehingga kerusuhan-kerusuhan yang sering terjadi selama ini seperti kemacetan, kebakaran ataupun penjarahan yang terjadi saat gempa-gempa sebelum ini tidak akan terulangi lagi di masa yang akan datang. Hal yang paling penting saat terjadinya bencana adalah kerja sama antar masyarakat dalam menghadapinya. Ini akan jauh membantu dibandingkan hanya mengutamakan keselamatan diri sendiri saja. Oleh karena itu peran masyarakat tidak boleh kita lewatkan dalam usaha mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Siaga Tsunami.
-----------------------
Komentar saya :
Kenapa tidak mungusul dan berfikir serta bertindak aplikatif dan praktis saja, yaitu :
[1] Membangunn "dinding laut atau seawall", agar masyarakat terutama sekali para investor di Kota Padang memiliki rasa aman, selain keselamatan nyawa dan juga harta benda investasi-investasi yang telah mereka tanamkan di kota ini. Untuk membangun dinding laut (seawall) ini sudah barang tentu memakan biaya yang sangat mahal, tapi apabila pemko Padang berniat dan memprogramkan pembangunan dinding laut ini mulai program pembangunan jangka panjang dan jangka pendek. Untuk program jangka pendek adalah mendahulukan daerah-daerah padat dan strategis seperti Bandara BIM, Kampus-kamapus atau sekolah yang teletak di pinggir pantai. dll. terlebih dahulu.
Himbauan ini telah dimulai oleh sebahagian masyarakat di facebook; http://www.facebook.com/groups/forumdindinglaut/ tinggal lagi komitmen serta baigmana pemko Padang (kalau dapat berkolaborasi dengan pemko/pemkab sepanjang pantai barat Sumatera Barat) memprogramkan dan mencari dana. Dinding laut yang direncanakan tsb selain sebagai bangunan yang dapat mencegah hantaman gelombang tsunami juga diatasnya di programkan sebagai jalan tool, jalan kerata api, serta utilitas kota seperti instalasi air minum dan jarinagn listrik serta jaringan telepon. Nah.., disinilah kejelian dan kompetensi pemko diminta untuk mencari investor (dalam atau luar negeri) untuk membangun jalan tool/KA dari Painan sampai ke Pasaman Barat.
[2] Membangun "masjid-shelter tsunami" setiap 300 orang penduduk dibangun 1 unit "masjid-shelter tsunami", dan setiap 1 sekolah dibangun 1 masjid-shelter tsunami baru atau dengan rebuild atau remodelling bangunan masjid atau mushalla. yang sudah ada.
Dalam rangka membantu masyarakat, saya sudah sediakan sebuah pra rencana (ide awal perencanaan) "Masjid-Shelter Tsunami" klik; http://bursa-arsitektur.blogspot.com/2012/06/disain-masjid-type-ps-03ms.html yang dapat dikembangkan perencanaannya seperti merencanakan struktur harus tahan gempa dan merencanakan "pondasi sistim seismic base isolator" seperti pada bangunan "escape building" di kantor gubernur (baca informasinya klik http://arsitektur2day.blogspot.com/2013/01/escape-building-di-gubernuran-sumatera.html
Apapun bentuk sosialisasi tentang pemahaman serta pengetahuan tentang gempa dan tsunami ataupun simulasi atau latihan-latihan penyelamatan diri dilaksanakan disekolah dan ke masyarakat, tidak akan berguna apa-apa disaat gempa dan tsunami itu benar-benar tiba, mau lari kemana jika bangunan "Shelter Tsunami" tidak disediakan...?
Mohon maaf, wassalam
Zulfikri.
Posting Komentar