GURU SEJATINYA TETAP KUNCI DALAM PROSES PEMBELAJARAN. NAMUN, SEBAGAI AGEN PERUBAHAN, GURU DITUNTUT HARUS MAMPU MELAKUKAN VALIDASI MEPERBAHARUI KEMAMPUANNYA, SESUAI DENGAN TUNTUTAN ZAMAN AGAR TIDAK TERTINGGAL

Loading...
 

Selasa, 09 Oktober 2012

Kemampuan Mengajar Guru di AS Dinilai dari Hasil Ujian Murid



Salah satu tolok ukur untuk menilai kemampuan mengajar seorang guru di Amerika adalah berdasarkan hasil ujian dari para muridnya.

Saat ini, Washington DC memiliki lebih dari 4.000 guru yang mengajar di sekolah negeri.  Tidak sebatas hanya mengajar, guru-guru tersebut diharapkan bisa menaikkan kemampuan akademis murid-murid mereka.

Bagaimana kemampuan mengajar para guru di Washington DC dinilai?  Penilaian guru itu dilakukan berdasarkan sebuah sistim yang dinamakan IMPACT.  Sistim itu menilai kemampuan mengajar guru berdasarkan  pencapaian murid dalam mengerjakan ujian yang sudah distandarisasi.

Guru yang mendapat penilaian tinggi berdasarkan evaluasi tersebut akan mendapat bonus tambahan hingga 25.000 dollar, sedangkan guru yang mendapat penilaian rendah dan tidak menunjukkan perbaikan dalam metode pengajarannya bisa dipecat.

Sebelum menerapkan sistim IMPACT tahun 2009, sistim sekolah Washington, DC tidak memecat guru walau pun kinerja mengajar mereka sangat buruk.

Beberapa waktu lalu, pihak sekolah memecat 98 guru yang mengajar di Washington, DC karena mendapat hasil evaluasi yang rendah. Tahun lalu, 247 guru dipecat, karena dinilai tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk mengajar.

Sistim IMPACT itu diberlakukan sejak tahun 2009. Awalnya, penilaian berdasarkan sistem tersebut diprotes para guru, termasuk Nathan Saunders, Ketua Serikat Guru Washington DC. Kini Sauders mengakui, walaupun masih memiliki kekurangan, sistem itu memperbaiki kualitas mengajar guru.

Hal serupa dikatakan Nancy Waymack, anggota Dewan Nasional Bidang Kualitas Guru.
“Saya rasa, murid-murid mendapat manfaat dari sistem penilaian guru tersebut dan akan terus merasakan manfaatnya pada masa mendatang,” ujarnya.

Waymack menambahkan, kini gur-guru bisa menerima alasan pemecatan jika tidak memenuhi standar kualifasi berdasarkan hasil ujian para murid. Ada juga beberapa keberatan yang diajukan guru karena mereka kini memahami apa yang diharapkan oleh pihak sekolah.

“Jika para guru memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang diharapkan pihak sekolah, mereka akan meningkatkan kualitas pengajarannya,” ujar Waymack lagi.

Penilaian guru juga merupakan salah satu penyebab terjadinya pemogokan guru di Chicago selama tujuh hari bulan lalu. Serikat Guru di Chicago menangguhkan unjuk rasa setelah mencapai kesepakatan, antara lain, mengurangi pengaruh hasil ujian standarisasi  murid dengan penilaian guru. Serikat Guru di Chicago mengatakan, mengaitkan hasil ujian murid dengan kemampuan guru tidak adil, karena hasil ujian masing-masing murid bisa berbeda disebabkan oleh faktor-faktor di luar sekolah, seperti, kemiskinan, kekerasan, dan ada pula murid yang tinggal di pusat penampungan  karena tidak memiliki rumah.

Kini, ada beberapa negara bagian lain yang mengikuti sistem penilaian guru yang diterapkan di Washington DC, antara lain Houston di Texas dan New Haven di  Connecticut. Mereka memecat guru yang mendapat penilaian rendah. (Sumber : http://www.voaindonesia.com)

Baca informasi lengkap di halaman : IMPACT - The DCPS Effectiveness Assessment System for School-Based Personnel [Klik Disini]


-->

1 komentar:

Jalius.HR mengatakan...

apapun sistem penilaian yang akan di jalankan tetap saja ada plus dan minusnya.
Yang penting bagi kita di Indonesia adalah Pembinaan guru harus selalu di upayakan untuk mengikuti perkembangan pengetahuan. Untuk Indonesia sistem yang dijalankan di Amerika itu sangat jauh dari cocok.
Salah satu alasannya adalah memenuhi kekurangan guru saja pemerintah kita belum mampu, swasta apalagi. Bagaimana pula mau memecat guru yang ada walau kualitasnya rendah ?
Yang penting diingat adalah Amerika itu adalah negara Kaya, semua fasilitas dan sarana pendidikan sudah lebih dari cukup, bahkan sudah banyak di antara peralatan
pendidikannya yang dibuang dan diganti dengan yang baru. Semua itu karena kekayaannya.
Kita di Indonesia, peri kemanusiaan kita lebih baik dari mereka. Orang suka pecat-memecat itu bukti ada kesombongan. Kita di Indonesia sangat tidak baik kalau bersikap "habis manis sepah dibuang".
Untuk itu kita selalu berupaya mempersiapkan calon tenaga guru sebaik-baiknya (sesuai dengan kemampuan ). setelah menjadi guru dilakukan pembinaan, sekali-kali jangan diancam dengan pemecatan atau PHK, kecuali suversif atau tindakan kriminal.

Wassalam Jalius.

e-Newsletter Pendididkan @ Facebook :

Belanja di Amazon.com :

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

PANDUAN VERIFIKASI AKUN PAYPAL ANDA KE REKENING BANK ANDA [KLIK DISINI]