GURU SEJATINYA TETAP KUNCI DALAM PROSES PEMBELAJARAN. NAMUN, SEBAGAI AGEN PERUBAHAN, GURU DITUNTUT HARUS MAMPU MELAKUKAN VALIDASI MEPERBAHARUI KEMAMPUANNYA, SESUAI DENGAN TUNTUTAN ZAMAN AGAR TIDAK TERTINGGAL

Loading...
 

Sabtu, 05 Mei 2012

Kinerja Pengawas Sekolah Dikeluhkan

 
 
JAKARTA, KOMPAS.com - Kinerja pengawas sekolah di jenjang SD hingga SMA sederajat dikeluhkan para guru. Pengawas dinilai justru menjadi penghambat sekolah dan guru, untuk melakukan terobosan dalam meningkatkan mutu dan layanan pendidikan pada masyarakat.

Persoalan kinerja pengawas sekolah yang dinilai belum baik, bukan hanya dari segi kompetensi yang memang ternyata rendah. Proses rekrutmen pengawas juga disoroti karena ada yang tidak melalui proses pemilihan dan pelatihan.

Dari hasil uji kompetensi awal (UKA) guru yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kompetensi pengawas justru paling rendah dibandingkan guru-guru yang mereka awasi. Rata-rata nilai ujian para pengawas yang ikut dalam UKA 32,58, sedangkan rata-rata nasional 42,25.

Rata-rata Guru TK 58,9; guru SD 36, guru SMP 46, dan guru SMA 51,35.

Iwan Hermawan, Sekretaris Jenderal Federasi Guru Independen Indonesia, Sabtu (5/5/2012), mengatakan, pengawas semestinya diangkat dari guru-guru dan kepala sekolah berkualitas, yang memang disiapkan memiliki kompetensi sebagai pengawas.

"Tetapi kenyataan di lapangan, kebanyakan jabatan pengawas hanya tempat parkir kepala sekolah yang habis masa tugasnya, tetapi malas untuk mejadi guru lagi. Lalu, mereka diangkat menjadi pengawas tanpa seleksi," kata Iwan.

Menurut Iwan, suatu ironi jika mutu pengawas sekolah yang justru berperan untuk mengawasi kinerja guru dan sekolah justru jauh lebih rendah daripada para guru yang diawasi. "Soal pengangkatan dan kinerja pengawas ini harus dikembalaikan lagi sesuai aturan yang ada. Kemendikbud harus turun tangan untuk memaksa dinas pendidikan daerah memperbaiki rekrutmen dan kinerja pengawas," kata Iwan.

Keberadaan pengawas sekolah juga sering dikeluhkan, karena dinilai justru sering mencari-cari kesalahan daripada mendukung sekolah dan para guru yang punya ide untuk melakukan terobosan. Para guru menjadi terhambat untuk bisa mengembangkan ide-ide kreatif atau berimprovisasi dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), karena indikator penilaian yang dibuat pengawas tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah.

Pengawas sekolah di Indonesia berjumlah sekitar 23.000 orang. Setiap pengawas bertugas mengawasi 10-15 sekolah atau setara 60 guru.

Rolande H Hofman, Guru Besar Pendidikan Universitas Groningen Belanda, dalam suatu seminar di Indonesia, mengatakan, dari hasil penelitiannya pengawas yang efektif dapat mendorong performa sekolah.

Namun, bukan pengawas yang mendikte atau mendominasi pilihan sekolah, tetapi yang mampu merangsang sekolah untuk proaktif. "Peran pengawas dibutuhkan untuk menilai kualitas sekolah secara keseluruhan agar dihasilkan sekolah berkualitas sesuai standar nasional pendidikan. Pengawas yang profesional dapat mendorong sekolah memberikan layanan pendidikan bermutu pada siswa," kata Rolande.

Berita lainnya, klik :

Tidak ada komentar:

e-Newsletter Pendididkan @ Facebook :

Belanja di Amazon.com :

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

PANDUAN VERIFIKASI AKUN PAYPAL ANDA KE REKENING BANK ANDA [KLIK DISINI]