GURU SEJATINYA TETAP KUNCI DALAM PROSES PEMBELAJARAN. NAMUN, SEBAGAI AGEN PERUBAHAN, GURU DITUNTUT HARUS MAMPU MELAKUKAN VALIDASI MEPERBAHARUI KEMAMPUANNYA, SESUAI DENGAN TUNTUTAN ZAMAN AGAR TIDAK TERTINGGAL

Loading...
 

Kamis, 12 April 2012

Pendidikan Kota Padang Tak Pantas No 9


MAHYELDI ANSYARULLAH
Wakil Walikota Padang


PADANG, HALUAN — Wakil Walikota Padang Mahyeldi Ansyarullah mengatakan, se­harus­nya kualitas dan prestasi pendidikan Kota Pa­dang, berbanding lurus dengan sumber daya manusia (SDM) atau guru yang mengajar.

Dimana guru yang ada di Padang cukup banyak dengan berbagai titel. Kondisi itu didukung pula oleh banyaknya guru yang sudah disetifikasi di Padang.

Saat ini, guru yang telah sertifikasi mencapai 4.943 orang, dari 8.362 orang guru PNS. Sedangkan guru non PNS, yang sudah disertifikasi berjumlah 595 orang, dari total 5.797 orang guru.

"Mestinya dengan guru sertifikasi, mutu pendidikan Kota Padang menjadi lebi baik lagi," katanya, saat membuka Worshop Jarlitbang Pendidikan Kota Padang, Rabu (11/4)

Ia mencontohkan prestasi pendidikan tahun lalu, dimana Sumbar menempati posisi 28 dari 33 provinsi di Indonesia. Sedangkan Padang menempati posisi 9 dari 19 kabupaten/kota di Sumbar. "Itu jelas sangat mengecewakan, karena titel guru ada yang sudah S1, S2, dan bahkan S3. Mestinya Sumbar tidak berada diurutan 28, tapi 10 besar," katanya.

Ia menyadari, bahwa ma­salah pendidikan tidak dapat diselesaikan secara parsial. Namun harus diselesaikan secara komprehensif atau menyeluruh. Apakah itu ma­salah sistem Ujian Nasioanl (UN), kesesuaian antara kurikulum dengan keahlian yang dibutuhkan dunia usaha. Termasuk masalah tenaga pendidikan yang meenyalahi norma atau aturan berlaku.

Ia berharap, pada acara Workshop kali ini dibahas isu-isu pendidikan, yang dite­kankan pada pencapaian mutu pendidikan, terutama melalui guru yang sudah bersertifikasi.

"Apalagi yang kurang, tingkat provinsi saja Kota Padang berada pada urutan nomor 9. Padahal sektor pendidikan menjadi perhatian utama pemerintah," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Sosial Budaya Bap­peda Kota Padang Imral Fauzi mengatakan, jumlah peserta Workshop sebanyak 60 orang, terdiri dari Kepala sekolah SMA, SMK, SMP, MTsN, MAN SD UPTD Keca­matan, Pengawas, Tim Jar­litbang dan SKPD.

Baca juga berita atau informasi berikut, klik :


1 komentar:

jalius.hr mengatakan...

-----------------
اَلسَّلاَ مُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَ كَاتُهُ
--------------------------------

Tulisan di atas menarik untuk kita fahami dan dicermati yakni apa yang saya kutip ini:

...."Ia menyadari, bahwa ma­salah pendidikan tidak dapat diselesaikan secara parsial. Namun harus diselesaikan secara komprehensif atau menyeluruh".....

Yang peting menjadi pemahaman bagi kita semua adalah, kalau mau memecahkan masalah kalau secara menyeluruh suatu hal tidak mungkin, mungkin banyak sialnya dari pada untungnya...karena membutuhkan dana yang sangat besar,tenaga dan waktu yang luar biasa.

Karena pembangunan pendidikan di Indonesi dan khususnya di daerah kita Sumatera barat, bukan baru saja dimulai, akan tetapi sudah berlansung puluhan tahun. Sistemnya sudah berjalan sedemikian rupa dengan hasilnya yang sangat beragam. Makanya kalau ada permasalahan pedidikan Khususnya di lembaga formal kita harus ekstra hati-hati menentukan objek permasalahannya. jangan hanya dengan menduga-duga saja.

Tentukan terlebih dahulu, sekolah mana yang bermasalah, kemudian analisis sistemnya.
Lembaga Pendidikan sebagai sebuah sistem, yang mana sistem itu mempunyai banyak komponen(bagian-bagian) yang fungsional, maka kita harus melihat komponen yang mana yang sungguh bermasalah, komponen itulah yang harus dicarikan solusinya.Kenali spesifikasi permasalah perkomponen. Sehingga masalahnya jelas dan fokus. dengan demikian kita akan mudah menetapkan solusinya.

Kita jangan serta merta lansung beranggapan bahwa;....""Mestinya dengan guru sertifikasi, mutu pendidikan Kota Padang menjadi lebi baik lagi,"....

Tunggu dulu, periksa (komponen), apa ada komponen atau elemen lain yang belum berfungsi atau tidak mendudkung dengan baik. Mungkin juga belum ada komponen yang dapat difungsikan sebagai akselerator (untuk mempercepat) proses dan peningkatan kwalitas.

Ingat setiap daerah dan setiap sekolah akan selalu berbeda bentuk dan jenis permasalahannya (tidak menututup kemungkinan sejumalah sekolah permasalahannya sama). Dengan demikian berarti pemecahan masalah tidak dapat bersifat generalisasi apalagi menyeluruh.

Bila ada beberapa sekolah, mutu guru kurang, lantas semua guru sekolah-sekolah ditatar (misalnya). Ada beberapa sekolah tidak becus menjalankan kurikulum dengan baik, lantas semua kurikulum sekolah diganti.

Kalau kita menggunakan istilah pemecahan masalah pendidikan "secara menyeluruh" berarti solusi kita tidak fokus, akibatnya sangat tidak efektif.

Demikian sedikit sebgai masukan pemikiran.
Wassalam.

e-Newsletter Pendididkan @ Facebook :

Belanja di Amazon.com :

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

PANDUAN VERIFIKASI AKUN PAYPAL ANDA KE REKENING BANK ANDA [KLIK DISINI]