Oleh : Feri Fren
Ada sebuah pertanyaan yang pernah saya ajukan kepada peserta didik sewaktu mengajar fisika di sekolah dulu. Ketika kita melihat bulan dari bumi, kemana arah mata kita? Dengan penuh percaya diri mereka menjawab ke atas.
Pertanyaan dilanjutkan, seandainya berada di bulan, kita mau melihat bumi, kemana arah mata kita? Banyak peserta didik yang menjawab ke bawah. Tetapi ada beberapa orang yang menjawab ke atas. Ada juga yang bingung dengan tidak memberikan. Melalui fenomena di atas dapat diperoleh gambaran, dalam belajar fisika, ada peserta didik yang bisa memahami konsep dan ada yang tidak.
Satu penyebab mungkin materi yang dipelajari peserta didik ada yang tidak bisa dilihatnya secara langsung. Akibatnya, mereka tidak paham terhadap materi yang diajarkan karena pembelajaran seolah berada di dunia fantasi. Akhirnya, timbul kesalahan konsep dalam penerapan.
Fisika merupakan ilmu yang termasuk ke dalam rumpun IPA. Pembelajaran di sekolah melibatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Oleh karena itu, peserta didik harus belajar mengembangkan ketiga kemampuan itu yang ditunjang dengan disiplin, kerja keras dan kemauan yang tinggi.
Brooks (1999) mengatakan, pembaharuan dalam bidang pendidikan harus dimulai dari bagaimana anak belajar dan bagaimana cara guru mengajar, bukan dari ketentuan hasil. Jelaslah, dalam mengajar guru diminta mencari suatu metode agar peserta didik bisa memahami materi yang diajarkan.
Biar lebih bisa memahami, hubungkan pengetahuan dengan fakta Fisika mempelajari struktur materi dan interaksinya untuk memahami sistem alam dan sistem buatan atau teknologi (Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, 2007).
Seharusnya fisika tidaklah sulit untuk dipelajari karena semua peristiwa mudah dipertemukan dengan peristiwa nyatanya di alam.
Kalau materi bersifat makroskopik atau mikroskopik, yang tidak bisa dilihat langsung dengan mata telanjang dan sulit dipahami peserta didik, melalui pemodelan gu ru bisa memberikan pemaha man konsep kepada mereka.
Daya serap dan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang akan semakin tinggi dengan target melampaui batas KKM (kriteria ketuntasan minimal).
Menurut Slameto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan atas dua yakni faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern, ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern, ada di luar individu yang sedang belajar.
Guru merupakan salah faktor ekstern, dalam proses pembelajaran harus mampu menerapkan pola yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Guru yang baik memiliki pengalaman. Sementara pengalaman merupakan guru yang terbaik. Dalam pembelajaran diharapkan guru bisa langsung memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
Dalam pembelajaran yang bermakna, guru harus mampu menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan dunia nyata sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa.
Dalam proses pembelajaran fisika, sebaiknya lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Dalam memahami alam sekitar secara ilmiah, perlu melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah, bukan dengan cara menghafal konsep atau fakta.
Salah satu tugas guru ketika mempersiapkan pembelajaran, memikirkan bagaimana agar peserta didik dapat memeroses informasi yang disampaikan dan bagaimana agar mereka dapat mengaitkan informasi dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah dimiliki.
Guru harus dapat menciptakan situasi dan kondisi belajar yang menyenangkan agar peserta didik dapat memproses infromasi dengan mudah serta dapat bertahan lama dalam ingatan mereka.
Pemilihan pendekatan pembelajaran dan penggunaan perangkat yang tepat merupakan cara mengarahkan peserta didik dalam menggali dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Sehingga mereka memperoleh pengalaman belajar.
Belajar akan lebih bermakna, jika peserta didik mengalami sendiri apa yang dipelajari, dan bukan mengetahui.
[Sumber : Hatian Singgalang, 08 Maret 2012 ]
Baca juga :
Pertanyaan dilanjutkan, seandainya berada di bulan, kita mau melihat bumi, kemana arah mata kita? Banyak peserta didik yang menjawab ke bawah. Tetapi ada beberapa orang yang menjawab ke atas. Ada juga yang bingung dengan tidak memberikan. Melalui fenomena di atas dapat diperoleh gambaran, dalam belajar fisika, ada peserta didik yang bisa memahami konsep dan ada yang tidak.
Satu penyebab mungkin materi yang dipelajari peserta didik ada yang tidak bisa dilihatnya secara langsung. Akibatnya, mereka tidak paham terhadap materi yang diajarkan karena pembelajaran seolah berada di dunia fantasi. Akhirnya, timbul kesalahan konsep dalam penerapan.
Fisika merupakan ilmu yang termasuk ke dalam rumpun IPA. Pembelajaran di sekolah melibatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Oleh karena itu, peserta didik harus belajar mengembangkan ketiga kemampuan itu yang ditunjang dengan disiplin, kerja keras dan kemauan yang tinggi.
Brooks (1999) mengatakan, pembaharuan dalam bidang pendidikan harus dimulai dari bagaimana anak belajar dan bagaimana cara guru mengajar, bukan dari ketentuan hasil. Jelaslah, dalam mengajar guru diminta mencari suatu metode agar peserta didik bisa memahami materi yang diajarkan.
Biar lebih bisa memahami, hubungkan pengetahuan dengan fakta Fisika mempelajari struktur materi dan interaksinya untuk memahami sistem alam dan sistem buatan atau teknologi (Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, 2007).
Seharusnya fisika tidaklah sulit untuk dipelajari karena semua peristiwa mudah dipertemukan dengan peristiwa nyatanya di alam.
Kalau materi bersifat makroskopik atau mikroskopik, yang tidak bisa dilihat langsung dengan mata telanjang dan sulit dipahami peserta didik, melalui pemodelan gu ru bisa memberikan pemaha man konsep kepada mereka.
Daya serap dan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang akan semakin tinggi dengan target melampaui batas KKM (kriteria ketuntasan minimal).
Menurut Slameto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan atas dua yakni faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern, ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern, ada di luar individu yang sedang belajar.
Guru merupakan salah faktor ekstern, dalam proses pembelajaran harus mampu menerapkan pola yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Guru yang baik memiliki pengalaman. Sementara pengalaman merupakan guru yang terbaik. Dalam pembelajaran diharapkan guru bisa langsung memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
Dalam pembelajaran yang bermakna, guru harus mampu menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan dunia nyata sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa.
Dalam proses pembelajaran fisika, sebaiknya lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Dalam memahami alam sekitar secara ilmiah, perlu melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah, bukan dengan cara menghafal konsep atau fakta.
Salah satu tugas guru ketika mempersiapkan pembelajaran, memikirkan bagaimana agar peserta didik dapat memeroses informasi yang disampaikan dan bagaimana agar mereka dapat mengaitkan informasi dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah dimiliki.
Guru harus dapat menciptakan situasi dan kondisi belajar yang menyenangkan agar peserta didik dapat memproses infromasi dengan mudah serta dapat bertahan lama dalam ingatan mereka.
Pemilihan pendekatan pembelajaran dan penggunaan perangkat yang tepat merupakan cara mengarahkan peserta didik dalam menggali dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Sehingga mereka memperoleh pengalaman belajar.
Belajar akan lebih bermakna, jika peserta didik mengalami sendiri apa yang dipelajari, dan bukan mengetahui.
[Sumber : Hatian Singgalang, 08 Maret 2012 ]
Baca juga :
1 komentar:
---------------
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
-------------------------
Tulisan di atas yang perlu saya komentari adalah yang saya kutip ini:
...."Dalam proses pembelajaran fisika, sebaiknya lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Dalam memahami alam sekitar secara ilmiah, perlu melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah, bukan dengan cara menghafal konsep atau fakta."....
Pernyataan tersebut sebaiknya dianalis lagi, dan fahmi dengan sebaik-baiknya.
Ingat pelajaran fisika itu sangat luas lingkup kajiannya. Sasaran didiknya juga tidak terbatas. Sekaitan dengan itu ( "penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah " ) itu baik, dalam hal apa dan untuk siapa dan dimana tempat proses belajarnya. Pendekatan yang seperti itu penting tetapi tidak berlaku untuk "semua".
Selanjutnya....( "bukan dengan cara menghafal konsep atau fakta " ). Apakah hal yang seperti itu akan anda terapkan ? Kalau ia berbagai kesulita akan selalu anda temui. Hal ini tidak bisa anda nafikan begitu saja, karena dengan pendekatan dan metoda menghafal konsep dan fakta dalam hal tertentu sangat penting, bahkan ada diantaranya tidak dapat dilakukan hanya dengan melakukan pengalaman lansung atau pendekatan proses. Contoh yang paling gampang untuk ini adalah bagaimana mungkin anda mengajak anak melihat bumi dari bulan ? Atau melihat pergeseran lempengan di bawah dasar samudera Hindia ?
Yang penting diingat adalah betapapun canggihnya sebuah metode atau strategi pendekatan tetap saja didukung dengan berbagai bentuk pendekatan yang lain. Kombinasi sejumlah metoda dalam pembelajaran memungkinkan anak dapat belajar lebih oktimal. Demikian pula strategi dan metoda pendekatan yang digunakan guru akan harus disesuaikan dengan jenis materi yang akan difahami dan tingkat pengetahuan anak didik.
Demikian semoga bermanfaat.
Posting Komentar