GURU SEJATINYA TETAP KUNCI DALAM PROSES PEMBELAJARAN. NAMUN, SEBAGAI AGEN PERUBAHAN, GURU DITUNTUT HARUS MAMPU MELAKUKAN VALIDASI MEPERBAHARUI KEMAMPUANNYA, SESUAI DENGAN TUNTUTAN ZAMAN AGAR TIDAK TERTINGGAL

Loading...
 

Selasa, 24 Januari 2012

Pembelajaran yang Berkarakter

Oleh : Yusrijal Dt. Makhudun 
Guru SMPN 1 X Koto Diatas, Kabupaten Solok

Karakter anak bangsa dewasa ini sangat memprihatinkan. Kita prihatin melihat perilaku dari berbagai lapisan yang mengalami krisis moral.

Krisis  tersebut tidak hanya terlihat orang awan, tetapi juga terlihat pada orang berpendidikan. Para pemimpin dan penyelenggara negara juga memperlihatkan karakter yang tidak baik. Orang -orang yang seharusnya men jadi panutan juga mengalami krisis moral.

Sikap tidak jujur, mementingkan diri sendiri, mau menang sendiri, tidak sportif, memaksakan kehendak,  dan lain-lain, menghiasi perilaku banyak orang.

Padahal karakter sangat penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa. Dengan karakter yang baik bangsa akan menjadi kuat. Membangun dan mengembangkan negara diperlukan karakter yang kuat. Sebaliknya, tanpa karakter yang kuat, bangsa akan mengalami kehancuran.

Perekonomian yang kuat akan menjadi hancur bila penyelenggara ekonomi tidak mempunyai karakter yang baik. Ketahanan negara akan lemah bila  bila manusia Indonesia memiliki karakter yang tidak menguntungkan.
Tujuan gerakan nasional pendidikan berkarakter menurut Presiden SBY dalam kompas.com adalah sebagai berikut. Pertama, manusia Indonesia harus bermoral, berahlak, dan berperilaku baik. Oleh karena itu masyarakat diimbau menjadi masyarakat religius yang anti kekerasan.

Kedua, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan rasional. Berpengetahuan dan memiliki daya nalar tinggi. Ketiga, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang inovatif dan mengejar kemajuan serta bekerja keras mengubah keadaan.

“Negara tak akan berubah kalau kita tak mengubahnya. Keempat, memperkuat semangat harus bisa. Seberat apapun masalah yang dihadapi jawabannya selalu ada. Kelima, manusia Indonesia harus menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa dan negara serta tanah airnya.

Menyikapi keperihatinan yang demikian, pemerintah mencanangkan pendidikan berkarakter. Pendidikan karakter tidak membuat mata pelajaran baru, tetapi diintegrasikan  dengan kegiatan pembelajaran.
Pendidikan karakter bukanlah mengajarkan karakter tetapi melalui materi pelajaran bagaimana menanamkan karakter tertentu kepada peserta didik. Setiap kompetensi yang diajarkan hendaklah mampu membentuk karakter siswa.

Karakter yang akan ditanamkan kepada harus jelas. Para guru dapat menentukan karakter apa yang dipilih sesuai dengan karakter mata pelajaran yang diajarkan. Guru harus menyusun indikator dari karakter yang akan ditanamkan kepada peserta didik.

Hal ini dimaksudkan agar keberhasilan penanaman karakter dapat diukur. Dengan memperdomani indikator yang disusun, para guru dapat menilai apakah karakter yang ditanamkan kepada siswa sudah terlihat atau belum.

Untuk mengimplemtasikannya, guru hendaklah men cantumkan karakter yang akan ditanamkan dalam   perangkat pembelajaran. Karakter hendaklah tergambar secara eksplisit atau tertulis  dalam analisis SK dan KD, silabus dan dalam RPP.

Dalam silabus, karakter dapat dicantumkan pada kolom indikator. Dengan demikian, silabus mempunyai dua indikator yaitu indikator materi pelajaran dan indikator karakter. Di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), indikator karakter dicantumkan pada kolom indikator dan pada  kolom kegiatan pembelajaran.

Karakter dapat dituangkan pada kegiatan tatap muka, atau pada kegiatan mandiri terstruktur, atau pada kegiatan mandiri tidak terstruktur.

Penanaman karakter melalui pembelajaran, hendaklah dilakukan secara terencana dan terarah.
Sebelum karakter ditanamkan kepada siswa, guru hendaklan melakukan sosialisasi kepada siswa. Guru dapat menjelaskan karakter apakah yang ditanamkan melalui kompetensi dasar yang akan disajikan.

Hal ini dimaksudkan agar siswa mengetahui bahwa dalam setiap kompetensi dasar yang disajikan, dituntut karakter tertentu. Dengan sosialisasi yang dilakukan guru, siswa dapat mempelihatkan karakter yang diinginkan dalam pembelajaran.

Guna melihat bagaimana penerapan karakter, guru perlu menyiapkan instrumen. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Di dalam format observasi,  akan tergambar siswa yang diamati, karakter apa yang akan ditanamkan, bagaimana penerapan karakter tersebut.

Melalui lembar pengamatan dapat diketahui  kualitas penerapan karakter. Apakah karakter yang ditanamkan belum terlihat (BT), mulai terlihat (MT), atau mulai berkembang (MB), atau sudah  menjadi kebiasaan (MK) pada diri peserta didik? Semua pertanyaan tersebut dapat terjawab pada lembar pengamatan.

Penanaman karakter kepada siswa mengalami proses yang panjang. Karena itu, guru perlu melakukan usaha yang berkesinambungan. Guru dapat melakukan pengamatan terus-menerus, mencatat data kemajuan karakter siswa, melalukan evaluasi, dan melakukan tindak lanjut.

Lebih penting lagi, dalam menerapkan pendidikan karakter, guru juga perlu membenahi karakternya. Tidak akan mungkin menerapkan karakter kepada siswa bila sang guru tidak memiliki karakter yang mantap. Karena itu, para guru perlu memantapkan karakternya dengan  memperlihatkan keteladanan.

Guru tidak hanya mampu memberikan contoh, tetapi lebih utama bila guru mampu menjadi contoh dan teladan bagi siswanya. Mengapa demikian? Keteladanan sangat ampuh untuk menerapkan nilai-nilai kepada siswa.
Apalagi peserta didik merupakan anak yang sedang berproses untuk  menemukan jati dirinya. Dengan keteladanan yang diperlihatkan guru, peserta didik akan memperoleh acuan yang benar dalam bersikap dan bertingkah laku. [Sumber : Harian Singgalang, 24 Januari 2012]

Tidak ada komentar:

e-Newsletter Pendididkan @ Facebook :

Belanja di Amazon.com :

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

PANDUAN VERIFIKASI AKUN PAYPAL ANDA KE REKENING BANK ANDA [KLIK DISINI]