Oleh : Drs. H. Athor Subroto, M. Si *)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bangkit bersama-sama Muhajirin dan Anshar hingga masuk Masjid al Haram.
Beliau menghampiri Hajar Aswad, menciumnya, berthawaf di sekeliling Ka’bah,
sambil memegang busur. Sementara di sekitar Ka’bah pada waktu itu ada tiga
ratus enam puluh berhala. Beliau cukup menunjuk dengan busurnya ke arah
berhala-berhala itu sambil mengucapkan ayat.
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
Dan Katakanlah: "Yang benar Telah datang dan yang batil Telah
lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (QS. Al Israa’ [17]: 81)
Seketika itu pula berhala-berhala
tersebut roboh di hadapan beliau. Bahkan beliau memendekkan thawaf. Setelah
sempurna, beliau memanggil Utsman bin Thalhah dan memerintahkannya untuk
mengambil kunci Ka’bah. Setelah terbuka, beliau masuk ke dalam Ka’bah, yang di
dalamnya beliau melihat berbagai gambar, seperti gambar Ibrahim dan Ismail yang
sedang membagi anak panah untuk undian. Beliau bersabda, “Semoga Allah
membinasakan mereka. Demi Allah, sekali pun beliau (Ibrahim) tidak pernah mengundi dengan anak panah ini.”
Beliau juga melihat beberapa gambar yang lain, lalu memerintahkan agar semua
dienyahkan.
|
|
Beliau menutup pintu Ka’bah, yang
didalamnya juga ada Usamah dan Bilal. Beliau menghadap ke arah dinding Ka’bah yang
bersebrangan dengan pintu Ka’bah. Beliau berdiri berjarak tiga hasta dari
dinding, disamping kiri beliau ada dua tiang dan disamping kanan beliau ada
satu tiang dan di belakang beliau ada tiga tiang. Sementara saat itu didalam
Ka’bah ada enam tiang. Beliau shalat di tempat itu. Seusai shalat beliau
berkeliling di dalam Ka’bah, bertakbir di setiap sudutnya dan mengesakan Allah.
Kemudian beliau membuka pintu Ka’bah. Sementara orang-orang Quraisy berkerumun
memenuhi Masjid, menunggu apa yang hendak beliau lakukan.
Dengan memegangi dua pinggiran
pintu Ka’bah, sementara orang-orang Quraisy berkerumun di bawahnya, beliau
bersabda, “Tiada llah selain Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, yang
membenarkan janji-Nya, yang menolong hamba-Nya, yang mengalahkan musuh semata.
Ketahuilah, setiap kekuasaan, harta benda atau darah ada dibawah kedua
kakiku ini, kecuali kekuasaan mengurusi Ka’bah dan memberi minum untuk
orang-orang yang haji. Ketahuilah, pembunuhan yang salah, sama dengan
pembunuhan karena disengaja dengan menggunakan cambuk atau pentungan. Dalam hal
ini berlaku tebusan yang berat, yaitu seratus onta, empat puluh ekor
diantaranya berupa anak yang masih di dalam perut induknya.
Wahai semua orang Quraisy,
sesungguhnya Allah telah mengenyahkan kesombongan Jahiliyah dan pengagungan
terhadap nenek moyang. Manusia berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah.”
(Rasululullah Saw membaca ayat):
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّـهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّـهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS. Al Hujurat
[49]: 13)
Kemudian beliau bersabda, “Wahai
sekalian orang Quraisy, apa yang bisa kuperbuat terhadap kalian menurut
pendapat kalian ?” Mereka menjawab, “Kukatakan kepada kalian seperti yang
dikatakan Yusuf kepada saudara-saudaranya, ‘Pada hari ini tidak ada cercaan
terhadap kalian’. Pergilah, karena kalian orang-orang yang bebas.”
Saat Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam sedang duduk di dalam Masjid, Ali bin Abu Thalib
menghampiri beliau sambil memegang kunci Ka’bah dan berkata, “Wahai Rasulullah,
serahkanlah kewenangan menjaga Ka’bah kepada kami bersama-sama kewenangan
memberi minum kepada orang-orang yang haji. Shalawat Allah semoga dilimpahkan
kepada engkau.”
Dalam suatu riwayat disebutkan
bahwa yang berkata seperti itu adalah Al-Abbas.
Beliau bertanya, “Mana Utsman bin
Thalhah?”
Setelah Utsman bin Thalhah dipanggil dan
menghadap, beliau bersabda, “Inilah kuncimu wahai Utsman. Hari ini adalah untuk
berbuat kebajikan dan pemenuhan janji.”
Dalam riwayat Ibnu Sa’d di dalam Ath-Thabaqat,
disebutkan bahwa beliau bersabda saat menyerahkan kunci kepada Utsman bin
Thalhah, “Ambillah kunci ini sebagai pusaka yang abadi. Tidak ada yang
merampasnya dari kalian kecuali orang yang zhalim. Wahai Utsman,
sesungguhnya Allah menyerahkan keamanan Rumah-Nya kepada kalian. Ambillah dari
apa yang diberikan kalian dari Rumah ini dengan cara ma’ruf.”
Begtulah Rasulullah Saw berusaha
keras memantabkan eksistensi Ka’bah, yang keberadaanya akan dirasa oleh manusia
disepanjang zaman. Tak kan ada putus-putusnya. (diolah dari Sirah
Nabawiyyah, Syaikh Shafiyyur-Rahman Al Mubarrakfury dan sumber lain).
Bilal Menyerukan Adzan di atas Ka’bah
Saat shalat pun tiba. Maka
rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan Bilal untuk naik ke
atas Ka’bah dan menyerukan adzan disana. Sementara saat itu Abu Sufyan bin
Harb, Attab bin Usaid dan Al-Harits bin Hisyam sedang duduk di serambi Ka’bah.
Attab berkata, “Allah telah memuliakan Usaid (ayahnya), tanpa mendengar seruan
ini. Jika mendengarnya, tentu membuatnya marah.”
Al-Harits menyahut, “Demi Allah,
andaikan saja aku tahu bahwa itu adalah benar, tentu aku akan mengikutinya.”
Abu Sufyan menyahut, “Demi Allah,
aku tidak akan berkomentar apa-apa. Andaikan aku berbicara, kerikil-kerikil ini
tentu akan berbicara atas nama diriku.”
Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam langsung menemui mereka dan bersabda, “Aku sudah tahu apa yang
kalian ucapkan,” Lalu beliau memberitahukan apa saja yang telah mereka ucapkan
itu.
Akhirnya Al-Harits dan Attab
berkata, “Kami bersaksi bahwa memang engkau adalah Rasul Allah. Demi Allah, tak
seorang pun yang mendengar apa yang kami ucapkan,d an tidak pula kami
memberitahukannya kepada seseorang.”
Shalat Kemenangan atau Shalat Syukur
Pada hari itu pula Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam masuk ke dalam rumah Ummu Hani’ binti Abu Thalib, lalu
mandi dan shalat delapan rakaat di rumahnya. Saat itu adalah waktu dhuha.
Banyak orang yang menduga bahwa itu adalah shalat dhuha. Padahal itu adalah
shalat kemenangan.
Saat itu Ummu Hani’ memberi
perlindungan kepada dua orang musyrik dari keluarga besarnya. Setelah
mengetahui dua orang musyrik itu, Ali bin Abu Thalib, saudaranya hendak
membunuh mereka berdua. Ummu Hani’ cepat-cepat menutup pintu rumahnya untuk
melindungi mereka berdua. Lalu Ummu Hani’ menceritakan perlindungan yang dia
berikan kepada dua orang musyrik itu dan kehendak Ali untuk membunuh mereka.
Beliau bersabda, “Kami melindungi siapapun yang engkau lindungi wahai Ummu
Hani’.
Begitu
hebatnya Rasulullah Saw dalm upaya menciptakan kedamaian dan ketentraman di
kalangan umat manusia denban tidak pandang bulu. Hala ini mencirminkan
bagaimana para elit di negeri kita sanggup meneladani dan mencontoh perilaku
pemimpin umat sedunia itu dalam menciptakan Indonesia aman dan sejahtera.
*) Penulis: Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar