Oleh : Drs. H.
Athor Subroto, M. Si*)
Idul Fitri, dilihat dari segi bahasa, berasal dari kata Arab. Iddan
al-fitri.Id, berasal dari kata ‘aada-ya’uudu-iid
= raja’a, berarti kembali.Al-Fitri berasal dari katafithriy, artinya asli,
natural, alami.Sehingga Idul Fitrimengandung makna kembali menjadiasli-nya
atausuci.Tegasnya, kembali menjadi suci(Kamus Kontemporer Arab
Indonesia, attabik ali, a. zuhdi muhdlor).
Kalimat Idul
Fitri,memiliki kekuatan
yang sangat luar biasa. Melebihi dahsyatnya musim semi yang mampu mentrubuskansemilyar
daun-daun pohon sejagat raya. Dari dua patah kata itu, mampu melahirkan
perubahan yang sangat dahsyat.Mampu merubah dunia dari merah -menjadi hijau.Darihitam
-menjadi putih.Dari jauh -menjadi dekat.
Dua kata itu pula -mampu
merubah sifat-sifat manusia -dari arogansi-menjadi toleransi.Dari sombong -menjadi
tawazzhu’.Dari bakhil - menjadi dermawan.Dari hati keras -menjadi pemaaf.Dari
suka bertengkar -menjadi rukun dan damai.Daritidak kenal -menjadi saling kenal-mengenal.Dari
egois-menjadi saling tolong-menolong.Mampu merubah suasana dari tidak bahagia
–menjadi sejahtera dan bahagia.Begitu seterusnya.
|
|
Asal
kejadian alam -terbentuk dengan atmosfir dan galaksi yang teratur dan sangat sempurna.Satu
sama lain memiliki struktur yang rapi. Tidak saling berbenturan.Mereka berjalan
sesuai dengan aturan pada porosnya yang kuat.“Dan matahari berjalan ditempat
peredarannya.Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui [38].Dan
telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai
ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua [39].Tidaklah
mungkin bagi matahari mendapatkan bulan, dan malampun tidak dapat mendahului
siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [40]. (QS. Yaasin [36]:
38-40)
Begitu teraturnya struktur dan
peredaran tatasurya yang ada di langit.Semuanya tunduk dan patuh pada ketentuan
Sang Maha Sutradara.Tak satupun yang berani melintas diluar batas
edarnya.Termasuk matahari dan bulan. Mereka berjalan sesuai dengan garis poros dan edarnya masing-masing. Tujuannya, agar
jagat raya ini berjalan damai,aman,dan nyaman.
Begitu
pula asal kejadian manusia.Anak cucuk Adam ini dijadikan oleh Allah Swt dalam
keadaan sebaik-baik ciptaan.Jauh berbeda dengan penciptaan makhluq lainnya,
termasuk binatang.“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tiin [95]: 4)
Bahkan,
bumi dan langit serta seluruh isinya –yang dikagumi makluq manusia ini -tidak mampu melebihi indahnya manusia.
Justeru karena eksistensi manusia, bumi dan langit menjadi tampak lebih indah,
lebih bergairah, dan berpotensi besar.
Manusia dilengkapi akal
fikiran untuk membangun dan mempercantik dunia seisinya.Manusia, yang mampu
mempersatukan dunia Barat dan Timur.Manusia, yang mempertemukan kutup utara dan
selatan.Manusia pula, yang menjaga kelestarian alam semesta –sehingga menjadi
ramah dan indah.“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…" (QS.
Al Baqarah [2]: 30)
Dr. Nurcholis Masdjid mengatakan, khalifah
yang terkandung dalam ayat tersebut maksudnyaadalah wakil Tuhan.Manusia
memiliki otoritas yang tinggi untuk mengelola bumi seisinya.Karena, manusia
adalah berstatus wakil Tuhan.Sedang Tuhan Allah berkehendak kebaikan kepada
seluruh ciptaan-Nya.
Manusia dicipta oleh
Allah untuk mengelola keberadaan bumi. Sebagaimana firman-Nya: “Dan Dia telah
menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya (sebagai
rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”(QS. Al Jaasiyah [45]:
13)
Juga firman-Nya lagi: “…dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.”
(QS. Al Qashah [28]: 77)
Dari dua ayat tersebut,
dapat difahami bahwa bumi dan langit diamanatkan kepada umat mansia untuk
dikelola dengan cara sebaik-baiknya -guna mendatangkan kesejahteraan hidupnya.
Idul
Fitri, memotivasi umat manusia agar saling menjaga eksistensinya di muka bumi -dalam
tatanan yang sebaik-baiknya. Saling menolong dan saling membantu.Sehingga
keberadaannya menjadi lebih kokoh dan kuat.Bukan malah sebaliknya, saling
bermusuhan dan berebut kekuasaan.Saling bertengkar dan cakar-cakaran.Saling
jegal dan gontok-gontokan.Saling benci dan berseteru.Saling memecah dan memutus
hubungan.Kalau (terpaksa) berseteru dan berpisah, sebaiknya salah satu
berinisiatif - cepat islah,kembali baik. Jangan menunggu ajal akan tiba.Nanti
bisa menyesal.Padahal, sesal kemudian, tiada berguna.
Allah Swt telah
mengingatkan: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu, dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al Hujuraat [49]: 10)
Rahmat
itu, bisa berbentuk suasana damai dan tentram.Hubungan satu dengan lainnya
terasa indah dan merindukan.Berjalan seiring dan seirama.Makan apa adanya,yang
pentinghalalan thayyiba. Tidak ada rasa curiga dan mencurigai. Tumbuh perasaan
saling percaya satu sama lain. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi.
Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian.Bersakit-sakit dahulu,
bersenang-senang kemudian.Ini secuilmakna rahmat bagi kehidupan manusia
dijagat raya ini.
Dapat
dibayangkan –betapa kering-kerontangnya dunia ini bila tidak ada suasana Idul
Fitri.Setahun suntuk hanya bekerja dan bekerja, tidak ada silaturrahmi.Otak dan
tenaga diperas sekuat tenaga untuk mendapatkan harta sebanyak-banyaknya.Tak
kenal lelah dan payah.Tak kenal santai dan rileks.Kerja keras membanting tulang
dan memeras keringat.Tulangnya sendiri dibantingi, dan keringatnya sendiri diperasi,
sampai habis.Toh, kepuasan belum tentu kunjung datang.Malah, bisa frustasi dan
putus asa yang terjadi.
Idul
Fitri, kini menghampiri semua insani.Menawarkan hidup lebih bersih, lebih fitrah
seperti sedia kala penciptaannya.Wajah manusia tampak berseri-seri.Murah senyum
setulus hati. Bak sang surya yang terbit dipagi hari. Menyinari jagat raya
dengan cahaya pagi –menerobos lubuk hati yang paling dalamsetiap hari.
Saat
bedug ditabuh bertalu-talu, menandakan Ramadhan telah pergi.Kini, hari berganti
menjadi Idul Fitri.Hati menjadi bersih kembali.Mengantarkan umat manusia
–bersih dari dosa yang mengotori hati.Lebih terhormat di hadapan Ilahi Rabbi.
Idul Fitri, mengantarkan manusia menduduki derajat lebih tinggi. Menjadi suka
memberi. Menjaga emosi. Saling memberi dan meminta maaf.Bahkan selalu berbuat
kebaikan terhadap sesama. Nabi Saw pernah berpesan: khairun nas anfa’uhum
linnas. Sebaik-baik manusia adalah (siapa) yang dapat memberi manfaat kepada
orang lain.
Hanya hati bening –yang
mampu memposisikan diri seperti itu.Kualitas hati bening ini, harus dijaga
dengan baik.Jangan sampai tercemar lagi.Caranya, istiqamahkan gemblengan
Ramadhan yang baru lalu -dalam kehidupan sehari-hari.Hindari virus dan penyakit
yang berbahaya terhadap eksistensi hati.Dengan demikian, hati akan tetap
terjaga dari noda dan daki.
Hadis tersebut di atas-menggambarkan
betapa pentingnya hidup ini saling memberi dan menerima dengan sesama.Tentu,
semua didasarkan kepada perintah Allah –ta’awwun, saling tolong
menolong.Bukan saling mencari untung.Ini pula, produk Ramadhan yang baru
lalu.Alumnus bulan suci itu -berijazah taqwa, tattaqun, muttaqin.Lebh dekat
dengan Allah.Dijanjikan surga sebagai balasannya.
Tempat
kembali bagi muttaqin itu (sangat) jauh berbeda dengan kaum penentang Allah.
Sebagaimana disebutkan di dalam Al Qur’an Surah Muhammad ayat 15: “(apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada
orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang
tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak beubah
rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan
sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala
macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal
dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong
ususnya?” (QS. Muhammad [47]:15)
Tentu, tempat kembali muttaqinsangat jauh berbeda dengan kaum penentang.
Kaum muttaqin, mendapat fasilitas yang menyenangkan. Sedang kaum penentang,
mendapat tempat yang sangat buruk dan menyengsarakan.Na’udzu billahi min
dzalik.Menggapai sisa Ramadhan dengan didukung peningkatan ibadah di bulan
Syawwal, menjadikan seseorang lebih tinggi posisinya –menjadi muttaqin. Tidak
ada lain tempat kembalinya, kecuali surga. Semoga.*) Penulis: Dosen Sekolah Tinggi Aagama Islam Negeri (STAIN) Kediri Jawa Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar