Oleh : Marjohan
(Guru SMAN 3 Batusangkar)
Penulis masih ingat pengalaman masa kecil bahwa tiap-tiap Propinsi memiliki PT (Perguruan Tinggi) yang cukup populer. Dahulu IAIN Imam Bonjol, IKIP Padang (sekarang UNP) dan UNAND termasuk PT favorite untuk Sumatera Barat. Malah Universitas Bung Hatta sempat menjadi PT swasta yang disegani karena kualitas lulusannya, terutama untuk jurusan Arsitektur dan Perikanan. Sekarang entahlah (?)
Penulis dahulu ketika remaja sempat berbibcang-bincang debat kusir bahwa PT favorite untuk pulau Sumatera adalah USU (Universitas Sumatera Utara), UNAND (Universitas Andalas) dan UNSRI (Universitas Sriwijaya). Untuk wilayah Sulawesi, PT yang populer adalah universitas Hasanuddin. Pada Saat itu universitas di pulau Jawa yang dikenal adalah seperti UI, ITB, IPB, UNDIP, UNPAD, dan UGM memang cukup populer. Namun animo calon mahasiswa untuk ke sana sesuai dengan kemampuan ekonomi dan semangat juangnya, bukan seperti sekarang calon mahasiswa menyerbu PT-PT di pulau Jawa seolah-olah membabi buta dan cenderung memaksakan diri. “Yang penting aku bisa kuliah di Pulau Jawa, urusan uang ke sana aku tidak peduli ?” Seolah olah demikian pemikiran calon mahasiswa sekarang- tugasku hanya belajar dan mengurus diriku adalah tanggung jawab pemerintah, paling kurang orang tua mereka jungkir balik mengumpulkan dana. Wah calon sarjana separoh egoist.
Ada kalanya seorang calon sarjana yang hanya sekedar cerdas saja tetapi buta dengan kondisi nyata orang tua telah memilih PT di pulau Jawa. Dan ternyata lulus (?). Namun dana tidak ada dan akibatnya membuat sibuk orang tua, sanak famili berhutang kesana ke mari untuk mencari uang, menjual harta buat mencukupi dana transport dan ongkos akomodasi yang sangat mahal, sampai sampai pergi ke wartawan untuk diberitakan di koran “Kasihan siswa cerdas terancam putus sekolah….!”
Malah kini Pemda (pemerintah daerah) juga ikut kelimpungan mengalokasikan dana buat putra daerah untuk studi di PT favorite di pulau Jawa. Pada hal bila sang anak memilih studi dalam propinsi sendiri kondisinya tidak separah itu. Anggaran yang dialokasikan tidak tanggung-tanggung sampai miliaran rupiah.
Apa untungnya buat daerah ? Ya hanya sekedar prestise untuk dianggap menjadi daerah yang mampu mencetak generasi yang cerdas. Pada hal dibalik itu menyuruh siswa siswa cerdas dan termasuk siswa cerdas yang lemah ekonomi untuk berkumpul di PT-PT pulau Jawa hanya membuat popularitas Perguruan Tinggi di sana dan juga popularitas kota-kota di sana, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Bogor dan Yogya ya semakin ngetren. Manfaatnya buat daerah sendiri …mungkin kecil sekali ya… hanya sebuah fatamorgana ?
Kenapa ? Karena rata rata siswa cerdas yang kuliah di PT-PT pulau Jawa kelak bila sukses atau tamat dari PT di sana, umumnya mereka jadi enggan pulang kampung. “Ya mengapa saya pulang kampong….tidak ada fasilitas pendidikan dasn hiburan ?”. Inilah alasannya Pada hal dahulu Pemda (pemerintah setempah) setempat sudah mengucurkan dana –buat beasiswa- yang jumlahnya sampai miliaran. Malah ada sarjana yang susah dibantu oleh Pemda dan setelah berhasil ternyata mengabdi di daerah lain ya menjadi sarjana “Malin Kundang”.
|
|
Penulis tidak alergi melihat calon sarjana yang bisa kuliah ke PT-PT favorite di pulau Jawa asal tidak menyusahkan banyak pihak dan mereka mampu mengukur bayang bayang sepanjang badan. Pergilah kuliah tanpa membuat orang tua harus jual sawah, ladang dan jual ternak kerbau demi mewujudkan mimpi yang egois-hanya memuaskan mimpi cognitif pribadi. Pada hal kuliah kan tidak perlu jauh jauh, namun kalau mampu silahkan kalau perlu sampai ke Eropa (?).
Lazimnya bahwa seolah-olah Pemda memprioritaskan kucuran dana bagi mereka yang mau studi jauh jauh ke PT-PT pulau Jawa dengan jumlah yang gede. Pemerintah juga mengkampanyekan agar siswa yang terbaik untuk menyerbu PT-PT pulau Jawa. PT-PT dalam propinsi sendiri seolah-olah kurang memperoleh promosi. “Ya mengucurkan alokasi dana yang cuma sekedar prestise buat calon mahasiswa cerdas.
Sebenarnya kalau mereka cerdas di sekolah mereka (SMA dan MAN) mereka boleh melanjutkan studi ke PT-PT pulau Jawa itu adalah hak azazi mereka. Namun bila mereka tidak mampu secara finansial untuk membiayai kuliah “ya pilihlah PT-PT dalam Propinsi sendiri, seperti pada UNANd, UNP dan IAIN untuk PT negeri dan PT-PT swasta,.karena sukses juga bisa dirintis dari daerah. Lagi pula bila siswa siswa cerdas selalu dibujuk untuk studi ke luar Sumbar “Ya…itu hanya mendongkrak popularitas PT-PT di kota-kota orang lain. Kapan lagi kita warga Sumbar mendongkrak popularitas PT-PT di kampung sendiri.
Kalau di runut ke belakang bahwa yang membuat populernya UI, ITB, IPB, UNPAD, UNDIP dan UGM adalah karena mereka curi star. Mereka punya program merekrut siswa-siswa cerdas dari berbagai SLTA dari pelosok Indonesia lebih dahulu. Maka anak anak berbobot berkumpul di sana, setelah itu mereka juga program jitu yang lain yang selalu berpihak dalam membesarkan nama Perguruan Tinggi mereka..
Sistem masuk PT melalui SNMPT atau dahulu namanya adalah SIPENMARU (sistem penerimaan mahasiswa baru) hanya menguntungkan PT-PT pulau Jawa. Selalu saja anak anak mematok jurusan pada PT-PT di pulau Jawa sebagai “Jurusan the best”. Sementara PT-Pt di Sumatera sebagai PT kelas dua dan ada lagi PT-PT yang tidak favorite. Kemudian yang mematok popularitas PT pulau jawa adalah juga sebagai efek dari menjamurnya Bimbel (Bimbingan Belajar). Mereka memang punya manajemen yang bagus, merekrut instruktut atau tentor yang gagah dan SMART dan kemudian juga membuat promosi yang mendebarkan. “Pengen sukses dijamin sukses…tidak sukses uang kembali…!”
Namun secara psikologis bahwa Bimbel itu hidup dan tumbuh hanyalah di atas rasa cemas dan tidak percaya diri siswa SLTA atas masa depannya. “Anda ingin kuliah dan pastikan masa depan anda bersama Bimbel Kami...!” Tiap tahun pemilik Bimbel berkolaborasi dengan sekolah favorite. Aneh...kok hanya dengan sekolah favorite, kalau misinya untuk mencerdaskan anak bangsa ya...kenapa tidak melirik sekolah pinggiran ? Ya karena anak -anak dari sekolah favorite gampang dimotivasi dan orang tua mereka sudi untuk mengucurkan dana buat Bimbel yang dananya sampai jutaan rupiah. Aneh ada siswa cerdas yang cuma sekedar mendaftar terlebih dahulu dan tahu-tahu lulus dalam seleksi undangan dan Bimbel sudah mencatut nama sang anak sebagai alumni bimbelnya, ini namanya pembohongan publik- “Si anu lulus ke fakultas Kedokteran UI lewat bimbel kami…!”
Bimbel ini bagus, karena bagus buat program pengayaan atau buat program remedial. Namun bimbel membuat siswa cerdas secara instant. Ada siswa karena rajin mengolah-olah soal ujian dan bisa lulus masuk PT di Pulau Jawa. Setelah kuliah di sana namanya menghilang karena nilainya hasncur lebur, ya gara gara cerdas secara instsant.
Bimbel setiap waktu tertentu juga memberi ujian dan memberikan passing grade. Dan selalu passing grade tersebut menujukkan bahwa passing grade yang tinggi hanya untuk PT-PT favorite di Pulau Jawa. Terlihat bahwa ada indikasi popularitas PT-PT pulau Jawa juga ikut didongkrak oleh keberadaan bimbel-bimbel yang menjamur.
Tidak itu saja...Pemda juga gencar mempromosikan siswa-siswa pada sekolah favorite untuk melanjutkan studi ke PT-PT favorite di pulau Jawa, “pilih lah Perguruan Tinggi pulau Jawa....dana jangan khawatir....ada bea siswa dari Pemda !”. Demikian slogan dari Pemda Wah lagi-lagi slogan Pemda mendongkrak popularitas PT-PT di Pulau Jawa namun seolah olah kurang peduli untuk meningkatklan popularitas dan kualitas PT-PT di negeri sendiri.
Tidak sampai di situ bahwa setiap tahun bila liburan panjang dating ...para alumni PT pulau Jawa pulang Kampung dan dengan antusias untuk mengajak adik adik kelas untuk ikut studi di UI, ITB, IPB, UNDIP, UNPAD dan UGM...seolah olah hanya itulah universitas yang ada. Mengapa alumni yang berasal dari UNRI, USU, UNP, UNJA, UNSRI….juga tidak dating buat mengkampanyekan kuliah di Perguruan Tinggi tersebut- dengan alas an memotivasi siswa- adik kelas. “Wah kami malu…kami minder, karena Perguruan kami tidak ngetop dan tidak popular ?”. Mereka memang jarang atau tidak pernah dingetopkan oleh berbagai pihak secara terselubung.
Dan malangnya bahwa ratusan calon mahasiswa ekonomi lemah juga tergiur untuk kuliah dalam kesengsaraan di sana. Kalau mampu mengatasi problem hidup di pulau Jawa..ya oke, tetapi kalau tidak mampu dalam hal keuangan dan hanya sekedar cerdas ya pilih saja lah PT-PT yang ada di propinsi sendiri. Hitung hitung ikut membuat ngetopnya PT-PT di kampung sendiri.
Sekali lagi bahwa popularitas PT-PT pulau Jawa seolah-olah dikondsikan dengan cara exodus (mendatang) calon-calon mahasiswa yang cerdas ke sana. Kalau PT-PT favorite di luar negeri seperti di Jepang, Jerman atau tempat lain bisa ngetop “ya karena mahasiswanya kreatif”. Ada yang kreatif menciptakan mesin, robot, menemukan bahan bakar alternatif...sementara kalau pada PT-PT di pulau Jawa sekarang yang terlihat pada foto foto facebook bahwa mahasiswa- mahasiswa pada PT- PT favorite pulau jawa hanya cerdas secara karbitan- cerdas hanya untuk menjawab soal soal ujian saja. “Ya karya kreatif mereka hamper hamper belum terlihat …mereka hanya akan menjadi sarjana pencari kerja” Mereka kalah populer atau kalah kreatif oleh pendiri mobil KIAT-ESEMKA.
Malah mobil nasional KIAT-ESEMKA hanya merupakan inisistif bapak Kiat yang merekrut tenaga siswa SMK. Sementara para mahasiswa dari Perguruan Tinggi Favorite pulau Jawa terkesan belum begitu kreatif, hobinya cuma sekedar konser musik, tournamen olah raga, sibuk pergi wisata kuliner, chatting di internet, bicara tentang model HP dan pakaian dan sebahagian besar sibuk dengan game online.
Sekali bahwa penulis mencintai semua Perguruan Tinggi di Indonesia dan penulis tidak antipasti dengan PT-PT favorite di pulau Jawa. UI, ITB, IPB, UNDIP, UNPAD, ITS dan UGM itu memang sangat bagus. Namun ada sebuah pemikiran dari diri penulis bahwa semua PT (Perguruan Tinggi) di Indonesia harus bisa tumbuh secara adil dan mandiri maka ganti sistem penerimaan mahasiswa yang bersifat sentralistik (seperti SNMPTN) dan campur tangan pemerintah untuk ikut mengkampanyekan PT-PT di negeri orang dan mengabaikan kampanye buat PT di kota sendiri. Pemikiran ini bukan untuk disintegrasi tetapi ingin agar PT- PT tumbuh dan berkembang secara adil dan bijaksana- bukan popular karena dikondisikan oleh berbagai pihak. Maka sekarang mari kita berfikir yang jernih.
Artikel/Informasi Terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar